Tania melirik Bima sebel, ingin rasanya dia protes, tapi lidahnya terasa kelu untuk bicara. Sejak Bima menikah dengan Saras, ia merasa asing dengan lelaki itu. apalagi, lama mereka tidak bertemu. “Kau harus bertanggung jawab karena telah memecahkan trophy ini!” bentaknya. “Tapi kak Bima, bukan aku yang memecahkan trophy itu!” Brak!! Bima menggebrak meja, matanya nanar menatap Tania. “Lancang sekali kau memanggilku kak Bima! Kau pikir siapa dirimu, he?!” Tania mengkeret bagai anak kucing disiram air. Sakit sekali rasanya dibentak seperti itu. Tapi jangankan menjawab, mengangkat wajahnya saja dia tidak berani. Suara Bima yang menggelegar membuat nyalinya ciut. Tanpa terasa air matanya menetes, melintasi pipinya yang chubby. “Dasar cengeng, begitu saya nangis! Kamu pikir aku kasihan mel