[Pulang sekarang juga!!!]
Arabella mengerutkan kening. Dia baru keluar dari kelas untuk memberikan materi kepada mahasiswa semester satu. Kemudian mengecek ponsel dan begitu banyak panggilan yang tidak terjawab. Bahkan tidak hanya nomor Papanya, nomor Mama, dan kedua adiknya. Apa yang sebenarnya terjadi? Tentu saja Arabella langsung panik. Ia takut terjadi apa-apa dengan kedua orang tua ataupun kedua adiknya.
Perasaan orang-orang yang jauh dari keluarga pasti sama. Ketakutan mereka juga sama yaitu kalau terjadi apa-apa dengan keluarga. Membayangkan saja sudah membuat dadaanya terasa sangat sesak sekali.
"Ada apa, Pa?" tanya Arabella sambil menggigit kuku jari tangannya. Perasaan Arabella tidak tentu arah. Pikirannya sudah berkelana kemana-mana. "Apa...apa yang terjadi?" tanya Arabella lagi.
[Besok kamu pulang!]
Tanpa melihat wajahnya sang papa, entah kenapa Arabella bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah sang papa.
"Apa yang terjadi?" Tentu saja Arabella tidak ingin pulang kalau tidak ada hal yang sangat mendesak.
Suara keributan terdengar. Sepertinya Mama ingin mengambil alih ponsel Papa. Kebingungan semakin bertambah-tambah.
[Nak... ini Mama.]
Suara Mama terdengar. "Iya, Ma," respon Arabella. Kemudian dia kembali berucap, "Kenapa Papa nyuruh aku pulang?"
Berbicara dengan Mama lebih nyaman daripada bicara dengan sang papa. Kata orang anak perempuan dekat dengan ayahnya, tapi Arabella tidak seperti itu.
[Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari Mama?]
Apa yang sebenarnya terjadi? Arabella sudah cukup pusing dengan pekerjaan dan kedua orang tuanya malah bertingkah aneh begini.
[Jawab Arabella!]
Mama mengatakan dengan tegas. Arabella terkejut karena biasanya Mama tidak seperti itu.
"Ti-tidak ada, Ma." Arabella menjawab dengan tergagap. Kaget dan bingung secara bersamaan.
[Jangan bohong, katakan saja!]
"Tidak ada, Ma. Sebenarnya ada apa?" Arabella tidak menyembunyikan apapun. Jika ada masalah dan Mama bertanya, maka Arabella akan menjawabnya dengan jujur.
[Mama tidak membesarkan kamu menjadi anak seperti ini.] Mama terdengar sangat marah sekali.
"Tenang dulu, Ma. Aku nggak ngerti apa yang sebenarnya terjadi."
[Seharusnya Mama tidak mengizinkan kamu ke luar negeri.]
Arabella bertambah panik karena Mamanya terdengar menangis penuh kefrustasian. "Ada apa, Ma?" Lama-lama Arabella juga menangis saking frustasinya karena tidak mengetahui apa yang terjadi. Tunggu sebentar, apa semua ini mimpi? Saking bingungnya, Arabella langsung menampar pipinya sendiri. Setelah itu ia meringis kesakitan. Ternyata ia tidak berada di alam mimpi.
[Brian bilang kamu menyukai perempuan.]
Tubuh Arabella langsung terdiam. Bahkan ia lupa bagaimana cara bernafas dengan baik. Apa dia tidak salah dengar? Sepertinya telinganya bermasalah. Arabella mencoba untuk berpikir sedikit waras walau gejolak amarah yang tidak tertahankan muncul.
"A-apa, Ma? Coba....coba ulangi." Arabella menarik nafas dalam-dalam. Kemudian ia hembuskan secara perlahan agar pikirannya tetap berjalan dengan baik.
[Brian bilang kamu menyukai perempuan. Kenapa bisa, Nak?]
Ternyata telinga Arabella tidak bermasalah sama sekali. Tapi tunggu? Mamanya menyebut nama duda sombong itu. Lebih parahnya dua gila itu mengatakan bahwa Arabella menyukai perempuan. Jangan tanya bagaimana emosi Arabella sekarang, bahkan tambah sadar ia memukul-mukul pohon dengan tangan tanpa dialasi apa-apa.
"Mama jangan menangis," ucap Arabella sambil menahan emosi. Sejak tadi ia ingin mengumpati Brian. Pria gila, tidak hanya gila tapi juga sampah.
[Bagaimana mungkin Mama tidak menangis, Nak?]
Arabella mengerti, pasti Mama dan Papanya syok mendengar hal gila dan tidak bertanggung jawab dari pria sampah seperti Brian. Tapi apa orang tuanya sebegitu tidak percaya kepada Arabella? Padahal Brian hanyalah orang asing yang entah hidup diplanet mana.
[Apa yang terjadi selama kamu hidup di luar negeri?]
"Aku menjalani hidup dengan baik, Ma." Arabella mencoba untuk tetap tenang. Jangan sampai ia meluapkan emosi dan kemarahannya kepada Mama. Orang yang pantas menerima segala bentuk kemarahannya adalah Brian bukan orang lain.
Arabella mendengar kemarahan Papa. Bahkan perselisihan terjadi antara Mama dan Papa. Mama tidak mau Arabella dimarahi oleh sang papa. Arabella mengepalkan tangan. Brian sampah itu sudah mengganggu ketenangan Arabella. Harusnya sebelum mereka berpisah, Arabella menendang aset berharganya biar tidak bisa berkembang biak.
[Kamu sudah buat malu keluarga!]
Suara Papanya terdengar dengan jelas.
"Papa lebih percaya pada pria sampah itu dibanding anak sendiri?" tanya Arabella.
[Awalnya Papa tidak ingin percaya dengan apa yang Brian katakan, tapi...]
"Tapi apa?"
[Selama ini kamu selalu menolak untuk menikah. Jadi wajar kalau Papa lebih percaya kepada Brian.]
Arabella ingin tertawa. Jalan hidupnya kenapa bisa jadi lucu begini?
"Aku normal!" jelas Arabella dengan penuh ketegasan.
[kalau kamu memang normal, kenapa tidak ingin menikah dengan Brian?]
Sepertinya Arabella bukan anak kandung. Tapi kalau bukan anak kandung kenapa wajahnya sangat mirip dengan papaya?
"Lebih baik tidak menikah seumur hidup daripada menikah dengan pria sampah itu!"
[Arabella!] Papa membentak Arabella.
"Apa?" Intonasi Arabella jadi meninggi.
[Bukannya menjadi anak yang membanggakan, kamu malah jadi anak yang mempermalukan keluarga.]
"Aku normal!"
[Kalau kamu normal, maka menikah.]
"Aku akan menikah, tapi tidak dengan pilihan Papa." Arabella mengepalkan tangan.
[Kapan?]
"Nanti." Arabella tidak punya kenalan pria yang ingin menikah. Dia juga tidak mau menikah dengan pria luar biasa. Jadi, Arabella sangat menghindari menikah dengan rekan kerja.
[Kamu hanya mencari-cari alasan, sebenarnya kamu tidak ingin menikah. Kamu kira Papa bodoh?]
"Aku akan menikah. Jadi Papa tenang saja."
[Kamu kira Papa dan Mama bisa tenang? Keluarga besar, teman-teman kami serta rekan bisnis membicarakan tentang kamu yang punya kelainan.]
Arabella ingin berteriak dengan kencang untuk melampiaskan segala emosi yang tertahan sejak tadi. Tangannya juga sudah lecet dan memerah karena memukul pohon.
[Satu bulan.]
"Ha? Satu bulan apa?"
[Kalau kamu tidak membawa seorang pria dalam satu bulan maka Papa akan menjemput kamu untuk pulang. Kamu harus menikah dengan pria yang Papa pilih.]
"Ba-baik."
Arabella mendengar perdebatan Mama dan Papa. Sepertinya Mama marah besar karena Papa bertindak seenaknya saja. Tapi setidaknya Papa tidak langsung menjemput dan menyeret Arabella untuk pulang.
[Jangan dengarkan Papa, kamu tidak boleh asal menikah.] Mama begitu perhatian dan tidak ingin kegagalan pernikahan kembali terjadi kepada anak-anaknya.
"Mama tenang saja. Aku normal."
[Iya, Nak.]
Mama meminta maaf kepada Arabella karena sempat tidak percaya kepada anak sendiri. Arabella tidak marah sama sekali. Mamanya syok, apalagi Arabella sudah bertahun-tahun tinggal di luar negeri.
Setelah tenaga Arabella terkuras karena berbicara dengan Papa dan Mamanya, panggilan suara akhirnya terputus. Arabella tertawa layaknya orang yang sedang stress berat menjalani kehidupan.
"Brian sampah," celetuk Arabella. Siapa yang tidak marah dengan tindakan sampah itu. Mamanya sampai menangis karena terkejut.
Arabella duduk di kursi yang tidak jauh dari dirinya berdiri. Dia butuh menenangkan diri. Arabella tidak peduli dengan pandangan orang lain. Walaupun orang-orang menyebutnya tidak normal, maka ia tidak peduli. Pada kenyataannya, Arabella normal.
Hal yang terpenting sekarang. Mencari pria yang mau menikah dengan dirinya. Kalau Arabella tidak bisa mendapatkan pria untuk menikah dengan dirinya dalam satu bulan, maka dia akan diseret pulang dan dinikahi secara paksa dengan orang yang tidak jauh berbeda dengan Brian.
Arabella menggelengkan kepala. Dia tidak boleh menikah dengan pria pilihan Papa. Apalagi kehidupannya bukanlah sebuah drama romantis ataupun n****+ bergenre romance yang memiliki akhir bahagia. Arabella harus mencari pria biasa-biasa saja tapi baik. Tapi dimana dia mencarinya? Apa perlu Arabella membuat poster dan mempostingnya di sosial media? Tidak...tidak, jika Arabella sampai melakukan itu maka dia sudah sangat gila.
Dimana Arabella mendapatkan pria biasa yang mau menikah dengan dirinya? Bahkan ia harus bisa mendapatkan dalam satu bulan.