Saskia terus menggandeng Juan menuju parkiran mobilnya. Jemarinya yang kecil, terlihat sedikit kesusahan saat melingkar di pergelangan tangan Juan yang memiliki tulang lebar. Dirinya juga merasa payah, karena Juan berjalan setengah hati, hingga ia harus seperti menarik tubuh jangkung Juan.
Wajah jelitanya tak terukir senyum. Bibir tipis itu merapat, dengan sudut bibir datar. Wajahanya yang begitu tegang, tak bisa menyembunyikan kekesalannya. Harusnya wajah Saskia adalah wajah yang menyeramkan.
Namun, nyatanya beberapa orang justru melihat Saskia memesona. Wajah arogannya tak terlihat menyeramkan. Dan adegan Saskia menggandeng Juan, sempat diabadikan oleh beberapa orang untuk dijadikan bahan konten sebuah aplikasi sosial media.
Dekat dengan mobilnya, Saskia menyalakan remote agar kunci mobil terbuka otomatis. Diam-diam, Juan mengagumi mobil yang dimiliki Saskia. Bukan mobil mewah biasa, mobil 'Maserati' adalah mobil mewah yang dibuat di Italia dengan harga yang bombastis.
Berwarna abu-abu metalik, mobil itu memiliki desain lampu mata kucing. Kap yang rendah dengan kaca melengkung yang begitu gelap, memberikan kesan misterius yang menggoda. Benar-benar identik dengan Saskia.
Sampai di belakang mobilnya, Saskia melepaskan gandengannya dan berujar dengan nada sambil lalu, "Masuk."
Tanpa memedulikan Juan, Saskia langsung berjalan ke sisi kemudian dan langsung masuk. Dengan masih biasa saja, Saskia meletakkan tasnya di dudukan sisi kirinya. Saat itulah ia menyadari jika Juan tak mengikutinya masuk.
Saskia memutar tubuhnya untuk melihat keberadaan Juan, yang ternyata masih berdiri santai di posisi tadi ia melepaskan gandengan tangannya. Saskia menghela napas dengan kesal.
"Kalau bukan karena Julia, ogah saya begini. Br*ngsek! Ngapain juga masih di luar. Eh...!"
Saskia memekik saat melihat Juan membalikkan tubuhnya membelakangi mobilnya. Buru-buru Saskia keluar dan Juan sudah melangkah.
"Hei!" teriak Saskia pada Juan
Tapi, Juan tak peduli dan terus melangkah ke arah restoran. Saskia mendengkus, menutup pintu mobilnya dengan kasar, dan berlari kecil mendekati Juan. Saat dekat, ditariknya kemeja Juan dari belakang dengan kekuatan penuh. Membuat si empunya kemeja tersentak dan menghentikan langkahnya.
Secepatnya Juan berbalik, membuat tikungan pada tangan Saskia. Gadis itu mendesis saat pegangannya terlepas dengan kasar.
"Kasar!" bentak Saskia sembari mengelus pergelangan tangannya yang sebenarnya juga tidak sakit.
"Siapa? Saya?" Mimik wajah Juan terlihat seperti orang bingung. Jari telunjuknya mengarah pada dirinya sendiri dengan keraguan.
"Ya siapa lagi? Memangnya saya sedang berdiri di depan siapa? Ya, kamulah yang kasar!"
"Saya kasar? Perlu cermin?"
"Maksud kamu apa?" bentak Saskia dengan mata mendelik tajam.
"Yang menendang kaki saya, siapa? Yang menarik-narik saya sampai sini, siapa? Yang baru saja me...."
"Halah!" Saskia memotong kalimat Juan yang menyudutkan dirinya dengan benar. "Begitu saja kok kamu ributin. Lemah."
"Oke." Kembali Juan membalikkan tubuhnya.
Saskia yang sudah di puncak kekesalannya, menghentakkan kakinya. Bicara dengan Juan membuat tenaganya habis. Padahal dirinya baru selesai sarapan dan ini masih pagi. Saskia melangkah cepat dan menghadang Juan.
"Mau kamu apa sebenarnya?" tanya Saskia dengan wajah murkanya.
"Mau saya? Bukannya dari tadi kamu yang punya keinginan."
"Iya, benar. Maksud saya, bagaimana caranya agar kamu bisa bersikap baik, masuk ke dalam mobil, dan kita tidak perlu ribut. Ahhh.... Memangnya kamu tidak diajarkan bagaimana bersikap saat ada orang meminta bantuan sama kamu?"
Juan mengedikkan bahunya dengan malas. "Yang diajarkan orang tua saya adalah, bersikaplah baik saat meminta bantuan pada orang. Tidak menendang. Tidak memaksa. Tidak arogan."
Saskia menatap dalam Juan. Dirinya sedang dididik. Seseorang sedang mengguruinya dengan sangat jitu. Saskia tak bodoh untuk memahami maksud Juan. Masalahnya harga dirinya yang di atas rat-rata, menolak Saskia untuk merendah. Harga dirinya melarang Saskia menjadi pengemis yang meminta-minta bantuan kecil.
Sayangnya, bantun yang dinilai kecil itu, justru menjadi hal sangat penting bagi hidup Saskia.
Juan bukannya tak melihat pergolakan di kedua mata Saskia yang begitu jernih. Bola mata Saskia, seolah telaga. Seolah ada anak sungai yang melindungi warna cokelat pepohonan. Benar-benar indah. Juan tak tega jadinya untuk terus-menerus bermain dengan Saskia.
"Setidaknya, memintalah bantuan dengan nada bicara yang lembut. Tak perlu membentak, menendang, apalagi manarik-narik."
Juan sedikit membungkuk. Menyorongkan wajahnya lebih dekat dengan Saskia. Bergerak ke bagian sisi wajah Saskia. Aroma manis menguar lembut, menggoda imajinasi Juan. Tapi, ia profesional. Ia menahan diri tak menjadi liar dan kemudian berbisik di dekat telinga Saskia yang terlindungi rambut panjangnya.
"Kata 'tolong' ada untuk membantu manusia terdidik mengucapkan permohonannya untuk sebuah bantuan."
Suara seksi Juan yang berbisik dengan suara dalam dan aroma maskulin Juan, membuat sensasi bergejolak yang aneh di bagian dalam d**a Saskia. Gadis itu tidak tahu pasti, di organ mana yang memberikan reaksi aneh, tetapi yang jelas ini membuat Saskia gelisah.
"Bagaimana?" tanya Juan dengan suara normal karena sudah menegakkan lagi tubuhnya.
Saskia mengerjapkan matanya. Kembali normal dan mulai menimbang.
"Baik. Tuan Juan yang terhormat. Bisakah Tuan membantu saya untuk melakukan sesuatu yang amat sangat tidak berbahaya?" Saskia mengakhiri kalimat tanyanya dengan helaan napas gemas.
"Baik. Saya bantu kamu."
Dengan sangat santainya kata-kata itu mengalir, membuat Saskia geram. Juan juga sangat santai melangkah mendekati mobil Saskia dan membuka pintu di bagian sisi penumpang. Ia yang otomatis sudah masuk duluan, langsung tersenyum penuh kemenanangan.
Saski kemudian menyusul Juan masuk. Sempat refleknya akan membanting pintu mobil saat menutup. Tetapi akalya menahan Saskia kasar dengan mobilnya, khawatir jika Juan ngambek lagi dan keluar mobil hanya karna ia membanting pintu mobilnya saat ditutup. Akhirnya dengan lembut, Saskia menutup pintu mobilnya.
Juan mengagumi dalamnya mobil Saskia yang memiliki interior super mewah dan teknologi super canggih. "Saya kira, mobil ini tidak akan masuk Indonesia. Saya belum pernah melihatnya. Sepertinya cuma kamu satu-satunya yang mengemudikan mobil ini."
Saskia tersenyum jumawa. "Ya. Saya memang selalu menggunakan mobil yang limitted edition. Jika ada yang menyamai saya akan ganti."
Juan manggut-manggut. "Maserati, Italia. Kurang populer di sini. Mungkin orang awam akan menilainya ini mobil buatan Cina. Beruntung mobil ini memiliki desain dan logo yang sangat mewah, jadi masih ada gengsi kalau dibawa ke jalan."
"Hanya orang tidak mampu saja yang akan bodoh mengira ini mobil Cina," gerutu Saskia. Kemudian Saskia penasaran. "Dari mana kamu tahu tentang mobil ini? Ahhh.... Jangan-jangan kamu sales yang biasa menjual mobil-mobil mewah dan impor? Pantas aja penampilanmu nyentrik dan terkesan kaya. Pasti banyak cuan dari mejual mobil impor."
"Hmmm.... Bukannya kamu yang sales?" Juan menyunggingkan senyum yang sarkas. Membalikkan posisi agar Saskia tidak berlebihan. "Tidak jelas siapa kamu dan latar belakang kamu, tetapi kamu membawa mobil ini, cukup mencurigakan, bukan? Mmm.... Apa kamu sudah ijin bosmu untuk membawa mobil ini keluar showroom?"
"Ini mobil saya!" tegas Saskia dongkol. "Memangnya kamu gak bisa menilai latar belakang kehidupan saya dari ponsel yang sempat kamu curi?"
"Saya tidak mencuri. Ingat itu."
Saskia meredam kekesalannya dengan diam sesaat. Berkali-kali diserang balik, membuatnya berada di ujung tanduk. Salah sedikit, Juan bisa berbalik dan tak membantunya.
"Oke. Anggap saja ini mobilmu. Kenapa kamu pilih Maserati?" tanya Juan.
"Bukannya tadi saya bilang. Saya tak suka barang yang biasa saja atau sama kebanyakan." Saskia memalingkan wajah dan melanjutkan kalimatnya dengan suara berbisik. "Budek."
"Saya dengar untuk yang terakhir, tapi saya masih mengabaikan. Sisa satu kali kesempatan."
Saskia merapatkan bibirnya.
"Kamu pasti melakukan test drive sebelum membeli bukan?" tanya Juan.
"Ya pasti. Saya harus memastikan mobil ini nyaman dikendarai."
"Nyaman atau karena sensasi erotisnya?" tanya Juan dengan senyum dikulum. Seolah mengetahui sesuatu yang menggelikan yang tak disadari Saskia.
"Maksud kamu apa?"
"Ini adalah mobil eksotis yang diproduksi. Tak hanya bodi yang menarik perhatian namun mesin mobilnya ampuh menggoda kaum wanita. Ada studi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi asal Inggris, Hiscox, mengungkapkan bahwa suara putaran mesin mobil Maserati memiliki efek biologis pada wanita.
Katanya, kadar testosteron dalam darah para wanita akan langsung meningkat kalau mendengar raungan mesin Maserati ini. Bukannya kadar testosteron yang tinggi dalam darah, dapat menjadi indikasi adanya peningkatan gairah seksual wanita, ya."
Saskia diam melongo saja mendengarkan Juan bicara. Ia bahkan tak memahami mobilnya sejauh itu. Tetapi Juan tahu itu semua.
Juan memajukan tubuhnya kembali lebih dekat ke wajah Saskia. "Dari pada kamu berfantasi dengan mobil ini, bagaimana kalau pagi ini kita...."
Plak!
Sebuah tamparan mengenai pipi Juan dengan keras. Cukup panas dan menyakitkan. Kedua matanya mendelik marah menatap Saskia.
Saskia terpakasa menampar pipi Juan. Bukan karena permintaannya yang memang kurang ajar, tetapi karena penawaran Juan yang menggoda bagian lain dalam diri Saskia. Saskia tidak mau jatuh dan terlena. Ia harus menjaga dirinya sendiri.
"Bisa tidak kalau kita, tidak membicarakan mobil ini dengan cara yang tak senonoh? Dan kamu tadi bilang mau bantu saya. Sekarang, kita bicara masalah saya dan bantuan apa yang saya butuhkan. Oke?" tanya Saskia tegas.
Juan tak marah sedikitpun karena ditampar Saskia. Ia justru suka dengan sikap Saskia yang berbeda dari wanita kebanyakan. Saskia sudah mengultimatum dan Juan juga kasihan terus mengalahkan gadis itu.
"Oke. Apa yang bisa saya bantu?"
***