5. Mabuk Berat.

963 Words
"Permainan truth or dare ini dimulai dengan memutar botol Pada saat botol terhenti, kita akan melihat siapa yang ditunjuk oleh mulut botol. Orang yang ditunjuk harus menjawab dengan jujur. Jikalau tidak bersedia menjawab, hukumannya adalah meminum harus minum segelas anggur merah ini. Setuju?" Citra menjelaskan tata cara permainan setelah para tamu duduk di kursi masing-masing. "Lho kok minum anggur sih, Cit? Tadi lo bilang cuma dicoret lipstick doang mukanya?" Gayatri protes. "Kenapa? Lo takut?" tantang Windy. Ia puas sekali melihat ekspresi cemas di mata Gayatri. "Siapa yang takut? Gue cuma nanya," bantah Gayatri sewot. "Kalo lo nggak takut, ya udah. Ayo kita mulai." Windy kembali memprovokasi Gayatri. Ia paling senang kalau bisa mempermalukan anak musuh bebuyutan ayahnya ini. Ayahnya bilang, sebagai seorang mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, ayah Gayatri, Pak Sarwani Harimurti kerap mempersulit ayahnya dalam pekerjaan lapangan. Makanya ayahnya sangat membenci Pak Sarwani. Padahal sewaktu remaja dulu, mereka berdua bersahabat. Setelah Pak Sarwani sukses, sikap Pak Sarwani pun berubah. Pokoknya mereka sekarang saling membenci satu sama lain. "Udah ya lo bedua. Jangan pada ribut terus." Citra kembali menengahi pertengkaran Gayatri dan Windy. Kalau tidak dilerai, bisa sampai besok pagi mereka akan saling berbantah kata. "Mengenai perubahan hukuman, tadinya gue emang mau dare-nya corat-coret wajah aja. Tapi anak-anak pada protes. Katanya mereka udah tujuh belas tahun. Mereka pengen sesuatu yang baru. Umur-umur kayak kita-kita ini kan pengen mencoba segala sesuatu yang baru." Citra memberi alasan. "Iya, Tri. Masak kita mainannya kayak bocah terus? Padahal sebentar lagi kita tamat SMA. Kalo masalahnya lo nggak mau minum, ya lo tinggal jawab aja yang ditanya dengan jujur. Simple kan?" Vincent sang ketua kelas memberi alasan. "Kami semua setuju sama Vincent." Beberapa orang lagi ikut bersuara. Tidak ada pilihan. Gayatri pun setuju. "Begitu katanya tidak takut? Cuih, cemen lo!" Windy kembali memperolok Gayatri. "Takut... takut... takut mata lo." dengkus Gayatri. "Ayo mulai!" Gayatri panas mendengar provokasi Windy. "Oke, gue akan memutar botol." Citra memutar botol diiringi seruan gemuruh teman-teman sekelasnya. Ketika mulut botol berhenti di depan Vincent, tepuk tangan membahana. Permainan seru telah dimulai. "Wah, Vincent. Lo kena yang pertama. Gue akan mengajukan pertanyaan. Truth or dare, siapa cewek pertama yang lo cium?" Citra menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Bakalan seru ini. Karena Riana, pacar Vincent duduk di sebelahnya. "Jawab... jawab..." koor seru terdengar menunggu jawaban Vincent. "Sini, gue minum aja." Vincent mengambil jalan aman. Ia takut diputuskan Riana karena telah berbohong. "Huuu... cemen lo!" Penonton kecewa. Vincent tidak menggubris kekecewaan teman-temannya. Ia langsung menengak minuman yang dituangkan Citra. Botol kembali diputar. Kali ini kepala botol menghadap pada Citra. "Gue yang akan mengajukan pertanyaan." Vincent mengangkat tangan. Ia ingin membalas Citra. Aksi Vincent memancing riuh rendah teman-teman mereka yang sudah mencium hawa-hawa balas dendam. "Truth or dare, apakah lo pernah selingkuh saat sedang berpacaran dengan Raymond?" "Waduh, berat ini berat!" Teman-teman mereka bertepuk tangan. Soalnya ada Raymond, mantan Citra yang duduk empat kursi dari Citra. "Roman-romannya ada yang mau minum anggur nih?" sindir Vincent yakin. "Pernah." Citra menjawab santai. Hubungannya dengan Raymond telah berakhir. Jadi tidak masalah jika ia mengungkapkannya sekarang. "Badas! Lo emang lain, Cit. Santai aja kayak di pantai." Vincent terbahak. Ia harus mengakui nyali Citra yang besar. Sementara Raymond hanya tersenyum kecut. Harga dirinya sedikit terluka. Botol kembali berputar. Kali ini mulut botol menghadap pada Gayatri. "Ncoppp. Kali ini gue yang akan mengajukan pertanyaan." Windy mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil menyeringai. Akhirnya ia kesampaian juga mengerjai Gayatri. "Truth or dare. Siapa yang lebih dulu menyatakan cinta. Lo atau pacar lo ini?" seringai Windy sambil menuang anggur ke dalam gelas. Ia tahu Gayatri pasti tidak akan berani menjawabnya. Karena Windy yakin kalau Gayatri berbohong soal berpacarannya dirinya dengan Iwas. Bahasa tubuh keduanya sangat kaku. Gayatri pasti mengakui Iwas karena kalah malu saja. "Gue milih dare." Gayatri mengangkat gelas yang berisi anggur dan meminumnya dalam satu tegukan. Seketika Gayatri merasakan sensasi terbakar yang menginervasi rongga mulut, hidung hingga ke lehernya. Namun ia tetap melanjutkannya dengan gaya seakan-akan telah terbiasa melakukannya. Ia tidak ingin dianggap cemen oleh teman-temannya. Botol kembali diputar. Gayatri tersenyum di antara matanya yang mulai berkunang-kunang. Semesta sedang berada di pihaknya malam ini. Karena mulut botol kini mengarah pada Windy. "Sekarang giliran gue yang bertanya." Gayatri mengibaskan kepala. Entah mengapa kepalanya tiba-tiba saja terasa enteng. Ia seperti tidak memilikinya. "Trurh or dare. Apa lo pernah melakukan sesuatu yang tidak biasa di kamar mandi sekolah dengan pacar teman lo sendiri?" Gayatri menatap Windy dengan berani. Ia ingin melihat apakah Windy menangkap sinyal darinya. Ya, Gayatri pernah secara tidak sengaja melihat bayangan Windy dan Vincent masuk ke kamar mandi berdua. Padahal Vincent itu pacar Riana. Windy mengatupkan geraham. Gayatri sempat memergoki keisengannya dengan Vincent rupa. Windy refleks melirik ke arah Vincent. Vincent memberi kode dengan menggelengkan kepalanya cepat. Gayatri tersenyum puas. Vincent pasti takut ribut dengan Riana. "Nih, minum. Gue tau lo nggak akan berani untuk menjawab," ejek Gayatri sinis. Demi kebaikan bersama Windy meneguk anggur dengan air muka geram. Dalam hati Windy berjanji. Ia akan membalas Gayatri nanti. Begitulah permainan truth or dare berakhir dengan sebagian besar pesertanya yang mabuk. Karena jarang ada yang berani menjawan truth. Mereka rata-rata mengelak dan memilih meminum anggur. Begitu juga dengan Iwas. Ia meminum total tiga gelas anggur. Satu gelas ia minum saat Windy mengajukan pertanyaan apakah dirinya mencintai Gayatri. Tidak mungkin ia menjawabnya bukan? Dua gelas lagi ia minum menggantikan Gayatri yang sudah mabuk. Ia takut gadis itu kenapa-kenapa. Diakhir permainan semua orang mabuk berat. Teman-teman Gayatri pulang dengan dijemput supir atau keluarga masing-masing. Yang tinggal hanya Gayatri dan Iwas. Iwas menelungkupkan wajahnya di atas meja karena pusing. "Ayo kita pulang, Bang." Gayatri menggoyang-goyangkan pundak Iwas. Sempoyongan ia mencoba berdiri dari kursi. Ponselnya terus berdering. Pasti Bik Dedeh yang menelepon. Dirinya memang harus segera pulang. "Ya ampun, gue pusing banget." Gayatri kembali terduduk. Kepalanya serasa dipukuli dari berbagai sisi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD