Love|Part2

1290 Words
Menurut saya. . . . Istilah pelakor itu yang berarti perebut lelaki orang. Terasa kurang tepat, hati seseorang tidak bisa di rebut kalau ia tidak ingin di rebut. Selingkuh itu butuh persetujuan minimal dua orang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kalina tidak tahu kapan tepatnya sang atasan tiba di Indonesia, yang pasti ia telah bersiap siap menunggu sang CEO yang dikatakan Liana akan tiba di Indonesia dalam beberapa hari ini, ia sudah bekerja sebagai sekertaris dikantornya selama satu minggu lebih dan Liana yang menemani pun telah undur diri. Selesai jam makan siang Kalina kembali keruangan nya dan mengerjakan pekerjaan yang sempat tertunda. Masih berkutat dengan pekerjaannya suara ketukkan sepatu menggema dilantai yang berpenghuni hanya Kalina dan dua orang wakil bawahan CEO Kalina mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang, tampak pria bersetelan jas rapi melewati meja kerjanya diikuti satu orang pria dibelakangnya yang kelihatannya lebih muda. Pria yang berjalan didepan seketika berhenti memutar balik badannya yang diikuti pria muda dibelakangnya tubuhnya menghadap Kalina, melihatnya seksama dan berucap "Kamu sekertaris baru saya disini?" tanya Akhtar pada Kalina yang masih terdiam dari keterpukauannya. "Aahh, i iya Pak saya Kalin,,_" belum sempat Kalina melanjutkan ucapannya CEO itu berlalu seraya berucap. "Baiklah, ikut Saya masuk." pria yang hanya berdiri dibelakang atasannya itu hanya menyunggingkan senyum dan ikut berlalu masuk kedalam ruangan CEO mereka. Kalina langsung tersadar dan cepat membawa keperluan yang dibutuhkan atasannya, Kalina masuk kedalam ruangan itu melihat bosnya sudah duduk di kursi kebesarannya, Kalina menundukkan tubuhnya memberi hormat. "Siapa namamu??" tanya Akhtar sambil memberi kode pada asisten pribadinya untuk memberikan data diri Kalina. "Kalina Pak!" "Oke, sudah berapa lama Liana memperkerjakan mu?" "Sudah terhitung hari ke sembilan Pak!" Akhtar mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengerti sambil membaca data diri Kalina. "Baiklah, semoga kamu betah bekerja bersama Saya, apa agenda Saya hari ini?" "Tapi sebelum itu, perkenalkan dulu, dia Toni asisten pribadi Saya?" Akhtar menunjuk pria yang hanya berdiam diri mendengarkan mereka berdua. "Dia bisa membantu pekerjaan mu juga nantinya." tambah Akhtar lagi "Kalina,!" Kalina membungkukkan badannya menghadap Toni begitu juga dengan Toni mengangguk sambil tersenyum. "Oke, bacakan jadwal Saya apa saja hari ini??" "Sebenarnya jadwal Bapak untuk hari ini sudah diwakilkan dengan wakil direktur dan sebagian lagi ada janji temu dengan investor pukul tiga sore, di cafe Symponi Pak, apa Bapak berkenan hadir? Agar kami konfirmasikan kepada pihak Investornya??" "Katakan pada mereka Saya sendiri yang akan menghadiri pertemuan itu." "Ada lagi??" "Tidak Pak, itu yang terakhir, setelahnya Bapak kosong." Akhtar terlihat melirik jam tangannya. "Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, setengah jam lagi aku dan Toni akan berangkat, siapkan semua berkasnya." "Baik Pak, saya permisi!" Akhtar menganggukkan kepalanya, Kalina undur diri saat ia berjalan mendekati pintu, pintu itu terbuka menunjukkan pria manis berlesung pipi tersenyum kearahnya, "Hii Lin, apa kabarmu??" "Hii kak, aku baik kak Kaizan gimana??" "Kakak baik, tapi sedikit sibuk, maaf belum menyapamu beberapa hari ini, bagaimana pekerjaanmu??" "Aku suka dengan pekerjaannya kok Kak." tampak pria itu tersenyum sambil mengusap kepala Kalina dengan sayang. "Bagus lah, kapan kapan Kakak akan main ke Apartemen kalian, apa Kayra sering keluar malam??" Kalina tampak bingung menjawabnya jika pulang larut apa pukul sebelas malam itu dikatakan larut bahkan Kayra hampir setiap malam menghabiskan waktunya dengan Abian pacarnya tapi lebih sering di apartemen bersama mereka bertiga. "Ahh, enggak kok Kak." Kaizan berjalan meninggalkan Kalina dan masuk keruangan CEO sementara Kalina melanjutkan pekerjaannya. Kalina cukup berdebar berhadapan langsung dengan bos atau CEO perusahaan perhotelan dan resort yang telah banyak memiliki cabang tersebar luas di asia. dan ia menyadari ucapan mbak Rindi memang benar ia dikelilingi pria pria berwajah tampan dan ia harus bersikap profesional dalam bekerja apalagi pria tampan itu sudah memiliki istri seperti atasannya. "Hemm, sebenarnya ini kantor atau Agency sih kenapa isinya pria berwajah aktor semua buat pusing kepala saja," gerutu Kalina saat tiba di ruangannya. sementara dilain tempat, "Kau kenal padanya??" tanya Akhtar "Dia teman sekolah Adik ku Kayra, serta tetangga ku juga di Bogor," Akhtar menganggukkan kepalanya mengerti "Kapan kau tiba??" "Baru saja, selesai makan siang kami langsung kemari," "Kenapa tidak istirahat saja dulu, semua sudah dihandle dengan baik disini." "Tidak apa, aku merasa baikan jadi aku pikir untuk apa menunda pekerjaan." "Egois sekali," jawab Kaizan "Maksudmu?" "Asisten mu juga manusia, ia mungkin letih, ck." "Aku sudah menyarankan ia agar tidak ikut, tapi ia memilih mengikutiku, dan menolaknya ya sudah aku tidak memaksa." "Sudah jelas dia menolak kau tidak tau diri." "Ck, jaga bicaramu aku ini atasanmu." "Ahh, iya kamu bos disini aku hampir lupa." Kaizan menatap Toni yang hanya berdiam diri memandang mereka yang tengah berbicara. "Hey bro pergilah aku ingin berbicara dengan bos mu ini!" Toni memandang kearah Akhtar yang disambut anggukkan kepala tanda ia menyetujuinya dan pamit undur diri. "Dia lebih cocok dipanggil bodyguard dari pada asisten pribadi, sangat irit bicara." "Ada apa? Kenapa kau mengusirnya??" "Astaga memangnya kenapa??" tanya Kaizan kembali tanpa merasa berdosa. "Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan??" "Tidak ada, aku cuma kasian padanya hanya berdiri tanpa bicara, mungkin saja dia pegal berdiri terus, jadi aku usir saja apalagi punya bos tidak peka." "Ck, sudah pergi sana kau datang hanya ingin merecoki ku saja," terlihat Akhtar mengusir Kaizan dengan gerakan tangan dikibaskan kearah Kaizan. "Kau ini, aku kesini mau meminta tanda tanganmu, andai saja semua semua tak butuh tanda tanganmu, aku pastikan gak bakalan aku injakan kaki diruangan ini." sambil menyodorkan berkas yang ia bawa, Akhtar menerima dan memeriksanya sebelum ia tanda tangani berkas yang dibawa sahabatnya. "Kenapa harus merenovasi bukannya fasilitas di resort itu masih bagus??" tanya Akhtar tanpa mengalihkan pandangannya pada berkas yang berada ditangannya. "Hanya beberapa untuk memperbaiki fasilitas yang sudah tidak layak guna lagi, lagian ini semua untuk kenyamanan pelanggan." "Oke, aku percayakan semuanya sama kamu." sambil menyodorkan berkas yang sudah ia tanda tangani kembali kepada Kaizan "Bagaimana liburannya menyenangkan??" "yah begitulah." "Roman roman nya kenapa gak bahagia gitu, liburan bareng istri tercintaa." dengan gaya ingin muntah Kaizan menyebutkan kata kata cinta. "Kayak nya lo seneng banget ya, kalau gue gak bahagia?" "Ya enggak lah, aku ini sahabat paling baik sedunia dan akhirat, gak mungkinlah aku bahagia liat kamu kesusahan." jawab Kaizan sambil tertawa "Ck, lebay Loe!" "Jadi binik loe tercinta, loe tinggalin gitu aja dirumah setelah dari bandara lo lebih milih angkremin kantor?" "Dia masih di Singapura belom balik!" "Kalian gak pulang barengan??" "Enggak, Gia masih ingin tinggal bersama orang tua nya lo tau sendiri lah gimana Giana." Kaizan menganggukkan kepalanya ia mengerti bahwa istri sahabatnya ini termasuk wanita yang manja dan sosialita tinggi. "Aku balik deh, oh iya jangan galak galak sama Kalina dia uda aku anggap Adik sendiri." "Enak aja kalau salah ya dimarahin lah." "Ck, serah loe dah, sebahagianya loe aja, tapi inget jangan sampai bentak bentak dia anak baik broo." "Uda sana sana, ngemeng aja." "Oke aku cabut nih, jangan rindu." Kaizan mengucapkan sambil berlalu dan tertawa ia berjalan keluar dan hilang dibalik pintu, Akhtar melirik jam tangannya waktu pertemuan akan segera di mulai ia menghubungi Toni agar menyiapkan mobil untuknya lalu bersiap untuk berangkat memenuhi pertemuan yang akan dihadiri. Akhtar keluar berhenti dimeja Kalina, seketika gadis itu berdiri memandang atasannya yang langsung menghampirinya. "Maaf pak ada yang bisa saya bantu?" kalina langsung berdiri menyambut CEO nya. "Mana berkas yang akan ku bawa??" "Oh iya pak ini?" Kalina mengambil beberapa berkas di mejanya yang sudah ia siapkan memberikan kepada Akhtar dan berlalu begitu menerima berkas yang akan ia gunakan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Maaf untuk typo dan lain lain. Jangan lupa Komen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD