Love|Part.7

2580 Words
Kita Abai pada rasa. Menganggap lebay segala tentang cinta Lebih suka merasa suci. . . Memilih terluka karena membenci . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Pagi hari Kalina sudah disibukkan dengan aktifitas kantor, karena sudah mendekati akhir bulan, banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan, hari ini hari terakhir kerja karena besok adalah weekend, dengan semangat Kalina merapikan semua berkas yang akan ia serahkan kepada atasannya. Mengingat weekend membuatnya bersemangat. Kalina sudah membayangkan akhir pekan yang bahagia. Bersama Kayra pergi ke pusat perbelanjaan. Mencari apa saja yang ia inginkan, serta mencicipi makanan khas daerah yang membuat Kalina semangkin semangat dengan akhir pekan setiap minggunya. Karena Kayra akan membawanya jalan- jalan dan wisata kulineran. Kapan lagi Kalina bisa jalan- jalan kalau tidak saat ini. Kebetulan ia sudah berada di Hanya tidak sempat saja berkeliling kota Jakarta. Kalina berjalan masuk ke ruangan CEO mengetuk pintu lalu masuk menyerahkan berkas yang ia bawa. "Ini Pak yang harus ditanda tangani." Akhtar mengangguk tanpa menolehkan kepalanya dari pekerjaannya. "Oh iya Pak ini ada undangan, dari salah satu klien kita yang mengadakan aniversary pernikahannya." Kalina menyodorkan sebuah undangan berwarna gold itu kepada Akhtar yang langsung menghentikan pekerjaannya. ia menerima undangan itu dan membacanya. "Bapak diharapkan hadir bersama istri Bapak." "Oke, ingat kan kembali pukul berapa Saya harus siap siap nanti," Sambil meletakkan surat undangan tersebut Akhtar fokus kembali dengan pekerjaannya. "Disitu tertera acara dimulai pukul delapan malam Pak." Akhtar mengangguk mengerti. "Terimakasih Kalina, kau boleh pergi." "Baik Pak." kalina undur diri keluar dan melanjutkan pekerjaannya. Makan siang tiba Kalina sudah ada janji makan bersama Jihan ia keluar kantor bersama gadis manis itu, mereka akan menghabiskan waktu makan siangnya di restoran yang Kalina janjikan, mereka tiba dan memesan beberapa makanan dan minuman juga, suasana resto tersebut cukup ramai mengingat ini jam makan siang dan istirahat. "Gimana dengan pekerjaan mu?" tanya Kalina "Ahh lumayan banyak, sepertinya hari ini aku akan lembur." "Kan lumayan bonus nya." "Aku bukan tipe orang yang suka kejar bonusan, tapi kalau terpaksa boleh juga, aku lebih suka kerja sewajarnya Lin, gak terlalu capek malah kita bisa menikmatinya." "Bener sih, kerja kalau jadi beban juga gak baik loh, memicu penyakit." Jihan mengangguk membenarkan ucapan temannya "Kamu weekend ini kemana?" "Gak ada sih paling juga ngabisin daftar film drama Korea di Apartemen." "Pecinta oppa juga ternyata." Kalina terkekeh mendengar ucapan Jihan "Banyak banyak liat oppa juga bikin kita milih suami standartnya menjadi di atas rata rata." jawab Kalina menegaskan. "Ahh, bener juga ya." "Oh iya weekend ini main dong ke Apartemen kita, Kayra juga pasti suka." "Boleh entar aku kabarin kamu lagi." Kalina mengacungkan jempolnya, pelayan datang membawakan pesanan mereka, mereka menyantap makanan itu sambil berbicara banyak hal. "Kamu uda lama kan kerja di kantor pusat?" "Yah, seperti yang aku bilang, setahun lebih gitu lah, kenapa?" "Kamu tahu pernikahan Bos dengan istrinya?" "Ya tau dong, tapi saat aku bergabung diperusahaan mereka memang udah married sih." "Kamu tau gimana istri Bos?" "Ya tau lah, beberapa kali juga pernah liat, lagian ngapain kita bahas nikahannya Bos sih Lin?" "Cuma pengen tau aja, soalnya aku orang baru disini." "Tapi setau aku ya, istri Bos itu emang jarang banget ke kantor, biasanya kan istri itu suka anterin makan siang untuk suaminya tapi ini gak pernah sih selama aku kerja di kantor ini." Kalina terdiam mendengarkan ucapan Jihan benarkah seperti itu batinnya. "Masa iya sih?" "Kamu gak tau sih, lagian ya anak anak kantor pada bilang kalau istri Bos itu, sukanya hura hura, tau sendirilah kalau orang lahir jadi anak sultan" Jihan berbicara sambil diselingi kegiatannya makan siang. "Kata siapa, kamu jangan asal ngomong deh Han?" "Beneran Kalina." "Kalau iya kasian ya si Bos?" ucap Kalina terdiam mengingat ucapan mama Akhtar tadi malam. "Eh tapi denger denger ni ya." ucap Jihan lebih seperti berbisik dan memajukan tubuhnya ke arah Kalina lebih dekat. "Apa?" "Pernah ada gosip di kantor kalau istri Bos itu suka mabuk mabukan." Kalina menjauhkan tubuhnya melihat temannya berbicara sedikit terkejut apa yang Jihan ucapkan. "Kamu ini, jangan asal bicara kita lagi bahas istri Bos loh ini." "Beneran Kalina, anak anak pernah liat kalau Mbak Giana itu lagi mabuk di club malem." "Sama Pak Akhtar??" "Bukan." "Jadi, sendiri maksud kamu?" Kalina menatap Jihan tak percaya. "Iya, eh maksudnya sama temen temen nya." "Sama temennya?" "Iya," "Cewek atau cowok?" "Kamu ini kenapa sih, ternyata sebulan temenan sama kamu aku jadi tau kalau kamu itu punya tingkat kepo yang tinggi." Kalina merengut sebal kearah Jihan yang terkekeh melihat ekspresi Kalina. "Aku juga pingin tau kali." jawab Kalina sewot. "Ternyata gue punya temen pergibahan yang solid." "Ihh, Jihan gak usah lebay deh." Jihan tertawa menanggapi ucapan Kalina. "Oke oke, temen nya istri Bos itu ada cowok ada cewek nya juga Lin, tapi loe mikir gak sih masak iya perempuan uda ada suami masih dugeman di club malem malem, kamu gak penasaran Pak Akhtar gimana perasaannya?" Kalina terdiam memikirkan ucapan Jihan, benar yang ia katakan mungkin kah bosnya itu lebih menyembunyikan kelakuan istrinya di mata orang tua dan keluarganya. seketika perasaan kasihan melingkupi hati Kalina, ia bisa melihat bahwa bosnya adalah pria baik baik. "Aku jadi kasian sama Bos, kalau begitu keadaannya." "Gue juga, makannya anak anak pada simpati sama Bos terutama yang kaum hawa, mereka berpikir mungkin ada kesempatan menggeser tempat Ratu di hati Raja, makannya mereka merasa tersaingi ketika tau sekertaris Bapak Akhtar masih muda dan cantik." Kalina hanya terkekeh mendengar ucapan Jihan. "Gak usah puji puji gue, gue gak punya duit receh." "Gue bicara kenyataan kok." "Udah cukup, ntar gue terbang lagi dipuji puji begitu." Jihan dan Kalina tertawa menyudahi acara makan makan tersebut mereka kembali ke kantor karena waktu istirahat hampir habis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kalina membereskan barang barangnya bersiap untuk pulang ia berjalan keruangan CEO untuk berpamitan jika pekerjaan nya sudah selesai. "Permisi Pak, Saya cuma mau mengingatkan kalau hari ini jangan lupa menghadiri undangan dari Mister.x," Kalina mengingatkan atasannya sekali lagi untuk menghadiri undangan pesta kliennya. "Iya, terimakasih Kalina," "Ada lagi yang Bapak butuh kan? Jika tidak Saya akan pulang sekarang boleh Pak?" "Tidak ada, pulang lah." ucap Akhtar tanpa mengalihkan matanya pada pekerjaanya. Kalina pulang dengan mobil yang Akhtar berikan ia sudah tidak perlu lagi menunggu taksi dan meminta Kayra mengantarnya. selepas kepergian Kalina Akhtar merogoh sakunya mengambil ponsel mendial nomor istrinya, cukup lama panggilan itu baru diangkat oleh Giana. |"Hallo honey"| |"Hallo Gi, kamu dimana??"| |"Aku baru aja keluar, ada apa Sayang?"| |"Temani aku datang di acara klien aku pukul delapan nanti, jangan pergi, setelah aku pulang aku harap kamu sudah bersiap siap untuk pergi,"| Giana mendesah di ujung telpon merasa tidak berminat. |"Sayang bisakah kamu pergi bersama Toni saja, aku bosan menghadiri acara seperti pekerjaan itu."| ucap Giana beralasan. |"Ini bukan acara pekerjaan, ini acara aniversary salah satu klien ku, tidak enak jika tidak hadir, aku mau kamu harus pulang sebelum aku pulang kerumah."| ucap Akhtar final. |"Tapi aku tidak bisa,"| |"Aku tidak mau tau, apa teman teman mu itu lebih penting dari ku?"| |"Akhtar kenapa kamu bicara seperti itu."| |"Aku memiliki batas kesabaran Gi, aku muak dengan tingkah mu yang sesuka hati itu"| ucap Akhtar sambil memijit pelipisnya. |" Bagaimana kalau kamu pergi saja bersama sekertaris Kamu?"| Giana mencoba memberi solusi. |"Aku memiliki istri kenapa harus pergi dengan sekertarisku."| |"Akhtar mengertilah aku tidak bisa,"| |"Seharusnya siapa yang bisa mengerti siapa?"| tanya Akhtar yang mulai lelah dan emosi. |"Oke tapi untuk kali ini aku benar benar tidak bisa."| |"Apapun alasannya aku menunggumu dirumah."| putus Akhtar menutup teleponnya begitu saja, ia menyandarkan kepalanya dikursi kerjanya ia memijit keningnya merasa pusing, kenapa tuhan memberikan istri seperti Giana padanya mungkinkah Tuhan tengah menghukumnya, Akhtar membereskan pekerjaannya ia melirik jam tangannya hampir pukul enam sore ia harus bersiap siap menghadiri acara itu batinnya. Kalina memasuki parkiran khusus pemilik apartemen. Kalina masuk disambut Kayra dan juga kekasihnya Abian yang juga berada di apartemen Kayra. "Kalian dari tadi disini?" tanya Kalina pada sepasang kekasih itu. "Ya iya lah jadi mau dimana sih Lin?" "Bukan itu, kalian jangan sering sering berduaan deh disini, ketiganya setan loh." ucap Kalina pada Kayra. "Iya, elo setannya." "Kok gue?" Kalina mengucapkan dengan nada sedikit tak terima. "Kita pasangan kekasih, nah loe, sendiri jadi orang ketiga, apa coba namanya?" "Obat nyamuk." Abian tertawa mendengar ucapan Kalina sementara Kayra masih belum selesai bicara. "Bukan itu Bambang." "Jadi apaan?" "Ya loe lah setannya!" "Dih, mana ada setan cantiknya kaya gue." jawab Kalina sambil mengibaskan rambutnya ke arah Kayra. "Hih, cantik, iya deh cantik, tapi sayang jomblo." Kalina langsung melotot menatap sahabatnya melempar bantal sofa ke arah Kayra yang langsung mengelak hingga ketiga nya berakhir tertawa bersama dan Kalina memilih undur diri untuk mandi terlebih dahulu. Akhtar tiba dirumah dan mendapati rumah besar itu sepi tidak ada tanda tanda Giana berada dirumah, ia berjalan masuk kedalam kamarnya memeriksa apakah Giana benar benar tidak pulang dan memilih pergi bersama teman temannya. Akhtar menghela nafas ia mengecek semua ruangan tapi tetap tidak ada, ia memegang handle pintu kamar mandi dengan kuat hingga buku buku tangannya memerah ia merasa menjadi suami yang gagal, Giana bahkan tak mendengarkan ucapannya, Akhtar menuruni tangga berniat bertanya kepada asisten rumah tangganya. saat ia ke dapur ia langsung disambut wanita yang sudah tidak bisa dibilang muda. "Maaf Tuan tadi Non Giana berpesan, tidak akan pulang kerumah malam ini, ia ada acara bersama teman temannya menaiki kapal pesiar, karena ada salah satu temannya yang berulang tahun, begitu pesannya." Akhtar mengangguk mengerti ia merasa emosi. "Tuan mau makan malam sekarang biar saya siapkan." "Tidak perlu Bik, Saya akan pergi malam ini jadi tidak perlu menyiapkan makan malam." ucap Akhtar sambil berlalu menuju lantai dua kamarnya. Kalina keluar dengan setelan lebih santai ia membasahi rambutnya dan membiarkannya tetap basah lalu ikut bergabung bersama Kayra dan kekasihnya Abian. "Di keringin atuh neng rambutnya." ucap Kayra melihat rambut panjang Kalina tergerai basah memanjang. "Males ahh, sering sering di keringin juga gak bagus, ngerusak rambut." "Serahhh, eneng aje dahh." mereka melanjutkan kegiatan bersenda gurau hingga ponsel Kalina bergetar menandakan seseorang memanggilnya "Bentar deh jangan ribut." ucap Kalina menginstruksikan kepada teman nya. |"Hallo Kalina,"| |"Ya hallo Pak,"| |"Kamu temani Saya malam ini datang ke acara Mister.x,"| |"Loh, Pak bukannya Bapak pergi bersama istri Bapak?"| |"Dia tidak bisa hadir, cepat bersiap setengah jam lagi Saya tiba disana,"| |"Apa..a. Pak hallo Pak."| telepon langsung ditutup oleh Akhtar tanpa mendengar jawaban Kalina dulu. "Ada apa, Bos loe?" tanya Kayra "Iya nih, gak jelas banget malem malem telpon minta temenin dateng ke acara klien." Gerutu Kalina. "Terus?" "Ihh, males ahh." "Emang Bos lo bilang apa?" tanya Kayra lagi sambil memakan jajanan ditangannya. "Cepat siap siap, Saya setengah jam lagi tiba disana." "Lah, terus lo ngapain masih diem aja, waktu lo berjalan Lin?" ucap Kayra sedikit panik. "Gue males ah, apalagi berdua sama Bos." "Aduh, lo mau dipecat hah?" bentak Kayra lagi. "Ya enggak lah, enak aja." "Makannya buruan siap siap, lo ngemeng aja Bos lo dah sampai disini tau rasa loe." "Terus gue harus gimana?" "Aduh ribet amat sih, makannya lo itu punya pacar biar tau mau kondangan, kepesta itu mesti ngapain?" jawab Kayra sambil berdiri menyeret temannya masuk kedalam kamar. Kayra membongkar barang barangnya habis untuk Kalina, ia mengeluarkan semua gaunnya yang cocok dikenakan Kalina. saat sedang memakai lipstik suara ponsel Kalina kembali berdering, Akhtar menghubunginya menandakan bahwa ia sudah tiba. "Mampus Bos loe uda nelpon buruan." ucap Kayra sambil menata rambut temannya ke arah samping dan dibuat agak sedikit bergelombang, Kalina menggunakan gaun hitam menjuntai hingga menutupi kaki jenjangnya, gaun itu memiliki tangan panjang, tapi bagian punggungnya terbuka berbentuk V memanjang hingga ke pinggang, mengekspos semua punggung mulus Kalina yang membuatnya sedikit tak nyaman. "Kamu yakin aku harus pakek gaun ini?" "Yakin Kalina ini bagus bangett." "Tapi ini terlalu terbuka Kay?" "Udah gak usah ngeyel dibilangin, Bos lo pasti gak berkedip liat loe tampil begini, sumpah Lin lo cantik bangeet." ucap Kayra senang. "Bos gue uda punya binik Kay, jangan buat gue seperti cewek murahan deh, godain Bos pake baju beginian." "Ck, payah lo ah. ini sopan kok, lagian gak ada yang kebuka selain punggung loe yang keliatan." "Beneran ni?" "Bener, udah sana Bos loe yang ganteng itu ntar garing nungguin sekertarisnya dandan." saat itu lah ponsel Kalina kembali berbunyi membuat keduanya langsung berlari keluar kamar. bunyi suitan terdengar dari arah ruang tv siapa lagi kalau bukan Abian pacar Kayra. "Gue sampai gak kenalin loe Lin." "Biasa aja kali." ucap Kalina tersipu malu. "Udah buruan, malah senyum senyum." ucap Kayra mendorong temannya keluar. Akhtar menunggu Kalina sambil memainkan handphonenya ia mengangkat kepala saat merasa ada seseorang yang berdiri dihadapannya. Akhtar mengerjabkan matanya melihat sosok Kalina tampil beda dari biasanya ia terlihat lebih dewasa dan sexy Akhtar sesaat memandang cukup lama hingga ia menyadari keterpukauan nya lalu berjalan memutari mobil dan masuk diikuti Kalina yang juga masuk kedalam mobil. mereka tidak berbicara hingga sampai dan masuk kedalam acara tersebut, ia mengikuti kemana pun Akhtar berjalan menyapa tamu yang lain, banyak relasi dan para investor lainnya yang juga menghadiri acara ini, Kalina sudah merasa letih dengan hak tinggi yang Kayra pilihkan untuknya berdiri saja. ia bergerak gelisah dan tak luput dari penglihatan Akhtar. "Kenapa??" tanya Akhtar dengan berbisik "Kenapa apa?" tanya Kalina bingung. "Kau bergerak gelisah, ada apa??" "Kakiku sedikit sakit, boleh aku duduk sebentar Pak?" "Tidak apa apa, kau duduk saja, jika aku sudah selesai, kita akan pulang setelah ini." ucap Akhtar merasa mengerti. Tak berapa lama Akhtar pun mengajak Kalina kembali. Sebenarnya Kalina merasa sangat lapar mengingat ia belum makan apapun saat pulang kerja, tapi ia juga merasa malu jika bicara kepada Akhtar, ia juga tidak sempat menikmati makanan di acara tersebut, karena sibuk mengikuti langkah Akhtar kemanapun. Akhirnya ia hanya berpuas diri meminum segelas jus orange. Akhtar sesekali memperhatikan Kalina yang hanya diam memandang kearah luar jendela, "Kau sudah makan malam?" tanya Akhtar, ia juga tak mengerti mengapa bertanya seperti itu kepada Kalina. "Belum Pak." jawab Kalina jujur, "Mau mampir makan dulu atau pulang saja?" Kalina merasa canggung jika harus makan berdua bersama Akhtar. "Kita pulang saja Pak." ucap Kalina yang lebih memilih aman karena ia bisa makan bersama Kayra saja. "Oke, baiklah." tapi saat Akhtar selesai mengatakan itu ia mendengar suara perut Kalina yang lapar. seketika wajah Kalina memerah merasa malu. "Sepertinya pilihan pulang itu rencana yang tidak tepat, aku merasa jadi bos yang tidak tau diri sekali membiarkan karyawannya pulang dengan perut lapar." "Terserah Bapak saja." Kalina menjawab sambil menundukkan wajahnya merasa malu, sedangkan Akhtar sudah tertawa melihat Kalina, Kalina memandang wajah Akhtar yang tertawa cukup lepas. Ia baru pertama kali melihat Akhtar tertawa seperti itu selama ia bekerja dengannya, bahkan ini kali pertama Akhtar berbicara santai dan cukup panjang kepada Kalina, ia tersenyum merasakan hal itu ia terus melihat Akhtar yang masih senyum senyum karena ulahnya hingga Akhtar menoleh memandang Kalina juga, cukup lama hingga Akhtar memutuskannya fokus kembali mengemudikan mobilnya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Salam sayang dari akuu..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD