Satu Kamar

1021 Words
Tanpa berkata Tania mendorong tubuh Randy hingga ia terjungkal dari atas ranjang. Dan kini berganti dengan Tania yang terbahak penuh kemenangan. "Hahahaha sukurin lo! Mangkanya mikir sebelum jahilin orang! Kalau lo udah tau lawan lo gak seimbang mending mundur aja lo! Hahahahaha.." ejek Tania sarkas. Randy pun mulai bangkit dan kini mulai menindih tubuh Tania diatas ranjang dengan mengunci kedua tangan Tania diatas kepalanya. Kedua sorot mata yang tajam milik Randy pun kini kembali menatap manik indah milik Tania dengan begitu dalam. Hal itu membuat darah Tania seketika berdesir hebat juga jantungnya yang terus berdebar begitu kencang. Hingga bibirnya terkunci dan tak mampu bicara. Namun dikala Randy kembali menyunggingkan senyuman liciknya, kini Tania mulai sadar dan berusaha untuk lembali memberontak setiap perlakuan tak sewajarnya Randy kepadanya. "Randy lepasin gue atau gue bakal teriak!" ancam Tania dengan tatapan yang tajam. "Teriak aja sesuka hati lo kalo emang lo gak malu," jawab Randy dengan santainya. "Cih.. malu? Ngapain juga gue malu? Ya justru lo lah yang bakal malu!" ucap Tania dengan yakinnya. "Ya pasti mereka ngira kalau kita lagi begituan dan lo malah jerit-jerit ke.." belum sempat Randy melanjutkan ucapannya kini Tania melepaskan satu tangannya dan membungkam mulut Randy erat-erat. "Jangan pernah lo lanjutkan ucapan lo! Dan lo harap kalau gue bakalan sudi begituan sama lo!" ucap Tania penuh amarah. Dengan kasar Randy melepas bungkaman Tania seraya kembali mengunci tangan Tania diatas kepalanya. "Gue gak peduli! Karena saat ini lo udah jadi milik gue dan mereka gak akan marah apapun yang akan gue lakukan sama lo!" Tania terus meronta namun kini Randy mulai mendekatkan wajahnya. "Randy lo jangan gila ya. Lepaaas.. lepasin gueeeee!! Lepaaaaaas... lo harus ingat kalau pernikahan kita ini cuma pura-pura! Dan lo juga harus ingat apa aja isi perjanjian pernikahan kita!" pekik Tania dengan airmata yang mulai mengalir dari kedua sudut matanya. Dengan perlahan Randy melepaskan kunciannya seraya kembali terbahak cukup keras. "Hahahahaha lo tenang aja Tan. Sampai kapan pun gue gak akan pernah kok ngelakuin hal itu sama lo. Hahahahaha, so, gak usah kepedean dan ngarep ya sama gue, hahahaha.." Sikap arogan Randy yang seperti ini yang menbuat Tania semakin membencinya juga ingin dengan segera menyingkirkan Randy dari kehidupannya. Namun ia sadar jika ia tak pernah punya kesempatan mengenai hal itu dan harus tetap sabar menjalani segalanya selama lima tahun kedepan. "Turun lo dari sini! Gue gak sudi berada dalam satu ranjang sama lo! Mending lo rebahan aja disofa itu atau lo pergi dari sini! Pergi!!!" pekik Tania cukup lantang. "Gue gak akan pergi atau pun tidur disofa itu! Okkay di perjanjian kita memang gak boleh tidur satu ranjang. Tapi sekarang kita sedang berada disebuah lingkungan keluarga kita! Dan kita dituntut untuk saling bersandiwara. Right?" jelas Randy panjang lebar. Karena sudah lelah berdebat akhirnya Tania memilih untuk memalingkan tubuhnya kearah yang berlawanan seraya mulai memejamkan kedua matanya dengan perasaan yang tak karuan. Sebab memang saat ini ia sedang merasa begitu mengantuk juga tak mampu kagi menahan rasa lelahnya. Tania juga Randy masih saja tertidur dengan pulasnya. Hingga kini waktu menunjukan pukul setengah lima sore. Mereka terlihat begitu nyaman dengan posisi yang sungguh mengejutkan. Sebab saat ini mereka tengah saling berpelukan dengan posisi kepala Tania yang berada diatas d**a bidang milik Randy. Karena keluarga mereka yang tak kunjung menemukan keberadaan mereka kini Lily diminta untuk mencari mereka. Tok..tok..tok.. "Randy.. Tania.. Are you there?" panggil Lily. Tok..tok..tok.. Ceklek.. Ketika Lily mencoba untuk membuka pintunya ternyata tak terkunci. Hingga kini ia mulai memberanikan diri untuk masuk. Dan mulai memandangi keduanya dengan penuh kebahagiaan sebab Lily memang menunggu-nunggu moment ini. Meski pun ia tahu bahwa moment ini sebuah moment yang langka dan tak disengaja. "Oh my God, they're so cute," monolog Lily seraya mulai mengambil ponselnya dan hendak mengabadikan momemt indah ini. Satu gambar, dua gambar, hingga tiga gambar yang Lily ambil dari berbagai posisi membuat hasil dari foto mereka terlihat begitu mesra juga menggemaskan. "Oh my God Tania, they're looking so sweet couple. I love it so much," ucap Lily lagi setengah berbisik. Lily kembali berjalan menuju pintu tanpa membangunkan mereka. Dan hanya menyalakan sebuah lagu dengan suara yang cukup keras diatas nakas disamping ranjang mereka. Lalu kembali menutup pintunya. Sebab Lily ingin mereka kembali terbangun secara bersamaan masih dengan posisi yang saling berpelukan. Keduanya pun mulai merasa terusik karena musik yang terdengar begitu keras itu. Hingga kini dengan perlahan mereka mulai membuka kedua bola mata mereka. Dan pada akhirnya... Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Mereka saling berteriak satu sama lain dengan posisi yang masih berpelukan. Lalu keduanya saling melepaskan secara kasar dan saling menatap dengan tatapan yang tajam. Lily yang mulai mendengarnya dari balik daun pintu kamar mereka pun mulai terpingkal dan kini berlari menjauh karena ia tak ingin jika nantinya Tania juga Randy akan mengetahuinya. "Iiiiih dasar cowok m***m! Lo ngapain peluk-peluk gueeeee!!" pekik Tania seraya terus memukuli Randy dengan bantal miliknya. "Eeeeeh stop..stop..stooooop!!" pekik Randy seraya mengambil bantal itu dari tangan Tania. "Siapa juga yang melukin lo! Tadi kita tiduran dan juga gak berhadapan lagi! Gue juga gak tahu kenapa posisinya tiba-tiba jadi begini! Enak aja gue m***m sama lo! Rugi!" lanjut Randy. "Aaaaarrrgh tau ah bodoh amat! Aduuuuh ni lagu juga kenapa berisik banget sih ah!" keluh Tania seraya mulai meraih ponselnya seraya menuruni ranjangnya. "My God setengah lima," lanjutnya lagi seraya pergi ke kamar mandi. Setelah Tania keluar dari kamar mandi, kini bergantian dengan Randy yang mulai memasukinya. Meski saling berpapasan namun keduanya tak saling sapa melainkan hanya sebuah tatapan sinis satu sama lain. Dengan segera Tania mulai mencari mukenanya seraya melaksanakan solat Ashar yang memang sudah sangat telat. Karena seburuk-buruknya kelakuan Tania, ia selalu mengingat pesan sang Mama yang selalu memintanya untuk tetap menyertakan Allah SWT meski dalam keadaan apapun itu. Kini Randy baru saja selesai mandi. Ia masih mengenakan bathrobe yang memperlihatkan d**a bidangnya yang terlihat bagai roti sobek. Melihat Tania yang baru saja selesai berdoa membuat Randy terheran, hingga ia menyunggingkan senyuman miringnya. Karena ia tak menyangka jika Tania yang ia kenal adalah seorang perempuan yang jauh dari kata salih juga hanya mementingkan urusan dunia. Yang tak jauh beda dari dirinya. Yang melaksanakan solat didepan kedua orangtuanya saja. Dan kini Randy kembali ingin mengejek Tania juga membuatnya kesal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD