Semakin Dekat

723 Words
"Awas, ya! Kalau sampai penampilanmu memalukan, Saya pastikan hidupmu tidak akan pernah nyaman dan tidurmu tidak akan pernah nyenyak!" Juan tersentak sendiri saat mengingat ancaman Saskia pagi tadi. Setelah melakukan kesepakatan yang alot dengan Saskia, gadis itu kemudian mengajak Juan berbelanja pakaian dan aksesoris yang pas untuk dikenakan Juan nanti malam. Namun Juan menolak. Untuk pertama kalinya, setelah sekian banyak kali ia berurusan dengan wanita, Juan menunjukkan harga dirinya sebagai lelaki. Entah kenapa untuk Saskia dirinya merasa harus benar-benar berbeda. Egonya mencuat. Ia tak ingin direndahkan Saskia. Mungkin karena sikap Saskia yang aroganlah yang membuat Juan tak mau terlihat lemah. Biasanya para wanitanya, memang selalu memberikan apa saja untuk Juan. Baik yang Juan inginkan ataupun yang Juan bahkan tak memintanya. Tapi, Juan mengklasifikasikannya berbeda. Para wanita itu sudah ia puaskan batinnya. Selain itu, para wanita juga sangat memujanya, mengagungkannya, dan bahkan beberapa menjadi semacam maniak. Jadi seperti ada hubungan timbal balik antara dirinya dan para wanita itu. Dengan Saskia, memang ada hubungan timbal balik juga, tetapi ini berbeda. Hanya saja Juan tidka tahu apa yang membuat berbeda. Dan itu yang membuat Juan terlihat aneh, sejak setelah keluar dari mobil Saskia. Duduk diam saja di meja bar, dengan tangan di dagu, dan pandangan yang terarah pada satu titik fokus. Pukul sepuluh pagi, restoran sudah mulai sepi. Akan ramai lagi saat waktu makan siang. Nina dan Robi menggunakan kesempatan itu untuk medekati Juan. "Bagaimana?" tanya Robi yang langsung duduk di sebelah Juan. Sedangkan Nina tetap di bagian dalam bar. Tapi Juan tak memberikan respon. Pikirannya masih menelaah apa yang membedakan Saskia dengan perempuan lain. Juan merasa kurang nyaman dengan perasaan ini. Ia paling tidak suka melibatkan perasaannya saat berhubungan dengan wanita, apalagi jika terkait bisnis. Harusnya hubungannya dengan Saskia adalah hubungan bisnis, yang mana masing-masing punya tujuan dan menjalin kerja sama untuk pencapaian itu. "Harusnya begitu," gumam Juan sembari menghela napas dan meneguk minumannya. Saat gelas sudah di bibir, kedua bola mata Juan bergulir. Tatapannya bersirobok dengan tatapan Robi dan kemudian Nina yang terang-terangan menatap Juan dengan wajah tanpa ekspresi. "Apa?" tanya Juan bingung. "Kamu itu yang apa? Bengong-bengong sendiri. Omong-omong sendiri. Kesusupan?" ucap Nina tajam. "Iya, gitu?" Juan malu sendiri dan meletakkan gelasnya. "Sudah ada kesepakatan." "Iya? Bagaimana? Bagaimana?" tanya Robi antusias. Begitu antusiasnya sampai-sampai ia perlu memajukan tubuhnya. "Saya akan bertemu Julia nanti malam." Sontak Nina dan Robi memekik dan melongo kemudian bersamaan. Tak menduga ini benar-benar akan menjadi hal yang cepat terjadi. "Bertemu bagaimana?" tanya Nina. "Nanti malam, saya akan diperkenalkan sebagai kekasihnya." "Waaa...." Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibir kedua sahabat. "Berapa?" tanya Robi dengan berbinar. "Nggg..., kali ini...." Ada keraguan dari Juan untuk melanjutkan kalimatnya. Ia menatap kedua sahabatnya  bergantian. Nina terlihat lebih peka, ketimbang Robi yang justru terlihat bingung dan penasaran. Nina menegakkan tubuhnya dan menyilangkan kedua tangan di d**a. Nalarnya menarik kesimpulan yang ia yakini jitu. "Tidak ada bayaran." tukas Nina dingin. Ekspresi Juan yang terhenyak atas pertanyaan Nina, sudah menjadi jawaban. Sepertinya hanya Robi yang selalu memiliki ekspresi berlebihan dengan setiap apa yang disampaikan. "Ya, begitu," jawab Juan dengan senyum tipis malu. "Kok, bisa?" tanya Robi heran. "Karena dia muda dan cantik. Ditambah, dia gak ada ketertarikan fisik sama Juan," sahut Nina dingin dan berlanjut gumaman, "karena laki-laki rela miskin untuk yang bening-bening." "Gak sesinis itu jugalah Nin." Juan sedikit kurang suka dengan ujaran terus terang Nina, karena ada kebenaran dari ucapan Nina. Ucapan Nina justru adalah jawaban atas kebingungan Juan sedari tadi. Kemungkinan paling logis yang membuat Juan tidak mau ada kesepakatan materi adalah ketertarikan Juan akan fisik Saskia. Biar bagaimana juga, Juan adalah lelaki. Penilaiannya atas lawan jenis pasti didasarkan pada fisik, yang kemudian memengaruhi keputusannya. "O. Kalau begitu saya salah," ujar Nina malas. Ia sangat yakin perubahan kebijakan sahabatnya tak lain karena fisik Saskia. Saskia memiliki tubuh kecil dengan lekuk yang pas. Tidak berlebihan pada bagian-bagian yang menonjol. Wajahnya sedikit tirus dengan dagu yang memiliki belahan eksotik. Sorot mata Saskia adalah yang paling menarik. Dingin dan tajam. Ada kesan misterius karena dinaungi alis yang tebal alami. Para pria akan melihat Saskia sebagai sosok yang menantang untuk didekati. Dan salah satu dari para pria itu adalah Juan. "Hmmm..., kalau tidak ada unsur materi, lalu apa golnya?" tanya Robi. Nina menatap tajam Juan karena ia  pun penasaran. "Mmm.... Sesuatu yang lebih penting dari sekedar materi." "Apa?" tanya Robi lagi. "Berada lebih dekat dengan Julia." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD