Kupikir jarak dan waktu lebih dari cukup membuatmu merindu.
Tapi sayangnya aku salah besar, Kau bahkan tidak mengijinkan waktumu untuk bersamaku sehari pun.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Akhtar kembali dari acara nge-gym nya saat hari mulai siang. Ia masuk kedalam rumah besar yang sudah hampir dua tahun lebih ia tinggali. Akhtar masuk kedalam kamarnya tidak mendapati Giana disana. Ia mengerutkan dahinya lalu keluar mencari Giana berada dimana. Akhtar menuju dapur mencari asisten rumah tangganya untuk bertanya keberadaan Giana. Karena Akhtar sudah pergi dari rumah saat pagi menjelang untuk pergi berolahraga.
"Kamu lihat Giana?" tanya Akhtar pada wanita yang sedang sibuk berada di dapur.
"Oh, Mbak Giana sudah pergi Tuan. Tadi Mbak Giana pesan katanya tidak akan lama!" ucap wanita yang sedikit muda dari Akhtar menunduk hormat di hadapannya. Akhtar menghela nafasnya mana mungkin Giana akan pergi sebentar dan kembali dengan cepat. Mengingat ini adalah weekend pasti ia akan menghabiskan waktunya dengan sahabatnya yang tidak berguna itu. Akhtar berlalu meninggalkan dapur lalu naik keatas kamarnya. Ia seperti pria yang tidak memiliki istri karena Giana seperti memiliki dunianya sendiri. Bisakah ia bertahan dengan sikapnya yang seperti itu dan bersabar menunggu Giana berubah. Ia menghela nafasnya dan berlalu masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
***
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Akhtar termenung di bawah guyuran shower ia merasa menjadi seorang pria yang tidak pernah dihargai. Giana benar benar memandangnya sebelah mata tidak menghiraukan kemarahannya selama ini. Akhtar teringat dengan Kalina mengingat gadis polos itu ia bergegas membersihkan tubuhnya dan dengan cepat bersiap untuk pergi ke apartemen gadis itu. Ia mengambil kunci mobilnya lalu menginjak gasnya menuju apartemen Kalina. Tapi Akhtar di kejutkan dengan ketiga gadis yang tampak akan keluar karena mereka sudah tampak rapi dan bersiap untuk pergi. Akhtar memperhatikan ketiga gadis itu saat masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan gedung apartemen Kalina. Akhtar mengikuti kemana perginya para gadis itu hingga berhenti disalah satu mall terbesar di pusat kota. Akhtar mengikuti mereka dengan menggunakan topi agar wajahnya tidak terlalu terlihat. Mereka tampak sesekali tertawa hingga memasuki kawasan foodcurt dan melihat apa saja yang dilakukan para gadis tersebut. Akhtar tampak melihat Kalina pergi menuju sebuah toilet membuat ia langsung bergerak cepat dan membawa Kalina bersamanya dan disini lah mereka di salah satu tempat nyaman yang sering di sebut pemandangan kota Bali. Terdapat di kota Jakarta bernama Segarra Ancol. Kalina masih diam membisu saat Akhtar sudah mematikan mesin mobilnya. Hari mulai terlihat sore dan Kalina benar benar tidak membawa apapun. Ponsel tas dompet semua ia tinggalkan di tempat makan bersama teman temannya. Akhtar menetralkan tenggorokannya mencoba mengalihkan perhatian Kalina. Tapi gadis itu tetap enggan menatapnya dan masih membuang wajahnya sambil melipat kedua tangannya di atas dadaa. Akhtar tersenyum memandang kearah gadis yang masih belia menurutnya. Ia mengacak rambut Kalina membuat gadis itu menoleh kearahnya dengan tatapan sinis. Apa Akhtar tidak tahu jika ia mencoba menahan dirinya agar tidak memandang kearah Akhtar. Karena Akhtar saat ini sangat terlihat cool dengan menggunakan celana jins dan kaos hitam membuat kulitnya yang putih benar benar terlihat lebih bersinar serta wangi yang semangkin membuat akal sehat Kalina tidak bekerja sama sekali. Akhtar benar benar seperti pria yang masih menginjak usia di dua puluhan. Bukan Akhtar yang berusia tiga puluh lima tahun.
"Marah?" tanya Akhtar sambil menunjukkan senyuman di wajahnya membuat dinding yang Kalina bangun untuk membatasi dirinya runtuh seketika. Apalagi dengan perlakuan Akhtar padanya membuat jantung Kalina semangkin berdebar tidak karuan.
"Apa aku ada hak untuk itu?" Kalina memandang Akhtar dengan tatapan sinisnya. Akhtar terkekeh lalu meraih tangan Kalina dan menautkan nya disela sela jari Kalina. Demi apa Kalina bisa saja luluh jika Akhtar terus merayu dengan menyentuh nya meskipun sentuhan sentuhan kecil tapi Kalina belum pernah merasakan hal seperti ini dengan pria manapun dan saat ini ia malah bermain dengan suami orang. Ia menghela nafasnya lelah mengingat status Akhtar yang terus membuatnya tidak bisa bertindak apapun.
"Tidak, dan jika kamu marah pun aku tidak akan membiarkannya." Akhtar merapikan anak rambut Kalina yang tampak berantakan. menyelipkannya di belakang telinga, mengapa perlakuan Akhtar sangat manis padanya. Ia tidak bisa didekat Akhtar terus jika harus begini.
"Kenapa Bapak bisa ada disini?" tanya Kalina ketus.
"Kenapa? Emang gak boleh?" tanya Akhtar balik bertanya.
"Pak, Bapak gak weekend gitu sama istri Bapak? Kok malah nyulik anak gadis orang!" Kalina merengut kesal diakhir bicaranya.
"Tidak ada kata weekend dalam hidupku! Maukah kamu memperkenalkan hari weekend itu seperti apa?" Akhtar menatap Kalina dengan raut memohon. Sementara Kalina gagal fokus dengan ucapan Akhtar. Mengapa pria itu mengatakan tidak mengenal weekend.
"Apa Bapak tidak salah bicara? Bagaimana bisa Bapak tidak mengetahui weekend itu seperti apa!" Kalina memandang kearah Akhtar yang tampak mengangkat kedua pundaknya tidak mengerti.
"Apa kamu tahu kalau hidupku benar benar membosankan Kalina!" ucap Akhtar tanpa memandang kearah Kalina. Kalina menatap pria yang berada disampingnya dengan raut prihatin. Mengapa Akhtar begitu menyedihkan, haruskah ia terima hubungan ini dan memberikan kebahagiaan semu. Kalina menghembuskan nafasnya kasar mengapa tidak ada jalan terbaik untuk rasa yang ia miliki.
"Apa yang bisa menghilangkan rasa bosan itu?" tanya Kalina kali ini memandang kearah Akhtar. Membuatnya tersenyum memandang kearah Kalina.
"Tetaplah seperti ini untuk satu hari ini Kalina." Akhtar memandang genggaman tangan Kalina dan dirinya. Ia menyukai Kalina yang tampak diam tidak menolak sentuhannya.
"Ini tidak baik Pak!" jawab Kalina sambil menundukkan kepalanya bingung dengan hubungan yang tidak ada akhirnya.
"Menurutku, tidak bersamamu itu lebih tidak baik lagi!" jawab Akhtar sambil memandang Kalina lekat. Kalina mengangkat wajahnya memandang kearah Akhtar yang ternyata tengah menatapnya. Ia benar benar tidak bisa seperti ini jika Akhtar terus memohon dengan tatapan matanya yang mematikan untuk Kalina. Ucapan Akhtar barusan seperti sebuah angin segar untuk Kalina tapi kenyataan lebih pahit dari sebuah harapan yang ia miliki. Kalina menghela nafasnya bingung menundukkan wajahnya ia memandang tangan yang betah saling bertaut itu.
"Bisakah Bapak berhenti bersikap seperti ini!" lirih Kalina lebih terdengar seperti orang yang putus asa.
"Tidak bisa!" jawab Akhtar cepat. Kalina memejamkan matanya mengapa Akhtar benar benar keras kepala.
"Tapi ini menggangguku Pak!" jawab Kalina lagi tanpa memandang Akhtar.
"Aku memang berniat mengganggumu Kalina. Maaf untuk itu, tapi aku tidak tahu mengapa aku begitu tertarik untuk mendekatimu!" jawab Akhtar jujur sambil mengusap lembut punggung tangan Kalina.
"Tapi kita tidak bisa,_"
"Bisa!" jawab Akhtar cepat membuat Kalina memandangnya tidak mengerti. Ia bahkan belum selesai mengatakan ucapannya.
"Apa yang bisa?"
"Kita bisa menjalin hubungan ini!" Kalina memandang Akhtar tidak mengerti mengapa pria ini benar benar memaksanya.
"Lalu?" Kalina sudah benar benar menatap kearah Akhtar, mereka berbicara didalam mobil tanpa berniat keluar. Pembicaraan yang tadinya tampak biasa saja seperti berakhir menjadi perdebatan.
"Lalu apa?" tanya Akhtar tidak mengerti.
"Lalu mau dibawa kemana hubungan ini? Bapak bukan pria bebas, jadi jauhi aku!" ucap Kalina akhirnya dengan membuang wajahnya kearah lain. Akhtar menghela nafasnya lalu memperhatikan Kalina yang tampak marah.
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
"Katakan!" jawab Kalina cepat.
"Lihat aku!" Kali ini Kalina memandang Akhtar dengan tatapan sinis.
"Apa?"
"Apa yang kamu rasakan saat ini?" Kalina tampak terkejut dengan pertanyaan Akhtar. Ia membenarkan letak duduknya lalu memandang Akhtar gugup. Bagaimana mungkin ia mengatakan kalau perasaanya saat ini berdebar tidak karuan karena tindakan Akhtar.
"Maksud Bapak?" tanya Kalina mencoba mengontrol rasa gugupnya.
"Apa yang kamu rasain saat ini? Apa seperti ini!" Akhtar mengambil tangan Kalina untuk ia letakkan di daadanya yang benar benar berdebar kencang membuat Kalina bahagia dan juga bingung dalam bersamaan. "Apa seperti itu?" Kalina bingung harus menjawab apa, Akhtar tampak menggenggam kedua tangan Kalina lalu menuntun Kalina untuk memandang kearahnya.
"Katakan Kalina!" ucap Akhtar lagi membuat Kalina menunduk. "Apa kamu bisa berhenti menunduk saat didekatku!" ucap Akhtar lagi membuat Kalina langsung mengangkat wajahnya.
"P ... Pak, ituu!" ia bergerak gelisah membuat Akhtar menatapnya dengan dahi berkerut.
"Apa?" Akhtar tampak menunggu jawaban Kalina membuat Kalina bingung harus mengatakan yang sesungguhnya atau harus berbohong lagi dan seterusnya begitu.
"A ... aku!" Kalina memejamkan matanya bimbang. Jika ia benar menjawab ungkapan rasa untuk Akhtar bolehkah ia bermimpi jika ia akan berakhir bahagia bersama pria yang lebih tua sebelas tahun darinya?. Kalina menggelengkan kepalanya bingung.
"Aku apa?" tanya Akhtar lagi menuntut.
"Pak jangan seperti ini!" desah Kalina prustasi.
"Kenapa?" Kalina memandang Akhtar dengan tatapan sinis.
"Apa Bapak tidak sadar aku bahkan sulit bernafas saat didekat Bapak, Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan Bapak disetiap hariku. Apa aku harus menjadi wanita jahat untuk meraih apa yang aku inginkan!" ucap Kalina dengan kekesalan yang menjadi membuat Akhtar menariknya masuk kedalam pelukannya mencoba menenangkan Kalina agar sedikit lebih tenang. Ia mengusap lembut kepala Kalina yang tampak menangis didalam pelukannya. Akhtar tahu dari tatapan wanita itu, bahwa rasa yang ia miliki tidak bertepuk sebelah tangan. Hanya saja karena Kalina adalah wanita terhormat dan masih memiliki harga diri ia terus mencoba menolak Akhtar yang menawarkan kesenangan padanya. Tapi Akhtar benar benar akan menjaga hati yang tulus mencintainya. Ia akan berjanji untuk itu meskipun ia adalah pria berstatus suami orang. Tapi untuk Kalina, Akhtar berjanji akan menjamin kebahagiaan gadis itu. Akhtar mengusap punggung bergetar Kalina dengan lembut.
"Aku mencintaimu Kalina." bisik Akhtar ditelinga gadis itu. Kalina hanya diam tidak menjawab, ia hanya membalas pelukan Akhtar lebih erat lagi membuat Akhtar tersenyum bahagia. Jangan salahkan Akhtar jika ia mencari kebahagiaannya sendiri diluar karena Giana tidak menyajikan itu untuknya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Welcome to the my Story...