Bab 14. Keputusan Novi

1010 Words
Satu tahun berlalu sejak kejadian siang itu. Soni yang lebih memilih Zaskia tidak pernah lagi pulang. Ataupun menghubungi keluarganya termasuk Novi. Rasa cinta yang besar untuk sang suami. Membuat wanita cantik itu memutuskan untuk menunggu sang suami kembali. Hingga suatu malam Novi yang terlelap dalam tidurnya tiba-tiba terbangun sambil berteriak. "Mas Soni!" teriak Novi. "Ya Allah, ternyata hanya mimpi, semoga Mas Soni baik-baik saja." Beberapa saat Novi terdiam di atas tempat tidurnya. Dengan wajah sedih ia menoleh ke arah Helena yang tidur di sampingnya. Sebenarnya berat untuknya menjadi orang tua tunggal bagi sang putri. Terlebih saat bocah kecil itu terus merengek dan menanyakan keberadaan sang ayah yang tidak pernah pulang. "Dimana kamu. Mas? Kenapa sampai saat ini kamu tidak ada kabar sama sekali," ucap Novi dengan lirih sambil membelai rambut sang putri dengan lembut. *** "Novi, kamu mau kemana. Nak?" tanya Halimah saat melihat sang menantu membawa tas kopernya. Sambil meletakkan tasnya dan duduk di samping Halimah. "Aku mau pulang ke rumah orang tuaku, Ma." "Pulang ke rumah orang tuamu, kenapa. Apa ada masalah dengan mereka?" tanya Halimah dengan penasaran. Novi sangat mengerti dengan pertanyaan sang mertua. Pasalnya selama ini dirinya memang jarang sekali pulang. Mungkin dalam waktu satu tahun hanya beberapa kali saja itupun jika ada acara keluarga. "Tidak ada. Ma, aku hanya ingin menenangkan diri sebentar. Apalagi … ." Novi tiba-tiba menghentikan ucapannya. "Apalagi? Kenapa. Nak, katakan saja! Siapa tahu Mama bisa membantumu," perintah Halimah sambil memegang tangan sang menantu. "Entah kenapa akhir-akhir ini aku selalu memikirkan Mas Soni, terlebih semalam aku bermimpi buruk tentangnya. Aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk padanya." sahut Novi. "Ma, apa mungkin Mas Soni akan kembali padaku." Sambil memeluk wanita yang ada di hadapannya. "Mama tahu apa yang kamu rasakan saat ini, Soni benar-benar sudah keterlaluan. Maafkan Mama, karena sudah gagal mendidik Soni menjadi laki-laki yang bertanggung jawab." "Tidak, Ma. Mama tidak salah dalam hal ini, hanya saja aku berpikir sampai kapan aku akan terus menunggunya kembali." Novi melepaskan pelukan Halimah dan menunduk. Mendengar ucapan menantu kesayangannya Halimah hanya bisa terdiam. Ia seakan tahu arah ucapan Novi yang sebenarnya ingin berpisah dari putranya. Terlihat wanita paruh baya itu menghembuskan nafas dengan kasar. "Mama tidak masalah jika kamu ingin bercerai dari Soni, tapi Mama hanya minta satu hal darimu. Jangan pisahkan Mama dari Helena, biarkan Mama tetap bisa bertemu kalian berdua." Halimah terlihat meneteskan air matanya. Sebenarnya berat bagi Halimah melepaskan Novi sebagai menantu. Namun, dia sadar semua ini kesalahan sang putra yang tidak pernah bersyukur atas kehadiran Novi selama ini. Mereka terlihat berpelukan sambil menangis meluapkan kesedihan masing-masing. "Kalau begitu, aku pamit dulu. Ma," ucap Novi sambil tersenyum. "Iya, hati-hati dijalan ya. Nak," sahut Halimah. Sambil duduk di hadapan Helena. "Cucu Oma yang cantik, jangan nakal ya. Sayang, Helena harus jadi anak yang patuh sama Mama dan Nenek." "Iya, Oma." Helena tersenyum sambil langsung memeluk Halimah. Setelah berpamitan keduanya langsung melangkah keluar. Air mata yang Halimah terlihat semakin deras. Bersamaan dengan perginya Novi dan Helena dari rumahnya. "Rumah ini sekarang sudah sepi, Novi dan Helena sudah memilih hidup mereka sendiri. Semoga saja kelak mereka mendapatkan kebahagiaan," ucap Halimah sambil mengedarkan pandangannya di seluruh rumah. *** "Assalamualaikum!" teriak Novi sambil mengetuk pintu rumah orang tuanya. "Waalaikumsalam," sahut sang pemilik rumah. Linda yang saat itu sedang sibuk di dapur terlihat terkejut. Setelah mematikan kompor. Ia pun langsung bergegas ke arah ruang tamu. "Novi, Helena!" ucap Linda yang terlihat terkejut. "Ayo masuk! Nak." "Ayah kemana. Bu?" tanya Novi sambil mencari keberadaan sang ayah. "Biasa, jam segini dia pasti masih di pasar," sahut Linda sambil duduk di sofa. "Ibu tumben tidak ikut ke pasar." Novi meletakkan tasnya di lantai. "Ibu akhir-akhir ini tidak enak badan, jadi sementara ini Ayah berjualan sendiri," jawab Linda. "Oh ya! Dimana Soni, kenapa dia tidak mengantar kalian? Bukannya selama ini dia selalu mengantarmu kesini." "Ehm … Mas Soni," jawab Novi dengan bingung. "Kenapa, apa kalian bertengkar?" tanya wanita paruh baya itu. "Ya Allah, bagaimana ini. Apa aku harus menceritakan semuanya pada Ibu?" batin Novi sambil memandang wajah tua sang ibu. "Novi! Kamu kenapa, Nak? Apa ada yang kamu sembunyikan dari kami." Linda memukul pundak sang putri dengan perlahan. "Mas Soni keluar kota, Ibu. Jadi dia tidak bisa mengantar kami," jawab Novi dengan terkejut. "Yaudah, sekarang kalian istirahat saja dulu. Ibu mau melanjutkan masak sebentar," perintah Linda sambil mengangkat tas milik sang putri. Orang tua Novi memang tidak memiliki kehidupan seberuntung Halimah. Linda dan Bowo yang hanya lulusan sekolah menengah pertama. Harus puas dengan usaha warung makan kecil yang mereka kelolah sekarang. Sudah hampir 15 tahun orang tua Novi menjalankan usaha warung makan di sebuah pasar tradisional. Terlahir dari keluarga kurang mampu. Tidak lantas membuat Novi putus asa dalam menggapai cita-citanya sebagai seorang Desainer. Walaupun akhirnya ibu satu anak itu awalnya gagal dalam menggapai impiannya. Bowo yang sangat menginginkan seorang cucu. Meminta sang putri untuk menerima perjodohan yang sudah direncanakannya bersama sang sahabat. Tetapi semua akhirnya terbayar lunas. Saat Halimah memutuskan untuk membiayai sang menantu agar bisa menggapai impiannya. Hingga akhirnya Novi bisa menjadi seorang Desainer dan ibu rumah tangga dalam waktu yang bersamaan. *** Satu minggu berlalu, Novi yang dulu selalu ceria. Kini terlihat begitu murung, tubuh yang awalnya berisi bahkan terlihat begitu kurus. Hingga suatu hari Novi yang saat itu sedang termenung di teras rumahnya dikejutkan dengan kedatangan Linda dan Bowo. "Novi, ada hal yang ingin Ayah dan Ibu tanyakan padamu." Bowo tiba-tiba sudah berdiri di hadapan sang putri. "Iya, ada apa. Yah? Kenapa sepertinya kalian terlihat begitu tegang," tanya Novi sambil sedikit terkejut. "Apa benar Soni memiliki kekasih?" tanya Bowo yang masih berdiri di hadapan sang putri. "Ya Allah. Darimana mereka tahu masalah ini?" batinnya sambil menoleh ke arah orang tuanya secara bergantian. Sambil duduk di samping Novi. "Nak. Kami memang orang miskin, tapi kami juga orang tuamu. Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi." Wanita itu hanya bisa menunduk tanpa berani menjawab ucapan kedua orang tuanya. Cukup lama Bowo dan Linda menunggu penjelasan sang putri. Hingga tiba-tiba pria bertubuh gemuk itu berteriak sampai membuat Novi terkejut. "Novi. Cepat katakan apa benar Soni sudah mengkhianatimu!" bentak Bowo dengan tatapan mata yang tajam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD