8. Tidak Tahu Jalan Pulang

1421 Words
"Aku pergi, Frey," pamit Jevais setelah mereka bicara panjang lebar selama berjam-jam yang melelahkan dan tidak mendapatkan kata sepakat. Frey meminta Jev memilih dirinya dan anak-anak atau Kiyoko, tapi Jevais bersikukuh untuk tidak memilih. Dia tidak ingin bercerai tapi juga tidak ingin berpisah dengan Kiyoko. Memuakkan! Betapa egoisnya lelaki, ingin memiliki semuanya tidak peduli apakah ada yang terluka karena semua tingkah lakunya. "Minggu depan, aku akan kembali dan kita bicarakan hal ini lagi." "Untuk apa? Aku rasa tidak perlu." Frey menjawab jemu. Dia merasa tidak perlu lagi bicara bertele-tele tentang perselingkuhan yang dilakukan Jevais. "Aku sudah memutuskan untuk bercerai." "Dan memisahkan anak-anak dengan aku?" Jevais menatap Frey dengan tatapan tidak terima. "Itu pilihan kamu. Kamu memisahkan diri kamu dengan anak-anak. Kamu tidak pernah mengingat mereka saat kamu bersama Kiyoko, bukan?" Frey menuding Jevais dengan kesal. "Apa kamu tidak bisa membuat semuanya lebih mudah? Kamu hanya perlu memilih salah satu di antara kami. Aku atau Kiyoko." Jevais sudah hendak berkata sesuatu, tapi Bianca berlari kepadanya dengan air mata berderai. "Papa, jangan pergi!" Jevais memeluk Bianca erat-erat. Bianca adalah salah satu keajaiban dalam hidupnya. Anak itu begitu cantik saat lahir dan dia mengaguminya, bagaimana mungkin mahluk secantik itu adalah anaknya. Melihat Jevais memeluk Bianca yang menangis membuat Frey merasa hatinya remuk. Bagaimana jika perceraian benar-benar terjadi? Apakah Bianca bisa mengerti kalau ayahnya tidak akan pulang ke rumah seperti dahulu dan ayahnya kini berada bersama perempuan lain yang akan dia panggil Mama, dan mungkin juga akan memiliki anak-anak lain dari Mama baru. Frey memijit keningnya. Ini terlalu rumit untuk Bianca dan Basil. Akan tetapi, bertahan bersama Jevais saat lelaki itu tidak ada keinginan mengakhiri percintaannya dengan Kiyoko juga hal bodoh. Hanya perempuan bodoh yang diam saja atau menerima saat suaminya berselingkuh di depan matanya. Frey mengingat bahwa dia sudah menutup media sosialnya dan tidak ingin tahu apa pun soal Sinetron Pelakor Bayaran, komentar fans nya—yang gila, dan juga hubungan apa pun yang mungkin tercipta antara Kiyoko dan Jevais, tapi, ternyata semesta tidak membiarkannya tidak tahu apa-apa dan merasa all is well. Tanpa dia minta dan ingin, dia mendapatkan bukti perselingkuhan suaminya. Semuanya tersaji di hadapannya dan menurut Frey, ini menjadi tanda bahwa dia sudah ditakdirkan untuk mengetahui pengkhianatan ini dan bertindak. "Papa akan kembali minggu depan, Sayang." Jevais mengusap rambut panjang Bianca dengan penuh sayang. "Papa janji akan mengajak kita liburan kan?" "Iya, Papa akan minta Om Chen segera membuat jadwal agar Papa bisa menemani kalian liburan." "Nah, sekarang berhenti menangis, seorang putri yang cantik tidak boleh menangis. Lihat, Basil tidak menangis." "Kemari Basil, Papa juga ingin memeluk kamu," ucap Jevais kepada Basil yang dari tadi hanya berdiri dan mengamati tingkah Bianca. Usia Bianca dan Basil sama, mereka kembar, tapi Bianca lebih dramatis, dan terbuka terhadap perasaannya, sementara Basil lebih tenang, dan terkadang orang tidak tahu bagaimana perasaan Basil sebenarnya. Basil pemikir dan bersikap lebih dewasa dibanding Bianca meski usianya sekarang masih anak-anak. Basil mendekat pada Jevais dan lelaki itu memeluk Basil dengan satu tangannya, sementara tangan lainnya memeluk Bianca. "Dengar Basil, Papa harus pergi bekerja, kali ini agak lama, satu minggu lagi Papa baru bisa kembali. Kamu anak laki-laki, kamu punya tanggung jawab untuk menjaga Mama dan Bianca." "Kenapa Papa pergi bekerja lama?" "Ada hal yang harus Papa kerjakan." "Dengan Tante Kiyoko?" tanya Basil polos, tapi sukses membuat wajah Jevais kecut dan Frey menghela napas. Basil seperti merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam keluarga ini. "Iya, dengan Tante Kyo dan yang lainnya juga." Basil terdiam, anak itu nampak berpikir. "Apa Papa tidak bisa tidak bekerja lagi dengan Tante Kyo?" tanyanya tiba-tiba. "Memangnya kenapa?" tanya Jevais dengan wajah pias. Dia tidak menyangka Basil akan melontarkan kata-kata seperti itu. Usianya baru empat tahun lebih, dia tidak seharusnya tahu tentang hubungan Jevais dan Kiyoko kan? "Aku tidak menyukai Tante Kyo. Bianca juga. Mama juga sepertinya tidak suka juga." "Tante Kyo baik. Tidak seharusnya kamu tidak menyukainya." "Basil! Bianca! Cukup. Papa sudah terlambat, Papa harus berangkat sekarang." Frey memotong percakapan Basil dan Jevais karena tidak tahan mendengar Jevais masih saja membela Kiyoko bahkan di depan Basil. Jevais masih mengatakan bahwa Kiyoko adalah orang yang baik. Andai tidak ada anak-anak, Frey sudah berteriak berang, tidak ada perempuan baik-baik yang merebut seorang suami dari istri sah-nya, dan merebut seorang ayah dari anak-anaknya, apa pun alasannya. "Kamu bisa pergi sekarang." Frey berkata tegas pada Jevais sembari menahan air mata yang hendak menetes. Rasanya sakit sekali, dia bahkan kesulitan bernapas, tapi Frey menolak untuk memperlihatkan air mata ini pada Jevais. Dia tidak akan memperlihatkan air matanya pada lelaki yang telah menyakitinya. Tidak akan pernah. "Kamu mengusir aku?" Jevais bertanya, merasa tersinggung. "Kamu harus pergi dan menyelesaikan semuanya kan?" Frey menekankan kata-katanya, dan mengambil alih Basil dan Bianca. "Aku nggak mau Papa pergi," rengek Bianca. "Stop it now Bianca! Papa harus pergi! Kamu nggak bisa terus merengek seperti bayi!" Frey mulai kesal karena Bianca terus menerus merengek ingin bersama Jevais. Jevais yang sudah membuat kapal pernikahan ini terombang ambing dan hampir tenggelam, merusak kebahagiaan keluarga mereka, untuk apa Bianca masih menginginkan Jevais berada di sisinya? Ah, ya tentu saja, bagaimana pun brengseknya Jevais, dia adalah ayah Bianca dan Bianca tidak tahu kelakuan buruknya. Bagi Bianca, Jevais adalah seorang pahlawan yang akan dia cintai sepanjang masa, karena, Bianca tidak tahu, apa yang Jevais lakukan untuk menyakiti hati Frey, ibunya. "Frey, jangan membentak anak-anak." "Aku harus menertibkan mereka. Mereka tidak bisa terus menerus merengek dan memaksa mendapatkan apa yang mereka minta. Lagipula, mereka harus mengerti. Mereka tidak bisa terus menerus bersama kamu." "Apa maksudmu?" "Pikir saja sendiri!" ketus Frey. "Ayo, Bianca, Basil, Mama akan membawa kalian bermain di mall dan makan es krim sepuas kalian asal kalian tidak rewel dan membuat Papa tidak bisa pergi bekerja." "Aku mau es krim yang banyak!" Bianca segera pergi dari pelukan Jevais. "Apa aku juga boleh membeli mainan?" "Tentu saja." "Yey! Aku sangat senang." "Katakan selamat tinggal pada Papa, lalu kita bisa berangkat ke mall." "Frey, kamu tidak seharusnya membiarkan anak-anak memakan es krim secara berlebihan dan membeli mainan tanpa aturan," tegur Jevais tidak setuju terhadap penawaran yang Frey berikan pada anak-anak agar mereka tidak lagi menghalangi kepergian Jevais. Apa pedulimu?! Frey tidak menjawab, dia mengacuhkan Jevais. "Ayo anak-anak, ucapkan selamat tinggal pada Papa." Bianca dan Basil menghampiri Jevais dan memeluk lelaki itu. "Selamat bekerja Papa, kita mau pergi sama Mama ke mall," ucap Bianca. "Selamat bersenang-senang, Sayang. Jangan makan es krim terlalu banyak, kalian bisa batuk dan sakit perut. Jangan membeli mainan terlalu banyak juga, mainan kalian sudah sangat banyak!" Jevais memeluk Bianca dan Basil bergantian, sembari memberikan mereka pesan. Bianca mengangguk-angguk, tapi tidak terlalu serius menanggapi Jevais karena Jevais tidak akan bisa melakukan apa-apa jika mereka melanggar apa yang Jevais katakan, lalu kedua anak itu berlari memanggil baby sitter mereka dengan gembira. "Kamu bisa pergi sekarang," ucap Frey datar. Jevais menatap Frey, dia tahu bahwa Frey sangat marah dan terluka karena hubungannya dengan Kiyoko. Dia tahu bahwa apa yang dia lakukan sangat kejam. Bagaimana dia membiarkan diri terhanyut dalam hubungan terlarang bersama Kiyoko, sementara Frey telah melakukan segalanya untuknya. Alasan apa pun tidak bisa membenarkan apa yang telah dia lakukan. Pengkhianatan adalah pengkhianatan, dan semua ini terjadi karena kesalahannya. Dia tidak bisa meninggalkan Frey dan anak-anak, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Kiyoko. Jevais tahu, dia egois, tapi dia benar-benar tidak bisa memilih antara Frey atau Kiyoko. Frey adalah perempuan yang luar biasa dan memberikan cinta yang besar untuknya. Di saat karirnya sedang berada di puncak, Frey tidak gentar mengambil keputusan menikah dengan Jevais yang dianggap bukan pasangan sepadan. Frey mengorbankan banyak hal untuknya. Demi menikah dengn Jevais, Frey bertengkar hebat dengan keluarganya, dan tidak lama sesudah pernikahan mereka, Ibu Frey meninggal dalam tidur. Kakak perempuan Frey, Faye menyalahkan Frey atas kematian ibu mereka. Ayahnya mendadak sakit-sakitan semenjak istrinya meninggal dan keadaan ini membuat Frey tertekan, tapi Frey tetap bertahan bersama Jevais. Frey kehilangan banyak fansnya, karena menikah dengan Jevais. Sebagian besar fansnya merasa Jevais tidak sepadan dengan Frey dan meski seharusnya kehidupan pribadi selebriti tidak diatur fans, tapi pada kenyataannya, saat Frey menikah dengan Jevais, para fans kecewa dan berhenti mengidolakan Frey. Frey juga memberikan dua buah hati yang mengagumkan untuknya, memberikan predikat Papa kepadanya, sebuah karunia yang tidak bisa ditukar dengan apa pun di dunia. Seharusnya, Jevais tidak memberikan luka bagi Frey yang telah memberikan cinta sebesar ini kepadanya. Akan tetapi, cinta tidak pernah salah dan tidak pernah tahu kapan dia datang menyapa dan membawa seseorang jatuh dalam pesonanya, Kiyoko Forest, seperti namanya—forest berarti hutan, perempuan itu membuat Jevais tersesat semakin jauh, hingga dia tidak tahu lagi jalan pulang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD