05 - Libur

1412 Words
          Nyonya Agnes menggelengkan kepalanya menyerah. “Baiklah, tetapi berjanjilah pada ibu. Kau juga harus mengikuti tes besok. Anggap saja sebagai cadanganmu, ya?”           “Tentu saja, Nyonya Agnes!” jawab Sayuri dengan semangat.           Nyonya Agnes langsung tersenyum tipis, setelah menghembuskan napas lega, ia berdiri dari sisi kasur. “Kalau begitu, lebih baik kau beristirahat sejenak. Ibu akan membuatkanmu pie s**u dan puding kesukaanmu, ya? Jadi, tunggulah di sini dan jadilah gadis yang manis.”           Mendengar kata ‘Gadis Manis’ membuat ujung bibir Sayuri sedikit berkedut. Tiba – tiba ia kembali mengingat ‘Owl’ yang terus memanggilnya dengan sebutan itu ketika ia bermain selama tiga hari dengannya.           Namun, rasa kesal itu menghilang ketika ia sadar kalau ia sangat merindukan pie s**u dan puding buatan Nyonya Agnes. Meski pun ia sering makan pie s**u atau puding yang dijual di toko lain sebelum ia kembali, kedua makanan itu tidak pernah ada yang bisa menyaingi rasa yang dibuat oleh Nyonya Agnes.           “Tentu, Nyonya Agnes. Aku akan menjadi ga— gadis yang manis!” jawab Sayuri sambil memaksakan senyumannya. Wajahnya yang belum dilatih untuk menyembunyikan pikirannya membuatnya sedikit kesulitan untuk memasang senyuman itu. Namun, sepertinya Nyonya Agnes tidak menyadarinya dan langsung keluar dari ruangan itu.           Sayuri langsung mendesah lega. Cukup sulit untuk berperan menjadi seorang Sayuri yang masih berumur tujuh belas tahun dan belum mengetahui bagaimana busuknya dunia yang ia tinggali.           Ia menepuk wajahnya beberapa kali, kemudian berjalan ke arah cermin dan mulai melatih otot wajahnya agar ia bisa memasang ekspresi palsu dengan mudah. Setidaknya, ia bisa menipu Nyonya Agnes agar ia tidak terlalu khawatir padanya.           Sayuri kembali menyebarkan pandangan ke sekelilingnya. Melihat kamar kecilnya yang harus ia bagi dengan tujuh orang lainnya yang terasa lebih nyaman dibandingkan dengan kamar yang bisa ia gunakan sendiri namun terasa menyesakkan karena tempat itu selalu dipantau oleh Jerome.           Ia kembali berjalan mendekati kasurnya dan memeriksa meja kecil yang terdapat di sampingnya, mencari barang yang ia butuhkan saat ini. Di dalam laci yang terdapat pada meja yang terbuat dari kayu tua di samping kasurnya, sebuah buku catatan menarik perhatian Sayuri.           Buku catatan itulah yang benar – benar dibutuhkannya saat ini. Karena di dalam buku tersebut banyak catatan pembelajaran yang ia rangkum untuk mengambil tes masuk sekolahnya dulu, karena ia harus mempelajari ulang semua materi untuk besok.           Sayuri yang sesekali harus menyamar untuk mendekati target yang akan ia habisi mempelajari banyak ilmu pengetahuan untuk mempermudahnya dalam memerankan sebuah tokoh. Seperti ketika ia berperan menjadi seorang sekretaris yang dapat melakukan apa pun yang diminta oleh seorang CEO yang memiliki standar tinggi dan keras kepala, seorang pengacara baru yang menjadi lulusan terbaik di bidang hukum, seorang ahli komputer dan web, seorang dokter kecantikan, koki yang bekerja di hotel bintang lima bahkan sampai seorang petugas kebersihan.           Semua itu Sayuri pelajari sendiri. Ia mempelajarinya dari buku yang diberikan oleh Jerome dan dirinya yang memerhatikan seseorang yang bekerja di bidang tersebut. Namun, ilmu pengetahuan semacam itu tidak dipelajari di Sekolah Menengah Atas, yang sampai saat ini ia artikan sebagai—semua teori dan praktik yang Sayuri pelajari selama dua bulan ia belajar di Sekolah Menengah Atas benar – benar tidak berguna di dunia pekerjaan.           Sebenarnya tidak semuanya, sih … ketika ia belajar mengenai akuntansi di Sekolah Menengah Atas, sebuah praktik pernah membantunya untuk mempermudah dirinya berperan sebagai akuntan. Ada pula ketika ia belajar di kelas Kimia, teori yang sempat ia pelajari membuatnya lebih mudah untuk mengetahui campuran zat apa yang dapat ia gunakan untuk melarutkan tubuh targetnya.           Ya, ada beberapa yang berguna, ada beberapa yang dapat membantumu ketika kau lulus perguruan tinggi dan masuk ke dalam dunia pekerjaan.           Namun … namun dari berbagai jenis pekerjaan yang ia perankan … tidak ada satu pun yang membutuhkan teori logaritma yang ditemukan oleh seseorang yang bernama John Napier! Untung saja Sayuri bisa menggunakan kalkulator untuk menghitung barisan dari ratusan digit angka selama ia berperan sebagai seseorang yang memiliki sangkut paut dengan hitung – hitungan. Tapi kenapa … ada apa dengan teori itu? Harus dalam keadaan apa ia membutuhkannya?           Napas panjang keluar dari mulut Sayuri sekali lagi, ia menggelengkan kepalanya untuk melupakan rasa kesalnya pada teori – teori yang ia pelajari di kelas matematika yang sampai saat ini belum ia temui kapan waktu yang tepat untuk menggunakan teori itu.           Tetapi, rasa kesalnya sekali lagi muncul ketika halaman pertama dari buku catatannya merupakan pelajaran matematika. Dengan kesal, ia membanting buku itu ke lantai.           Awalnya, ia kira tidak ada seorang pun yang menyaksikan Sayuri melakukan hal itu. Namun, ketika ia menolehkan wajahnya ke arah pintu, entah sejak kapan seorang gadis kecil yang memiliki mata berwarna hijau cerah serta rambut panjang berwarna cokelat kemerahan menatapnya dengan kedua alis yang terangkat tinggi.           “Umm … Kak Sayuri …” katanya pelan.           “Anna?” gumam Sayuri pelan.           “Apa kakak marah? Maafkan aku …” kata Anna dengan suara yang semakin pelan. Tubuhnya semakin bersembunyi di balik pintu yang hanya terbuka sedikit.           Tawa pelan keluar dari mulut Sayuri. Sejak dulu, entah kenapa Anna memang selalu menyalahkan dirinya sendiri pada apa yang tidak ia lakukan. Rasa percaya dirinya itu sangat tipis. Sebaiknya Sayuri mulai mengajarinya untuk lebih percaya diri selagi ia masih berada di panti asuhan.           “Kenapa aku harus marah? Kemari, aku ingin melihatmu lebih jelas.”           Senyuman di wajah Anna langsung mengembang seketika. Dengan cepat ia berlari ke arah Sayuri dan memeluknya dengan keras.           Meski tubuhnya lebih kecil dari pada Sayuri, entah kenapa ia merasa kalau dirinya baru saja ditabrak oleh kambing gunung. Tidak hanya itu, pelukan Anna terasa sangat erat di pinggangnya. Ia tidak akan kaget jika Anna tiba – tiba melakukan gerakan German Suplex[1].           "Maafkan aku, kak. Karena permintaanku untuk menolong Snoffy, kakak jadi terluka. Setelah kau jatuh dari pohon, kepalamu mengeluarkan banyak darah!” kata Anna dengan mata yang mulai basah. “Untung saja teman – teman yang lain cepat datang dan langsung mengobati lukamu ..."           Kenapa lukanya terdengar lebih parah dibandingkan dengan apa yang ia gambarkan? Lalu … siapa lagi Snoffy? Kenapa ia tidak ingat sama sekali?           "Tidak apa-apa, aku melakukannya karena aku percaya aku bisa melakukannya. Lagi pula, kau bisa lihat sendiri aku baik – baik saja, ‘kan? Tidak ada luka sedikit pun,” balas Sayuri sambil membentangkan kedua tangannya. Memperlihatkan kalau dia baik – baik saja.           Bukannya menjadi tenang, Anna malah semakin menangis. “Kak Sayurii … kenapa kakak selalu pura – pura kuat? Padahal yang paling merasakan sakit itu kakak.”           Sayuri hanya bisa tersenyum canggung sambil mengusap pelan punggung Anna. "Ayolah, jangan cengeng seperti itu. Aku jadi tidak bisa meninggalkanmu sendiri karena terlalu mengkhawatirkanmu.”           Mendengar perkataan Sayuri, entah kenapa tangisan Anna semakin kencang. "Kau berpikir untuk meninggalkanku?"           "Tentu tidak! Tapi, mungkin juga suatu hari nanti aku tidak ada di sisimu saat kau kesulitan. Jadi, mulailah untuk jadi lebih kuat, ya?"           Anna mengusap air mata yang membasahi pipi dengan punggung tangannya. Lalu mengangguk dengan senyumannya yang terlihat dipaksakan. "Apa kakak sudah merasa baikan? Nyonya Agnes sedang membuat pie s**u dan juga puding kesukaanmu! Bagaimana jika kita ke ruang makan sekarang?”           Sayuri melirik ke arah buku yang masih tergeletak tak berdaya di atas lantai. “Ah … bagaimana jika aku menyusulmu setengah jam lagi? Aku harus mempelajari beberapa materi untuk tes besok.”           Anna langsung mengembungkan pipinya. Dengan mulut yang sedikit manyun, ia mulai protes, "Kau sudah terlalu sering belajar! Bukankah nilaimu sudah sempurna ketika latihan tes sebelumnya? Ayo kita makan dulu~”           Sayuri mengusap keningnya pelan, kemudian menganggukkan kepalanya sekali dan menjawab, “Mm, baiklah. Tapi setelah kita makan, aku akan langsung kembali dan belajar, ya?”           Anna langsung menepuk kedua tangannya beberapa kali sambil melompat dengan senang. “Tentu! Ayo kita ke ruang makan sekarang!”           Tentu saja, Anna tidak akan membiarkan Sayuri langsung kembali dan mengubur dirinya pada buku pembelajaran lagi. Dengan bantuan saudara – saudaranya yang lain, sampai malam mereka membuat Sayuri sibuk.           Di sisi lain, logika Sayuri yang padahal memiliki ingatan ketika ia berumur hampir tiga puluh tahun tidak bisa mengalahkan perasaan rindunya pada keluarganya yang tinggal di panti asuhan.           Berpikir kalau sebelumnya ia mendapatkan peringkat satu untuk masuk ke sekolah itu, mungkin ia juga akan mendapatkan hasil yang sama ketika ia menjalani tes besok.           Lagi pula, selama dua belas tahun setelah ia diadopsi oleh keluarga Boyd, tidak sehari pun ia memiliki waktu untuk istirahat. Di akhir, Sayuri menganggap hari ini merupakan hari pertama ia mendapatkan liburan selama dua belas tahun ia bekerja tanpa henti. []               Note:           [1] German Suplex: Gerakan yang biasa digunakan oleh pegulat. Seorang pegulat akan memeluk bagian belakang  musuhnya, kemudian diangkat lalu membantingnya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD