Prolog
"A-ada apa?" tanya Arabella dengan penuh kegugupan. Bahkan wajahnya terlihat memerah.
Yu tidak mengatakan apa-apa, namun kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Kedua tangan Yu memegang pinggang Arabella. Pinggang ramping dan sangat cocok berada ditangannya. Walaupun pinggang itu terlapisi kain tipis, namun Yu dapat merasakan sensasi yang sangat luar biasa.
Arabella merasa sangat malu. Ia langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Jangan tanya bagaimana perasaan Arabella sekarang. Dia sudah seperti wanita yang tengan haus belaian saja. Tapi kenyataannya memang seperti itu.
"Kenapa Anda malu, Prof?" tanya Yu dengan niat menggoda wanita yang sudah menjadi istrinya sejak dua bulan yang lalu. Panggilan Prof sudah umum digunakan untuk seorang dosen, asisten dosen serta peneliti di kampusnya.
Arabella merasa tidak nyaman dengan panggilan yang diberikan oleh suaminya itu. Kalau dalam ruang lingkup kampus maka tidak masalah. Tapi mereka sedang berada di rumah dan kondisinya seperti sekarang. Sedang berhadapan. Yu duduk sambil memegang pinggangnya sedangkan Arabella menatapnya dengan penuh kegugupan.
"Sudahlah, saya ingin istirahat." Arabella ingin menyingkirkan tangan sang suami dari pinggangnya. Dia sudah sangat malu dan respon suaminya malah seperti itu. Kalau tahu begini, Arabella tidak akan mendekatinya. Apalagi dengan menggunakan pakaian sampah seperti ini. Apa dia sudah bisa dikatakan wanita murahaan? Memikirkan saja sudah sangat memusingkan dan memalukan.
"Lepaskan!" ujar Arabella. Semakin Arabella mencoba untuk melepaskan diri, maka semakin Yu tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Tetaplah disini, Prof." Yu mengatakan dengan nada rendah. Tatapan matanya juga berbeda dari biasanya. Itu menurut perasaan Arabella.
Sejenak, Arabella seperti terhipnotis dengan perkataan Yu. Bahkan kakinya mulai kehilangan tenaga untuk terus berdiri dihadapan Yu. Tapi hanya sebentar.
"Lepaskan!"
"Kenapa?" Yu tidak rela melepaskan sang istri. Kesempatan seperti ini jarang terjadi dan dia tidak ingin melepaskan begitu saja.
"Saya seperti dosen yang sedang menggoda mahasiswa sendiri," jawab Arabella dengan suara pelan.
Yu menarik tubuh Arabella agar semakin dekat dengan dirinya. Tentu saja Arabella terkejut karena jarak mereka yang sangat dekat sekali. Arabella seakan tidak mampu bernafas saking gugupnya.
"Siapa saya?" tanya Yu dengan suara yang menurut Arabella sangat sexy sekali. Jiwa Arabella bergetar dengan hebat. Jarak ini mampu merasakan hembusan nafas sosok pria di depannya.
Arabella tidak menjawab dan hanya bisa memejamkan mata.
"Saya suami Anda, Prof." Yu memberikan penekanan. Meskipun di kampus Yu adalah mahasiswa. Maka diluar itu, Yu adalah suami Arabella. Suami yang ia nikahi dalam waktu yang sangat singkat.
"Jangan panggil saya Prof," pinta Arabella saking frustasinya dengan panggilan tersebut.
Yu tertawa kecil. Ia hanya sedang menggoda Arabella saja. "Baik, Istriku."
Deg! Pupil mata Arabella melebar. Detak jantungnya semakin cepat. Panggilan yang baru saja ia dengar mampu membuat jiwa-jiwanya merasa hal yang sangat mendebarkan. Dia tidak mampu berkata-kata seakan-akan sarafnya sudah berhenti untuk bekerja.
"Kenapa memejamkan mata?" tanya Yu. Arabella sudah sangat gugup. Kedua tangannya mengepal dan bergetar. Sangat berbeda dari sosok wanita yang dikenali oleh orang-orang di luar sana.
Tatapan mata yang lembut, wajah yang merona serta berbicara dengan terbata-bata. Hal yang tidak akan pernah dilihat oleh orang lain. Hanya Yu yang dapat melihatnya. Hanya Yu yang dapat membuatnya seperti itu.
Arabella menggelengkan kepala. Ia tidak berani menatap Yu. Padahal sebelum mendekati Yu, Arabella sudah meyakinkan diri bahwa ia akan memimpin dalam hubungan sakral mereka. Tapi siapa sangka, ketika berhadapan langsung sosok Yu yang polos menghilang. Wajahnya terlihat dewasa dan berwibawa.
Arabella tidak percaya bahwa jantungnya bisa berdetak dengan cepat seperti sekarang. Bahkan lebih parah dibanding saat sidang akhir menyelesaikan pendidikan magisternya.
"Bukannya wajah ini yang membuat kamu ingin menikah dengan saya?" Yu mengarahkan tangan Arabella menyentuh wajahnya. Tangan Arabella terasa sangat dingin sekali.
Arabella mengangguk, kemudian menggeleng. "Bu-bukan seperti itu," jelasnya dengan cepat.
Lagi dan lagi, Yu tersenyum melihat bagaimana menggemaskan sosok wanita di depannya.
"Saya memang tampan," ujar Yu.
Tangan Arabella gemetaran. Dia tidak bisa membantah apa yang baru saja dikatakan oleh sang suami. Yu memang tampan, hal itu juga yang membuat Arabella ingin menikahinya.
"Apa yang harus saya lakukan?" tanya Yu.
"Ti-tidak tau." Arabella memalingkan wajah karena tidak berani menatap sang suami.
"Jadi untuk apa datang dengan memakai pakaian seperti ini?" Yu semakin mendekati tubuh Arabella. Dia menggigit tali tipis yang ada di pundak sang istri. Tali itu menjadi penyanggah gaun agar tidak terjatuh.
Jantung Arabella semakin menggila. Apalagi saat kulitnya merasakan deru nafas dari sang suami.
"He-hentikan," lirih Arabella dengan suara yang sangat disukai pria. Suara yang membuat kepala Yu menjadi semakin kacau dan tali kerasionalannya putus.
"Istriku..." ujar Yu penuh kefrustasian. Suara dengan nada lembut tapi penuh dengan ambisi yang tidak tertahankan.
"Kamu membangunkan apa yang seharusnya tidak bangun," lanjut Yu lagi. Bibirnya berpindah ke telinga Arabella. Suaranya semakin membuat Arabella merinding tapi juga memabukkan bagi dirinya.
Arabella semakin panik. Apalagi telinganya sangat sensitif karena sentuhan yang diberikan oleh sang suami. Apa yang harus Arabella lakukan sekarang? Tangannya langsung menutup mulutnya akan tidak bersuara.
"Pergilah..." ujar Yu sambil menjauh dari tubuh sang istri. Dia tidak berani menatap Arabella. Apalagi masa depannya sudah terbangun.
Tubuh Arabella langsung membeku. Bahkan dia seperti kehilangan. Tubuhnya terasa kosong. Tangan yang hangat dan kekar itu sudah tidak ada ditubuhnya lagi. Bahkan Yu tidak ingin melihatnya.
Apa dia baru saja ditolak?
"Pergilah," ujar Yu lagi.
Tubuh Arabella langsung melemah. Pikirannya kosong. Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja. Hal ini sangat menyesakkan sampai-sampai Arabella tidak merasa kedinginan.
"Kenapa ti-" Yu kaget melihat sang istri menangis. Bahkan ia kaget.
"A-apa yang sakit?" tanya Yu langsung. Dia takut jika gigitannya pada telinga sang istri menyebabkan rasa sakit. Yu benar-benar sudah gila kalau memang membuat istrinya kesakitan.
Arabella mengepalkan tangan. Dia sudah menurunkan harga diri dengan mendatangi pria didepannya ini. Bahkan dia mengenakan gaun yang sangat menjijikan jika dipakai pada waktu normal. Tapi ternyata dia ditolak begitu saja.
Saking marah dan kesalnya. Arabella langsung memberikan memukul dadaa Yu. "Gila, jahat!" Begitu banyak sumpah serapa yang dikatakan oleh Arabella.
Yu kebingungan. "A-ada apa?" tanyanya sambil memegang kedua tangan Arabella agar berhenti memukul dirinya.
"Jahat," lirih Arabella dengan air mata yang tidak kunjung berhenti. Padahal diluar, Arabella menjadi wanita yang kuat dan menakutkan. Tapi nyatanya dia juga bisa menangis seperti sekarang.
"Jangan menangis," pinta Yu sambil mengusap air mata dipipi sang istri.
"Jahat!"
"Iya iya, saya jahat. Jangan menangis." Yu tidak mengerti alasan sang istri menangis. Tapi ia akan mengalah menjadi seorang pelaku yang sudah membuat sang istri menangis.
"Katakan, apa yang membuat kamu menangis?"
Tangis Arabella yang sudah mulai meredah malah semakin bertambah. Ternyata Yu tidak tahu apa kesalahannya. Arabella langsung meninggalkan Yu dengan perasaan yang kacau.
Hal itu membuat Yu panik dan khawatir. Dia langsung mengejar Arabella.