Love|Part.8

1422 Words
Saat kamu sudah mulai komitmen, dan telah terikat dengan satu orang. Meskipun pasangan kamu banyak kekurangan, kamu gak berhak untuk cari yang lain. Komitmen dan ikatan itu bukan sesuatu yang bisa di abaikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . "Jadi mau makan dimana?" tanya Akhtar pada Kalina, gadis itu menoleh memandang Akhtar yang bertanya dengannya. Ia tampak berpikir mencari tempat makan yang enak. "Kalau Saya bilang ditempat yang Saya mau, Bapak mau makan disitu?" Akhtar tampak mengerutkan dahinya lalu mengangguk. "Kenapa enggak, sebutkan saja tempatnya." ucapnya menunjukkan wajah tersenyum sumringah. "Aku ingin makan bebek goreng dengan sambal kemangi di warung langganan ku Pak, tapi tempatnya sedikit ramai dan dipinggir jalan." Akhtar mengangguk mendengarkan. "Tidak apa apa." jawab Akhtar santai "Beneran Pak, Bapak mau?" Kalina menatap tak percaya Akhtar mau menuruti kemauannya. "Iya, ayo dimana tempatnya, kalau kamu bicara terus kita tidak akan sampai." Kalina tertawa mendengar ucapan Akhtar lalu menyebutkan makanan di salah satu emperan taman kota Jakarta. Mereka tiba di salah satu warung yang hanya memiliki tempat duduk dan lesehan tikar saja, mereka memilih duduk disalah satu lesehan yang terdapat paling ujung dan dekat dengan sebuah pohon Cherry yang daunnya menutupi sebagai atap mereka duduk. Kalina memesan bebek yang sesuai ia inginkan dan segelas lemon tea, Akhtar juga menyamakan makanannya, mereka duduk menunggu pesanan datang masih terlihat canggung diantara keduanya, Kalina juga merasa risih menggunakan gaun yang sedikit terbuka, angin malam menerpa punggung terbukanya membuat Kalina bergerak gelisah mengusap usap lengannya Akhtar melihat itu lalu melepas Jas nya untuk ia berikan kepada Kalina. "Pakai lah." sambil menyodorkan Jas yang ia gunakan. "Tidak usah Pak." "Kau kelihatannya kedinginan!!" "Tidak kok Pak, terimakasih." Akhtar tak mendengarkan kata kata Kalina ia langsung menyelimuti Kalina dengan Jas nya. "Pak, saya bilang tidak perlu." "Tidak apa apa, kalau kamu sakit Saya juga yang repot!!" Kalina terdiam ia berpikir bahwa Akhtar melakukannya karena ia bersimpati bukan karena Kalina adalah karyawannya yang takut jika sakit Akhtar akan kewalahan dalam bekerja, kenapa ia malah berharap Akhtar memperhatikan Kalina karena merasa tertarik, dasar bodoh Kalina bos mu sudah memiliki istri bagaimana bisa kau berpikir seperti itu konyol sekali batin Kalina tanpa sadar ia menepuk jidatnya pelan dan tak luput dari pandangan Akhtar. "Kenapa?" "Kenapa apa? Maksud Bapak apa?" "Kenapa kau, memukul kepalamu??" "Ahh. itu tadi ada nyamuk Pak." jawab Kalina asal. "Ohh, lagian kenapa kamu menggunakan baju terbuka seperti itu jika tidak nyaman?" "Sebenarnya ini bukan pilihanku Pak." "Lalu?" "Ini semua pilihan Kayra, Bapak tau Kayra kan?" "Oh, teman kamu itu?" "Iya Pak, ini semua pilihan nya." "Lain kali jangan gunakan lagi pakaian seperti itu." ucap Akhtar kepada Kalina yang di anggukki oleh Kalina. "Baik Pak." Bolehkah kalau ucapan bos nya barusan Kalina artikan sebagai bentuk perhatian, haduh Kalina bagaimana bisa kau berpikir seperti itu jika bos mu sudah memiliki istri, apa kau berniat menjadi pelakor, batinnya. Makanan datang mereka menyantap makanan itu tanpa pembicaraan lagi. "Kamu sering makan disini?" tanya Akhtar pada Kalina. "Sering Pak, bahkan dalam seminggu pasti ada beberapa kali." "Benar kah?" Kalina tampak menganggukkan kepalanya. "Aku sudah lama sekali tidak datang kesini." "Bapak pernah makan disini juga?" "Dulu, waktu saya masih kuliah." "Aku kira orang seperti Bapak hanya makan di restoran mahal saja." Akhtar terkekeh mendengar penuturan Kalina. "Kenapa kau berpikir begitu?" "Ya, karena seorang bos seperti Bapak tidak mungkin makan ditempat ramai seperti ini, bahkan kalian yang dari kalangan atas mungkin mengatakan ini tidak layak." "Tidak semua orang seperti itu." "Termasuk Bapak maksudnya?" "Ya begitulah." Kalina tersenyum ke arah Akhtar yang tengah memakan makanannya ia bisa melihat jika pria dihadapannya ini cukup bersahabat dia ajak berbicara, ternyata Akhtar hanya banyak diam jika sedang bekerja batin Kalina. selesai makan mereka masih menikmati suasana warung yang mulai senggang masih belum beranjak dari tempatnya, Kalina melirik jam pada ponselnya menunjukkan pukul sepuluh malam. "Ayo Pak, sudah malam, lagian gak enak sama Mbak Giana Bapak belum pulang di jam segini." Akhtar terdiam mendengarkan ajakan Kalina. bagaimana istrinya marah, bahkan mungkin ia tidak memikirkan bagaimana suaminya sudah makan atau belum mungkin kah Giana berpikir sampai kesana. "Santai saja, Giana tidak akan marah." ucap Akhtar mengadahkan kepalanya memandang dedaunan pohon Cherry di atas mereka duduk. "Maksud Bapak, tapi Saya yang gak enak pak." "Sudah, duduk saja dulu." Kalina terdiam lalu menuruti ucapan Akhtar, ia melihat pria tampan itu dengan tatapan sayu kenapa ia melihat seperti sarat akan kesedihan dari sorot mata Akhtar, mungkin kah benar bahwa ia tak bahagia didalam pernikahannya, Akhtar menoleh melihat ke arah Kalina merasa diperhatikan, saat itulah pandangan mereka bertemu. "Kenapa?" tanya Akhtar "Ti..tidak ada apa apa Pak." jawab Kalina gugup mengalihkan pandangannya kearah lain saat Akhtar memergoki Kalina memandang kearahnya. "Apa kau betah bekerja bersama Saya?" "Saya suka Pak, ini pekerjaan yang menyenangkan!!" "Sudah pasti menyenangkan kalau bos nya seperti Saya." "Kenapa bisa seperti itu?" tanya Kalina heran. "Dimana lagi ada bos baik, dan tampan seperti Saya." Kalina mendengus sambil terkekeh. "Ahh, Bapak percaya diri juga ternyata." "Loh bukannya memang seperti itu?" "Kata siapa?" "Kamu tidak tahu kalau Saya ini menjadi bahan gosipan setiap karyawan wanita Saya, karena Saya memiliki tampang diatas rata rata." jawab Akhtar bangga "Percaya diri sekali." "Itu harus." "Tapi sayang Bapak sudah memiliki istri, jadi semua itu percuma saja." entah kenapa Kalina malah mengucapkan itu, apa ia baru saja mengutarakan isi hatinya yang menyayangkan bos nya telah memiliki seorang istri. "Ya, kamu benar, tidak ada artinya itu semua." ucap Akhtar membenarkan. Kalina mendengarkan itu seperti kata kata lebih pada keputusasaan "Bagaiman Bapak tau kalau Bapak menjadi bahan gosipan karyawan Bapak?" "Saya mengetahuinya Kalina, tapi lebih memilih diam, suatu saat mereka juga akan diam dengan sendirinya." Kalina hanya mengangguk mengerti tanpa menjawab. "Kau juga pasti sudah mendengar beberapa tentang aku dari mereka bukan?" "Hahh, tidak Pak." Kalina cukup terkejut dengan pernyataan yang dilontarkan atasannya. "Benar kah, saya tidak mempercayainya." "Hanya beberapa Pak." jawab Kalina akhirnya. "Apa yang mereka katakan?" "Ya seperti yang Bapak bilang mereka berbicara tentang kehidupan Bapak." ucap Kalina mencoba menutupi apa yang ia ketahui. "Lebih tepatnya seperti apa?" "Tentang!" Kalina berpikir mungkinkah ia harus membicarakan hal ini pada bos nya. "Tentang istri Saya yang kamu maksud?" tambah Akhtar lagi yang menatap Kalina sambil tersenyum, ucapan Akhtar membuat Kalina serba salah. "Saya tidak mengatakan itu Pak." "Santai saja, hal ini bukan hal yang baru menurut Saya, apa yang kamu dengar tentang istri Saya?" "Mereka!" Kalina tampak ragu mengucapkannya, ia melihat Akhtar yang tengah menunggunya berbicara, demi apapun kenapa pria dihadapannya ini begitu menggoda dengan setelan kemeja putih yang sudah terbuka dua kancing bagian atasnya dan dasi yang sudah sedikit longgar menunjukkan ketampanannya yang terlihat semangkin sexy dimata Kalina. "Mereka apa?" tanya Akhtar lagi membuyarkan keterpukauan Kalina kepada Akhtar. "Ohh, mereka bilang kalau Mbak Giana wanita yang manja." "Itu saja?" tanya Akhtar lagi, yang di jawab anggukan Kalina, mana mungkin ia mengatakan kalau karyawannya melihat istri bosnya tengah mabuk mabukan di sebuah club malam bersama teman temannya. "Mungkin kamu akan dengar hal lain lagi setelah berteman dengan banyak orang di kantor Saya." "Meskipun lebih dari itu yang Saya dengar, tapi bukan berarti semua benar kan Pak, karena itu hanya sebuah gosip." "Menurutmu?" tanya Akhtar yang kembali bertanya. "Saya tidak bisa menilai kehidupan seseorang, karena bukan saya yang menjalaninya." Akhtar menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Kalina. "Gosip itu ada yang benar benar hanya sekedar gosip ada juga yang sesuai kenyataannya!" "Ya Bapak benar." "Jadi kamu percaya yang mana?" "Saya tidak tahu." ucap Kalina tak ingin menebak. "Baiklah Kalina sepertinya kita bisa berteman." "Teman?" "Ya, diluar jam kerja anggap saja saya temanmu." "Apa boleh seperti itu?" "Tentu saja boleh." "Baiklah." Kalina tersenyum ke arah Akhtar yang mengulurkan tangannya, membuat Kalina mengerutkan dahinya tak mengerti. "Salam persahabatan." ucap Akhtar melihat uluran tangannya yang tak dibalas oleh Kalina, Kalina mengangguk tersenyum dan menyambutnya pembicaraan itu di akhiri salam persahabatan dan mereka beranjak pulang karena malam sudah mulai larut. Kalina turun dan memberikan jas yang sejak tadi menutupi tubuhnya. "Terimah kasih Pak." ucap Kalina saat mengulurkan jas itu pada Akhtar. "Saya juga harus berterimakasih karena sudah merepotkan mu diluar jam kerja." "Tidak masalah Pak, yang terpenting transferan gaji di rekening Saya bertambah." ucap Kalina sambil tersenyum ke arah Akhtar. "Baiklah." Akhtar mengerti yang Kalina maksudkan lalu menutup pintu dan berlalu melesat cepat mengendarai mobil sport nya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD