Arabella menghela nafas panjang. Tumpukan buku tidak tertarik lagi bagi dirinya. Padahal ia sangat hobi membaca. Tapi kali ini, tumpukan buku itu seperti tidak berarti apa-apa.
Kepala Arabella terasa sangat berat. Adik bungsunya baru saja mengirim pesan. Isi pesan itu memberitahu bahwa Papa dan Mama mereka tengah perang dingin. Penyebabnya adalah urusan pernikahan Arabella.
Mama ingin Arabella menjalani kehidupan sendiri, sedangkan Papa menginginkan Arabella untuk segera menikah.
Ada beberapa pria yang sudah disiapkan oleh Papa untuk dikenalkan kepada Arabella jika jangka waktu sebulan sudah terlewat.
Rumah tangga Mama dan Papanya nyaris hancur. Walaupun sikap Papanya tidak terlalu baik, tapi Papa tidak pernah memperlakukan Mama dengan buruk. Bisa dikatakan bahwa Papa bukan ayah yang baik, tapi dia menjadi suami yang baik.
Bagi Arabella itu sudah cukup. Apalagi Mamanya sangat mencintai Papa. Kalau tidak cinta, mana mungkin bertahan sejauh ini. Apalagi Papa sangat terobsesi dengan perusahaan.
Arabella mengerti bahwa perusahaan dibangun dengan susah payah oleh Papa. Bahkan Papa pernah berhutang milyaran untuk mengembangkan perusahaan.
Hanya saja Arabella tidak ingin berakhir sama seperti adiknya. Dia ingin menikah dengan pilihannya sendiri. Setidaknya ia tidak akan mencari seseorang yang luar biasa seperti kaya dan punya pesona luar biasa.
"Ada apa, Ara?"
Arabella langsung mengangkat wajah. "Tidak apa-apa, Prof."
"Jika tidak ingin menjadi asisten saya lagi, katakan saja."
Arabella meneguk air ludah dengan susah payah. Meskipun sudah menjadi asisten Prof Takashi, tetap saja bagi Arabella Prof Takashi menakutkan.
"Ti-tidak, Prof. Saya masih ingin menjadi asisten." Arabella masih membutuhkan ilmu yang banyak dari Prof Takashi. Jika dia pulang ke negara asal, maka Arabella bisa masuk ke kampus mana saja. Bahkan ia bisa mendapat jabatan yang cukup bagus. Tapi untuk sekarang tidak dulu, ia masih ingin belajar dibawah bimbingan Prof Takashi. Gajinya juga lumayan.
"Jangan melamun di jam kerja! Kamu digaji untuk berpikir bukan untuk melamun."
Arabella dengan cepat berdiri dan membungkukkan sedikit badannya. "Iya, Prof. Saya minta maaf," ujarnya untuk menunjukkan rasa bersalah.
"Tahun ini saya akan membimbing 3 mahasiswa Bachelor."
Arabella terkejut. Biasanya Prof Takashi hanya membimbing mahasiswa magister, tapi sekarang malah mengambil 3 mahasiswa Bachelor. Kesempatan yang langka, harusnya 3 mahasiswa terpilih merasa sangat senang.
"Tolong pilih tiga terbaik diantara dua puluh mahasiswa yang rekomendasikan dari Prof Alex." Prof Takashi mengirimkan file kepada Arabella.
"Baik, Prof."
"Kamu tahu mahasiswa seperti apa yang masuk kualifikasi bimbingan saya," ujar Prof Takashi.
"Iya, Prof. Saya akan melakukan yang terbaik."
Setelah mengatakan itu, Prof Takashi masuk ke dalam ruangannya. Arabella bernafas lega. Meski sudah lama menjadi asisten, tetap saja ia masih takut.
Arabella tidak boleh melakukan kesalahan. Ia akan memilih tiga mahasiswa yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Prof Takashi.
Arabella menyingkirkan sedikit soal pernikahan dari kepalanya. Lebih baik fokus bekerja daripada mendapat kata-kata manis dari Prof Takashi.
Arabella membaca informasi mahasiswa-mahasiswa yang direkomendasi oleh Prof Alex. Bahkan penelitian yang mereka akan angkat juga tertera di sana sebagai bahan pertimbangan.
Sekarang Prof Takashi sedang fokus pada ilmu data mining. Maka Arabella harus menyingkirkan mahasiswa dengan topik penelitian yang tidak berhubungan dengan data mining. Setidaknya sejauh ini ia bisa melakukan dengan baik.
Arabella menggeser layar demi layar. Sampailah ke mahasiswa selanjutnya yang informasinya akan ia tinjau. Arabella mengerutkan kening.
Nama Mahasiswa tersebut adalah Yundra Aliandra. Asal negaranya sama seperti Arabella. Jujur saja, Arabella cukup terkejut. Ternyata ada mahasiswa yang berasal dari negaranya menjadi salah satu mahasiswa yang direkomendasi oleh Prof Alex. Pasti mahasiswa tersebut pintar. Bukan hanya perkara nilai saja tapi ketajaman analisis dan pengelolaan informasi yang diterima.
Meskipun berasal dari negara yang sama, Arabella tidak boleh memiliki kecenderungan untuk memilihnya menjadi mahasiswa yang akan dibimbing oleh Prof Takashi. Arabella diharuskan memiliki jiwa keprofesionalan yang tinggi.
Tatapan mata Arabella malah fokus pada foto yang terlampir. Dia langsung geleng-geleng kepala. Matanya sudah banyak melihat pria tampan, jadi pria yang bernama Yundra itu tidak ada apa-apanya.
Arabella memukul pelan pipinya. Kenapa ia seperti remaja yang baru saja mengalami pubertas? Lihat pria tampan langsung tertarik dan ingin terus melihatnya. Hal ini tidak boleh terjadi, Arabella bukan anak kecil lagi. Dia sudah dewasa.
Arabella menggeser ke layar selanjutnya. Gambar yang terlampir sudah tidak tampil di layar tabnya.
Tapi tunggu? Jika pria yang bernama Yundra itu sudah masuk ke tingkat empat, maka dia sudah berada di sini lebih dari tiga tahun. Tapi kenapa Arabella tidak pernah tahu dan melihatnya? Setidaknya ada perkumpulan sesama mahasiswa dari asal negara mereka, tapi Arabella tidak pernah melihatnya.
Arabella menggelengkan kepala. Dia harus fokus bekerja. Jangan sampai pikirannya kacau sehingga mengecewakan Prof Takashi.
***
Pukul lima lewat, Arabella selesai melakukan peninjauan. Tapi ia belum memutuskan dan akan kembali meninjau dan mempertimbangkan lebih lanjut. Arabella sudah cukup lelah sehingga memilih untuk pulang. Kalau terlalu dipaksakan, bisa-bisa tubuhnya melemah.
"Kenapa belum pulang, Prof?" tanya salah satu asisten profesor yang satu ruangan dengan Arabella.
"Sebentar lagi. Duluan saja."
"Baiklah. Kalau begitu, saya pulang dulu."
Arabella mengangguk. Dia membawa beberapa buku agar bisa dibaca di rumah. Arabella berjalan menuju ke parkiran. Selama disini, pihak kampus memberikan fasilitas mobil. Memang bukan mobil mahal, tapi fasilitas tersebut sudah sangat membantu.
Arabella sudah melangkah dengan baik dan hati-hati. Tapi malah ada orang yang tidak sengaja menabrak dirinya dari belakang. Tentu saja buku yang ada di tangan Arabella langsung jatuh.
"Ma-maaf, Prof. Saya benar-benar minta maaf." Sosok yang menabraknya langsung meminta maaf dan mengambil kembali beberapa buku yang terjatuh.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Arabella dengan tatapan tajam.
"Maaf, Prof. Kami bersalah." Kedua laki-laki itu membungkuk.
Arabella tidak boleh marah. Hanya masalah sepele. Tapi kalau kedua mahasiswa itu menabrak profesor yang sudah berumur bagaimana? Tentu saja akibatnya lebih besar daripada yang diterima Arabella.
"Apa kalian anak kecil? Berlari-lari tidak jelas, mata juga tidak dipakai." Arabella terlihat sangat galak sekali. Bahkan dia berdiri dengan postur tubuh yang cukup membuat lawan bicara terintimidasi.
"Maaf, Prof. Kami benar-benar minta maaf." Kedua mahasiswa itu tidak berani menatap Arabella sama sekali.
"Ya sudah, sana pulang!" Arabella langsung mengusir kedua mahasiswa tersebut.
"Ba-baik, Prof. Terima kasih." Kedua mahasiswa langsung berlari menjauh dari Arabella.
Arabella menatap kedua mahasiswa yang menjauh dari dirinya. Ia tidak jadi melangkah untuk mendekati mobil. Meskipun berjarak, tapi mata Arabella tidak mungkin salah. Dia melihat sosok pria yang menjadi salah satu mahasiswa yang direkomendasi oleh Prof Alex.
Yundra Aliandra, ya itu namanya. Penampilannya sangat sederhana. Hanya menggunakan hoodie dan juga ransel. Kacamata membuat kadar ketampanannya tidak berkurang. Bagi Arabella, pria tersebut sangat polos dan tidak tahu fashion sama sekali.
Arabella tampaknya tertarik untuk mencari informasi lebih dalam tentang pria tersebut. Bagaimana dia bisa berkuliah disini? Dengan uang sendiri atau dengan beasiswa? Ya, Arabella harus mencarinya.