Aku Tak Bisa

518 Words
POV Leara Pagi ini kuliah dimulai jam 7 pagi. Rasanya masih ingin rebahan tapi harus berangkat karena ada kuis mata kuliah Analisis Fungsi Riil. Semalam suntuk belajar, semakin aku sadar kalau nama mata kuliah tak sesuai dengan pelajarannya. Aku merasa tak ada riilnya sama sekali. Yang ada abstrak tak berbentuk. Bismillah diberikan hasil yang terbaik. Aamiin. Di ruang kuliah, kulihat wajah-wajah tegang nan tertekan. Beneran ini. Soal sudah diedarkan. Terdengar suara dosen yang mengatakan kalau soal sudah bisa dikerjakan. Akupun mulai membaca soal nomer 1. Masih aman. Akhirnya aku selesaikan semua soal sebisaku. Ada beberapa yang masih aku ingat. Ah sudahlah, yang penting sudah selesai kuisnya. Sebentar lagi ujian semester genap. Harus bagus nilainya karena aku mau ambil KKN semester depan. Biar gak terlalu berat juga kalau nilai udah bagus. Gak usah perbaikan, karena aku mau ambil TA biar cepet lulus. Gak mau jadi beban keluarga terus. Sibuk urusan kuliah, membuatku melupakan sejenak tragedi teh pelangsing. Belum lagi urusan organisasi yang membuatku harus pintar bagi waktu dan tenaga. Ini semua aku lakukan demi aku bisa lebih berani tampil di depan umum. Bisa ngomong dengan luwes bahkan berani mengutarakan pendapat ataupu kritikan apabila ada yang kurang pas. Meskipun tetap saja, aku masih si pendiam yang pemalu, insecure, gak kayak yang lain yang bisa ceplas-ceplos, pandai bergaul, temannya banyak, bahkan bisa ngobrol apa saja dengan orang yang baru dikenal. Kok bisa ya? *** "Leara, habis kuliah main ke kosku yuk? Sekalian ngerjain tugas bareng!", ucap Mita sahabat dekatku. "Boleh. Pulang bareng ya nanti.", jawabku. Mita si anak Sunda, temen dekat sewaktu kuliah, tak sengaja deket. Entah karena kita sama-sama anak bungsu, entah karena kita kayak dua kutub yang berbeda jadi saling melengkapi. Yang pasti sekarang kita deket dan sudah banyak hal konyol yang kita alami berdua. Entah itu jatuh dari motor hanya gara-gara paving jalan di kampus yang gak rata, atau sol sepatu copot pas lagi enak-enak jalan di mall, hingga akhirnya beli baru padahal niatnya cuma window shopping malah jadi shopping beneran. Memang aneh, takdir pertemanan kita berdua ini. Pulang kuliah, jadi juga aku main ke kos Mita. Kamar Mita ini selalu tersedia cemilan. Pantesan ini anak tambah subur aja selama kuliah. Meski ngeluh pusing dan stres sama pelajaran yang susah-susah, tapi pada kenyataannya liat badan Mita tidak keliatan dia itu sedang susah. Yah, deket dia memang membuat aku terlihat langsing. Tapi tetap saja, target melangsingkan badan harus segera tercapai. Sebentar lagi Lebaran, nanti pulang kampung, banyak saudara pada silaturahmi, pasti pada nyeletuk, "Wah Leara, kuliah tambah gemukan ya. Tambah chubby pipinya. Tambah subur. Padahal kan kos kok malah jadi lebih gemuk." Kembali rasa cemas melanda diriku. Bukan karena tugas kuliah yang sedang aku kerjakan bersama Mita. Bukan juga nilai kuis Analisis Fungsi Riil yang barusan tadi. Tapi deadline diet dan melangsingkan badan yang kian dekat. Bisa gak aku balik ke berat badanku sebelum kuliah yang cuma 46 kg. Kenapa juga aku bisa nambah banyak banget setelah kos. Bukannya selama ini makanku gak banyak, bukannya aku juga capek banyak tugas, banyak kegiatan. Apa yang salah kok aku sekarang jadi tambah naik berat badannya. Aku tak bisa langsing seperti dulu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD