Mencari yang sempurna untuk hidup yang lebih sempurna. . .
Kebencian mengontrol semua perasaan yang disentuh. Tapi dalam cinta semua perasaan yang disentuh itu akan merasa bebas dan menjadi dirinya sendiri. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hari ini adalah hari pertama Kalina memulai harinya sebagai sekertaris CEO di perusahaan yang selama dua tahun ini ia geluti dua tahun menghabiskan waktu bekerja dikantor cabang bogor membuat ia mendapat promosi kesempatan menjadi sekertaris orang nomor satu di perusahaannya tepatnya dikantor pusat kota Jakarta, karena jarak dan tempat tinggal yang tidak memungkin kan ia harus pulang pergi dari rumah ia memutuskan tinggal di apartemen bersama teman masa kecilnya yang juga ikut menetap di Jakarta karena mengikuti kekasihnya yang harus di pindah tugaskan ke Jakarta. Kalina turun dari taxi memandang bangunan gedung bertingkat dihadapannya ia memasuki lobi kantor bertanya pada resepsionis tempat ia menuju untuk menemui seseorang yang telah menunggunya. sesuai instruksi resepsionis itu ia berjalan menuju lift menekan tombol ruangan yang ia tuju, saat tiba di salah satu ruangan ia mengedarkan pandangan mencari seseorang yang hendak ia temui saat suara dari belakang nya mengejutkan Kalina.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
"Ada yang bisa saya bantu Mbak??" sapa wanita dari belakang Kalina.
"Saya mencari ruangan sekertaris bapak Afrizal Mbak?"
"Oh, dengan saya sendiri, ada keperluan apa ya Mbak?"
"Saya datang memenuhi panggilan kerja sebagai pengganti sekertaris Bapak Afrizal mbak?"
"Oh iya iya kamu Kalina Arandika??" wanita dihadapan Kalina mengucapkan sambil tersenyum lalu menggiring Kalina menuju ruangannya. Tampak sekertaris itu sibuk mencari berkas data diri Kalina.
"Kalau kamu bertanya kenapa aku langsung mewawancaraimu bukan melalui HRD itu semua karena keinginan atasan kita, dia itu sungguh cerewet sekali semoga kau betah berada disini." curcol sang sekertaris pada Kalina yang dijawab senyum manis oleh gadis tersebut.
"Panggil aja Mbak kita tidak usah terlalu formal, oke??" Kalina mengangguk singkat.
"Kenapa Mbak mengundurkan diri?" tanya Kalina penasaran.
"Aku sudah semangkin tua, jadi aku ingin berkeluarga dan calon suamiku tidak mengijinkan aku untuk bekerja, sebenarnya CEO tidak menerima surat pengunduran diriku dia hanya memberiku waktu cuti sampai aku benar benar selesai dengan urusanku, tapi aku tidak mau dan tetap mengundurkan diri," jelas sekertaris itu panjang lebar Kalina hanya mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Dan untuk penebusan pengunduran diriku dalam seminggu kedepannya aku akan memantau kinerja mu, itu yang diminta bos dia tidak ingin memiliki sekertaris yang tidak kompeten jadi aku harus menggembleng mu lebih keras lagi agar bos tidak kecewa aku mengundurkan diri, oke??" Kalina hanya menganggu kembali sambil tersenyum
"Nah ini tumpukan file file yang harus kau periksa sebelum bos memeriksanya dan menandatangani semuanya oke,"
"Oke Mbak?"
"Semoga kau betah disini."
"Aminn semoga saja, aku bisa memberikan usaha yang terbaik Mbak."
"Bagus,, bos juga gak terlalu suka dengan wanita yang selalu cari cari perhatiannya, jangan seperti itu oke, dan aku lihat kau masih sangat muda Kalina, berapa umurmu??"
"Dua puluh empat tahun mbak."
"Kau masih sangat muda tapi sudah memiliki karier yang bagus, pertahankan, aku rasa mereka tidak akan salah mempromosikan seseorang."
"Semoga saja Mbak."
"Kau sudah pernah bertemu CEO kita??"
"Sudah mbak." Liana tampak menganggukkan kepalanya.
"Jangan pernah coba coba jatuh cinta padanya, kau mengerti??" Kalina menganggukkan ragu kepalanya kenapa ia harus jatuh cinta pada pria yang sudah tua batinnya.
"Tidak mungkin Mbak, aku masih suka sama yang muda kok."
"Ehmm, aku rasa bos kita masih bisa dibilang muda, meskipun usianya sudah tiga puluh lima tahun." Kalina mengerutkan dahinya apa mereka membicarakan orang yang berbeda batinnya.
"Dan juga ia adalah pria beristri jadi jangan mencoba mendekati pria beristri kau mengerti?"
"Aku tidak menyukai pria beristri Mbak?"
"Bagus, kita harus bekerja dengan profesional karena Akhtar itu sangat mengutamakan profesional kerja!"
"Akhtar??"
"Ya Kenapa?"
"Bukannya CEO kita Bapak Afrizal??"
"Ya kamu benar, Bapak Afrizal itu memang pemilik perusahaan ini, tapi sudah setahun belakangan ini perusahaan Galindra dialihkan kepada menantunya bapak Akhtar yang menikahi putri satu satunya bapak Afrizal yaitu nona Giana, Akhtar juga memiliki perusahaannya sendiri di bidang arsitektur makanya ia terlalu sibuk, dan dia memiliki asisten pribadi yang mengurus semua kepentingannya untuk perusahaan lainnya, nanti juga kamu tau!" Kalina melongo mendengar penuturan mbak Liana jadi CEO yang dimaksud tadi bukan orang yang sama Kalina berdoa semoga saja ia tidak melakukan kesalahan dalam bekerja.
"Apa Bapak Akhtar itu orang yang tempramen Mbak??"
"Tidak juga, ia malah bos yang bisa dibilang tidak suka marah marah gak jelas, dia orang yang tidak terlalu banyak bicara, tapi banyak bertindak, tapi bukan berarti dia tidak bisa marah." ucap Liana yang dari tadi hanya sibuk dengan menggosok gosok kukunya dengan alat pembersih kuku yang sudah tampak mengkilap bila Kalina perhatikan.
"Tidak usah terlalu di pikirkan, cukup jadi diri sendiri saja, Akhtar akan menyukaimu, ia tidak suka dengan wanita yang suka tebar pesona!" Kalina tersenyum menanggapi ucapan Liana bagaimana ia ingin tebar pesona menarik perhatian pria saja ia tidak mengerti ahh bila ia berkata belum pernah pacaran sama sekali pasti ia akan ditertawakan habis habisan diusianya yang bisa dibilang dewasa.
"Kau bisa santai bekerja untuk satu minggu ke depan sambil belajar, dan teruskan pekerjaan ku yang belum terselesaikan aku akan mendampingi mu selama seminggu, karena bos sedang tidak ada ditempat."
"Emang bos kemana Mbak??"
"Ia sedang ada perjalanan bisnis ke Singapura bersama asistennya dan istrinya juga." Kalina menganggukkan kepala nya tanpa mengalihkan kepalanya dari berkas berkas yang sedang ia kerjakan.
"Istrinya sering ikut perjalanan bisnis ya Mbak??"
"Tidak pernah." ucap Liana, Kalina langsung memandang wanita disampingnya.
"Tapi Mbak bilang tadi istrinya ikut Bapak Akhtar??"
"Sambil bekerja ia juga sedang ingin berkunjung kerumah mertuanya karena bapak Afrizal dan istri memilih menetap di Singapura."
"Oh begitu, kapan ia kembali ke Indonesia Mbak?"
"Itu yang aku tidak tahu, tapi biasanya asisten Pak Akhtar akan mengabari kepulangannya sehari sebelum berangkat jadi kau tenang saja nanti akan Mbak beritahu."
"Ahh baiklah thanks Mbak."
"Tidak perlu berterimakasih ini memang sudah tugas ku." Kalina tersenyum menanggapi ucapan Liana ia melanjutkan pekerjaannya dengan fokus setelah tidak ada pembahasan lagi dengan Liana yang memilih pergi untuk membuat kopi menuju pantry kantor. sore hari Kalina kembali ke apartemen menggunakan taksi ia berjalan masuk menuju lift menekan lantai apartemennya hari pertama tidak begitu melelahkan mengingat atasannya sedang tidak berada ditempat membuat ia sedikit bersyukur setidaknya bisa memperbaiki pekerjaannya dahulu sebelum atasannya kembali. Ia memasuki apartemen itu dan mendengar isak kan tangis seseorang ia mencari sumber suara dilihatnya Kayra tengah memegang kotak tisu sambil mengelap air matanya Kalina merasa khawatir langsung mendekati sahabat kecilnya.
"Kayra lo kenapa? Loe putus sama Abi??"
Kayra tampak mengerutkan dahinya memandang Kalina dengan wajah sembab.
"Kenapa sih doa lo itu jelek mulu heran gue."
"Ya terus kamu kenapa nangis nangis gak jelas gini, cerita dong sama aku jangan buat aku takut dong Kay,"
"Apaan sih Linn,,, orang gue abis liat drama korea juga, tuh liat." tunjuk Kayra pada sebuah televisi dihadapannya yang telah menunjukkan sebuah drama yang usai di tonton.
"Ya ampun lebay lo, gue kira apaan sampai nangis nangis bengek begitu."
"Ini bagus tau filmnya buat gue baper makannya nangiss."
"Ahh ya udah lah aku mau masuk dulu mau mandi capek."
"Gimana hari kerja lo lancar??" tanya Kayra penasaran.
"Lancar dongg."
"Aseek, entar gaji pertama traktir gue." Kalina hanya mengangkat tangannya menunjukkan tanda ok sambil berjalan menuju kamar untuk membersihkan diri.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Maaf untuk typo dan lain lain.
Jangan lupa Komen.