04 - Rencana

2120 Words
          Semua yang ia lihat benar – benar nyata.           Bukan sebuah mimpi.           Apakah ia benar – benar kembali ke masa lalu?           Reinkarnasi? Terlahir kembali?           Entah itu Tuhan …           Entah itu Dewa …           Atau mungkin iblis …           Permohonan yang Sayuri panjatkan ketika jantungnya berhenti berdetak terkabul.           Sebuah tawa keluar dari mulut Sayuri, meski begitu, senyuman di wajahnya tidak mau terbentuk.           Kenapa?           Kenapa permohonannya untuk memulai lagi dari awal dan balas dendam pada Keluarga Boyd yang terkabul?           Apa iblis benar – benar yang mengabulkan permohonannya? Permohonan untuk melakukan sesuatu yang tidak baik?           …           Tidak. Apa yang akan Sayuri lakukan bukanlah sesuatu yang tidak baik. Banyak sekali orang – orang yang tidak bersalah harus kehilangan kebahagiaan dan nyawa mereka karena apa yang dilakukan oleh Keluarga Boyd.           Itu benar, Sayuri melakukan hal ini bukan hanya untuk kebaikannya sendiri saja. Tetapi untuk kebaikan orang lain yang juga menjadi korban karena keserakahan Keluarga Boyd.           Sayuri kembali melihat pantulannya di cermin. Meski saat ini ia terlihat sangat muda, namun ingatannya ketika ia berumur dua puluh sembilan tahun masih ada.           Semua latihan yang ia terima untuk menjadi sebuah mesin pembunuh masih terukir dengan jelas di benaknya. Kemampuannya dalam menggunakan segala jenis benda yang dapat dijadikan senjata mematikan di tangannya, kemampuan seni bela diri, ilmu teori mau pun praktik yang ia pelajari untuk tetap bertahan hidup dan ingatan tentang apa saja yang akan terjadi di masa depan, masih ia miliki.           Dengan menggunakan semua itu, Sayuri yakin ia akan menemukan celah untuk menghancurkan Keluarga Boyd sedikit demi sedikit.           “Yang jadi masalah adalah kondisi tubuhku saat ini,” gumam Sayuri pelan sambil menyentuh seluruh bagian tubuhnya. “Karena belum melewati latihan bagai neraka itu, tubuhku terlihat sangat lemah …”           Sayuri mendesah panjang. Ia tidak pernah berpikir harus melakukan latihan itu sekali lagi, ditambah kali ini ia yang memilih untuk melakukannya, bukan karena desakan dari Jerome.           Langkah kaki yang terdengar dari luar kamarnya membuat Sayuri tersadar dari rentetan pikirannya. Tubuhnya langsung bergerak karena kebiasaannya yang selalu waspada setiap saat.           Ketika Sayuri sadar, ia sudah bersembunyi di balik pintu kamarnya. Sebelum ia sempat keluar dari keadaan yang akan membuatnya merasa canggung nanti, pintu kamar itu terbuka dengan kencang.           “Sayuri sayang! Aku dengar kau jatuh dari pohon … Sayuriii!! Kau di mana!?” sahut seseorang yang membuat hati Sayuri seakan berhenti berdetak seketika.           “Nyonya Agnes … aku di sini,” jawab Sayuri dengan suara yang sedikit bergetar. Ingatan saat Leena Boyd mengatakan kalau Jerome menghancurkan panti asuhan tempat di mana ia menghabiskan setengah hidupnya tanpa adanya seorang pun yang selamat menambah kebenciannya pada mereka.           Pintu yang hampir mencuri ciuman pertama Sayuri langsung menjauh sedetik kemudian. Wajah yang tembam dan dibasahi oleh air mata langsung terlihat dari baliknya.           “Sayuri, kenapa kau berada di sana? Seharusnya kau jangan bangun dulu dari kasur!” omel Nyonya Agnes sambil menjepit wajah Sayuri dengan kedua tangannya. “Sudah berapa kali aku katakan untuk tidak naik ke atas pohon itu? Hm? Apa kau ingin membuatku terkena serangan jantung?”           “Maaf,” balas Sayuri tanpa ia sadari.           “Omoo, aku memarahimu karena aku khawatir padamu! Jangan menangis, ya?” kata Nyonya Agnes sedikit panik sambil mengusap air mata yang entah sejak kapan sudah membasahi pipi Sayuri, kemudian ia memberikan Sayuri pelukan dengan tubuhnya yang gempal.           Sayuri hanya bisa mengendus pelan sambil mengikuti Nyonya Agnes yang menariknya ke arah kasur. “Aku baik – baik saja, Nyonya Agnes,” katanya setelah ia kembali duduk di atas kasur.           “Siapa yang baik – baik saja setelah kau kehilangan kesadaranmu karena terjatuh dari pohon?” omel Nyonya Agnes sekali lagi. “Jadi, apa kau berjanji untuk tidak naik ke atas pohon itu lagi?”           Meski ingatan Sayuri masih sempurna, entah kenapa ia tidak bisa mengingat kejadian mengenai dirinya yang sempat jatuh dari pohon … apa memang dulu ia pernah mengalami kejadian seperti itu dan melupakannya karena terlalu terguncang dengan kejadian itu?           “Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” kata Sayuri pelan. Lebih baik ia tidak membuat Nyonya Agnes lebih khawatir dari pada ini. Lagi pula, saat ini ada yang lebih penting dari pada dirinya yang jatuh dari pohon.           Nyonya Agnes mengangguk dengan puas, kemudian melihat Sayuri dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Untung saja kau tidak patah tulang atau semacamnya …”           Sayuri hanya bisa tersenyum mendengar perkataan itu. Kemudian mulai bertanya, “Nyonya Agnes. Ngomong – ngomong … ini tahun berapa?”           Wajah Nyonya Agnes yang sebelumnya terlihat mulai tenang kembali panik. “Tahun 3092 … Apa benar kau baik – baik saja? Bagaimana jika kita ke dokter?”           “Aku baik – baik saja! Aku hanya ingin memastikan kalau ingatanku tidak berbeda dan kalau aku baik – baik saja meski aku jatuh dari pohon!” balas Sayuri cepat, dan melihat wajah panik Nyonya Agnes sedikit menghilang.           Tapi tahun 3092 … berarti saat ini ia kembali ketika ia berumur tujug belas tahun, dan juga tahun yang sama ketika ia diadopsi oleh Jerome Boyd. Dua belas tahun sebelum ia harus kehilangan nyawanya karena kalung peninggalan ibunya itu.           Itu benar! Kalung peninggalan ibunya. Mungkin jika Sayuri mendapatkannya lebih cepat … ia bisa mencari informasi mengenai kalung itu terlebih dahulu?           Tetapi, saat ini seharusnya ia masih belum mengetahui apa pun tentang ibunya … apalagi tentang kalung peninggalan ibunya.           Jika diingat baik-baik, dua bulan setelah dirinya diterima di Sekolah Menengah Atas, keluarga Boyd mengangkatnya menjadi anggota keluarga mereka dengan alasan karena nilai Sayuri yang sangat bagus.           Tanpa mengetahui kebenaran yang sesungguhnya, Sayuri menerima permintaan itu dengan senang hati. Ia berpikir bisa mengurangi beban panti asuhan untuk mengeluarkan biaya tambahan demi dirinya.           Sayuri harus menggunakan cara apa pun agar hal itu tidak terjadi lagi padanya, dan mencari cara lain untuk memulai rencananya tanpa membebani siapa pun.           Dengan mengandalkan ingatannya, seharusnya ia bisa membuat bisnis baru yang di kemudian hari akan sukses. Ia bisa menggunakan kartu itu untuk membuat koneksi dengan orang-orang yang lebih tinggi kedudukannya dibandingkan dengan keluarga Boyd saat ini. Dengan begitu, mungkin ia bisa bertemu seseorang yang ingin menghapus keluarga Boyd karena perbuatan buruknya.           Sebuah tangan mengusap kepala Sayuri dengan lembut, yang akhirnya menyadarkannya dari lamunannya. “Bagaimana, Sayuri? Apa sebaiknya kita ke dokter saja?”           Sayuri mendesah pelan, senyuman di wajahnya merekah seketika. Benar juga … ia tidak boleh membuat Nyonya Agnes lebih khawatir dari pada ini. Setidaknya setelah ia masuk sekolah, ia bisa memikirkan rencana yang lebih matang untuk menghancurkan keluarga Boyd.           Sambil menggelengkan kepalanya, Sayuri membalas, “Aku tidak apa-apa, Nyonya Agnes. Aku hanya bermimpi aneh …”           Melihat Sayuri yang tersenyum, malah membuat Nyonya Agnes semakin khawatir. “Sayuri, kau pikir sudah berapa lama ibu mengenalmu? Ibu tahu kalau kau selalu menyembunyikan perasaanmu agar orang lain tidak khawatir.”           “Sudah kukatakan kalau aku tidak apa - apa,” jawab Sayuri, sambil mengangkat kedua tangannya memperlihatkan ototnya yang tidak ada. Setidaknya, ia berusaha untuk meyakinkan Nyonya Agnes kalau ia baik – baik saja.           “Kau yakin tidak ada yang sakit di bagian mana pun? Apa besok kau bisa mengikuti tes untuk masuk sekolah?” tanya Nyonya Agnes sekali lagi, tidak sedikit pun wajah khawatirnya menghilang.           Kedua alis Sayuri langsung terangkat. “Tes masuk … apa sekolah itu berada di kota  H?”           “Itu benar. Bukankah kau sendiri yang memilihnya?”           Sayuri menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian berkata, “Uhh … Nyonya Agnes … aku punya permintaan … bolehkah aku menggantinya?”           Mendengar jawaban Sayuri, kening nyonya Agnes mengerut seketika. “Menggantinya? Maksudmu kau ingin mengganti pilihan sekolahmu? Bukankah sudah terlambat? Lagi pula pendaftaran seluruh sekolah sudah ditutup—”           “Tunggu sebentar, Nyonya Agnes. Aku … ingin masuk ke sekolah khusus,” potong Sayuri. “Sekolah ini sedikit berbeda, karena itu pendaftarannya sedikit diperpanjang.”           Untuk menjalankan rencananya dengan lancar, Sayuri akhirnya ingat sebuah sekolah yang kemungkinan besar dapat memudahkannya untuk memulai rencana balas dendamnya pada keluarga Boyd.           Sekolah itu memberikan beasiswa untuk pelajar tertentu yang memiliki bakat khusus dan bisa memberikan nama baik untuk sekolahnya. Itu berarti, Nyonya Agnes tidak perlu khawatir untuk mengeluarkan biaya tambahan demi pendidikan Sayuri.           Sayuri juga bisa mendaftar sebagai pelajar dengan bakatnya yang dimilikinya. Seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya, ketika dirinya masih menjadi sebuah mesin pembunuh, ia menguasai hampir seluruh seni bela diri yang pernah ada, begitu pula dengan senjata jarak jauh seperti panah dan semacamnya. Ia juga pandai dalam bidang olahraga. Apa lagi yang kurang dari dirinya?           Selain beasiswa, Sayuri juga ingat kalau sekolah itu memiliki aturan yang sangat ketat. Semua murid sekolah itu harus tinggal di dalam asrama yang sekolah sediakan dan tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalamnya.           Jika keluarga Boyd masih memiliki niat untuk mengejar Sayuri sampai ke sekolah itu, setidaknya mereka akan sedikit kesulitan jika Sayuri masih berada di dalam lingkungan sekolah.           Staff dan pengajar yang bekerja di sekolah itu juga tidak sembarangan. Mereka harus melewati pelatihan khusus untuk bekerja di sana, sehingga jika keluarga Boyd mengirim seseorang untuk menyamar sebagai pekerja di sekolah itu, mereka membutuhkan waktu yang cukup lama.           Terlebih lagi, sekolah itu berada di kota C, di mana kantor utama keluarga Boyd berada. Sehingga ia bisa mengawasi pergerakkan keluarga Boyd lebih mudah.           Ketika Sayuri menjadi b***k keluarga Boyd, ia tidak hanya mengetahui kegiatan ilegal yang dilakukan oleh mereka, tetapi juga kegiatan legalnya. Dengan menggunakan ingatannya, ia bisa tahu rencana apa yang sedang dijalani oleh keluarga Boyd, baik yang terlihat dari luar mau pun rencana yang dilakukan oleh mereka secara sembunyi - sembunyi.           “Sekolah khusus? Sekolah apa?”           “Kau tahu sekolah yang ada di kota C?”           Kedua alis Nyonya Agnes langsung terangkat. “Kota C? Kau memiliki rencana untuk masuk ke salah satu sekolah yang ada di kota C? Apa kau tahu seberapa jauh tempat itu?”           “Bukankah hanya perlu tiga sampai empat jam dengan menggunakan kereta cepat dari pusat kota J?” tanya Sayuri.           Nyonya Agnes langsung mencubit hidung Sayuri dengan kening yang berkerut. “Tahu apa kau tentang kereta cepat? Kau pernah menaikinya?”           Sayuri langsung menelan ludahnya, kemudian menjawab, “Te— tentu saja tidak! Aku hanya membacanya di suatu tempat! Lagi pula, aku tahu salah satu sekolah di kota C yang menerima pelajar dengan kemampuan yang bisa mengangkat reputasi mereka! Tidak hanya itu, mereka memberikan beasiswa jika pelajar itu berhasil memenangkan kompetisi dengan mengatas namakan sekolah itu,” kata Sayuri panjang lebar seperti seseorang yang mempromosikan sekolah itu.           Nyonya Agnes mendesah sambil mengusap pipinya dengan bingung. “Tapi … kota C berada di dekat Kapital, pasti banyak orang yang juga memiliki kemampuan hebat yang akan mendaftar ke tempat itu.”           “Nyonya Agnes … apa kau baru saja meremehkanku?” tanya Sayuri dengan wajah yang dibuat cemberut.           “Sayuri, sayang. Ibu tahu kau sangat pintar, dan ibu juga yakin sesulit apa pun tes yang diberikan oleh orang – orang yang ada di sekolah itu, dapat dengan mudah kau jawab. Tapi … untuk masuk ke sekolah yang berada di kota elit seperti itu, memiliki otak yang pintar saja tidak akan cukup. Kau tahu ‘kan bagaimana kehidupan orang - orang elit itu berbeda jauh dengan kita?”           “Anak - anak dari keluarga elit itu juga tidak langsung memiliki wibawa seperti bangsawan sejak mereka lahir, ‘kan? Mereka juga berlatih untuk sampai ke tahap di mana mereka saat ini. Jika mereka bisa, kenapa aku tidak?” tanya Sayuri.           Nyonya Agnes mendesah panjang, kemudian bergumam, “Untuk seseorang yang baru saja terjatuh dari pohon karena tidak pantas berkata seperti itu …”           Meski Sayuri mendengar gumaman pelan dari Nyonya Agnes, ia tidak bisa protes karena apa yang baru dikatakan olehnya ada benarnya. “Setidaknya, berikanlah aku kesempatan!”           Melihat Sayuri yang sangat serius dengan apa yang dikatakannya, Nyonya Agnes hanya bisa kembali mendesah panjang. “Baiklah. Beri tahu ibu nama sekolah itu dan juga apa yang ingin kau tulis di profilmu itu.”           Akhirnya Sayuri bisa bernapas lega karena berhasil meyakinkan Nyonya Agnes. “Terima kasih, Nyonya Agnes! Aku menyayangimu!” Setidaknya, langkah pertama dari rencananya untuk menghancurkan keluarga Boyd sudah dibuat.           Nyonya Agnes terkekeh pelan dan membalas pelukan dari Sayuri. “Lagi pula, sebelumnya kau bilang sekolah itu memberikan beasiswa pada pelajarnya yang bisa memenangkan sebuah kompetisi. Memangnya … kemampuan apa yang kau miliki?”           “Hmm … tulis saja seni bela diri, panahan dan juga renang!” jawab Sayuri.           Nyonya Agnes langsung melepas pelukannya dan menatap Sayuri dengan mata yang disipitkan. “Sayuri, ibu yakin tidak pernah mengajarimu untuk berbohong—”           “Aiiiihh, percayalah padaku, Nyonya Agnes! Kau belum pernah melihat seluruh kemampuanku, ‘kan?” protes Sayuri.           Nyonya Agnes menggelengkan kepalanya menyerah. “Baiklah, tetapi berjanjilah pada ibu. Kau juga harus mengikuti tes besok. Anggap saja sebagai cadanganmu, ya?”           “Tentu saja, Nyonya Agnes!” jawab Sayuri dengan semangat.           Jika sekali ia pernah mengikuti tes itu dan lolos, berarti ia bisa lolos sekali lagi, ‘kan? []  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD