06 - Pusat Kota

1435 Words
          Sayangnya, pemikiran semacam itu benar – benar salah. Karena, saat ini Sayuri hanya bisa menundukkan kepalanya setelah melihat isi surat yang ia dapatkan.           Isi surat itu sangat singkat. 'Maaf, nilai yang diperoleh dari tes tidak memenuhi standar kriteria sekolah kami'.           Benar, Sayuri baru saja gagal masuk Sekolah Menengah Atas yang menjadi 'cadangan'nya. Tes sekolah yang ia jalani di kehidupan sebelumnya dan mendapatkan peringkat pertama. Tidak hanya Nyonya Agnes yang terkejut melihat isi surat itu, bahkan Sayuri sendiri terkejut setelah membaca isinya.           Dia terlalu meremehkan tes masuk sekolah itu! Saat menjalani tesnya beberapa minggu lalu, ia percaya diri kalau 90% soal yang ia isi benar. Nyatanya, ia hanya mendapat  nilai sebesar 72%. Sedangkan standar sekolah itu sebesar 85%.           "Ehm, maafkan aku Nyonya Agnes, saat mengerjakan soalnya kemarin sebenarnya kepalaku tiba-tiba saja sakit," gumam Sayuri, yang tentu saja isinya hanya kebohongan. Nyatanya, ia hanya mengandalkan ingatannya untuk mengerjakan soal - soal itu.           Padahal, sebelumnya ia meyakinkan dirinya untuk tidak memilih pilihan yang salah lagi. Nyatanya … tidak semudah apa yang ia bayangkan.           Seharusnya, ia kembali mengulas semua mata pelajaran pada buku catatannya. Tetapi pie s**u dan puding yang dibuat oleh Nyonya Agnes, serta saudara - saudara pantinya membuat dirinya kehilangan kendali.           …               Tidak ada lagi liburan, tidak ada lagi istirahat, tidak ada lagi kata semua akan baik – baik saja! Kali ini, ia tidak akan lagi meremehkan tes selanjutnya, apalagi ia harus melakukan tes untuk masuk ke sekolah yang ada di Kota C.           Untung saja selama ia menunggu hasil tes itu keluar, tidak sehari pun ia habiskan tanpa membuka buku catatannya dan juga mulai membangun stamina dan membentuk tubuhnya kembali.           Sayuri memilih untuk melihat sisi baik dari kejadian ini. Yaitu … Keluarga Boyd tidak akan bisa menggunakan alasan kalau Sayuri merupakan pelajar terpintar di panti asuhan ini. Ya, itu benar.           "Tidak perlu khawatir, tahun depan kau bisa mencobanya lagi. Apa kepalamu masih sakit? Sebaiknya kita segera ke dokter, 'kan?" usul Nyonya Agnes.           Sayuri menggelengkan kepalanya untuk menjawab, "Keadaanku sudah lebih baik beberapa hari kemarin. Lagi pula, kenapa harus tahun depan? Bukankah tes untuk masuk ke sekolah yang ada di Kota C itu minggu depan?"           Keringat dingin mulai terlihat jelas di kening Nyonya Agnes, dan Sayuri mengerti kenapa. "Sayang, meski ibu telah mendaftarkanmu ke sekolah yang kau bicarakan itu … kau harus memiliki nilai sebesar 98% untuk berhasil menyelesaikan tahap satu. Tahap kedua kau harus melewati wawancara. Tahap terakhir, kau harus mendapat nilai tinggi dalam tes fisik dan juga kemampuan yang kau tulis pada profilmu."           "Aku bisa belajar lebih giat untuk mendapat nilai 98%, untuk wawancara aku tidak takut, dan tes fisik juga aku percaya bisa mendapat nilai yang bagus!"           Nyonya Agnes hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil mengusap keningnya yang mulai terasa sakit. "Baiklah, tapi jangan paksakan dirimu."           "Tentu saja, Nyonya Agnes!" jawab Sayuri tegas. Setelah Nyonya Agnes meninggalkan kamarnya, langsung saja Sayuri mengambil semua buku pelajaran miliknya, dan kembali mempelajarinya meski ia sudah melakukannya ratusan kali.           Entah ia harus berterima kasih atau merasa kasihan pada dirinya sendiri, Sayuri dapat dengan mudah memfokuskan pikirannya, ia juga dapat dengan mudah mengingat sesuatu yang ia baca. Semua ia dapatkan dari latihan keras yang Sayuri jalani selama ia menjadi bagian dari keluarga Boyd.           Tidak hanya belajar, selama beberapa hari itu pula Sayuri kembali melatih fisiknya. Mulai dari angkat beban—tentu saja ia menggantinya dengan mengangkat botol berisi air puluhan liter—ketahanan tubuh, kekuatan fisik, bahkan pernapasan, semuanya ia lakukan dengan peralatan seadanya. Jika dulu ia pernah memaksa dirinya sampai ia kehilangan kesadaran bahkan hidungnya yang mengeluarkan darah, kenapa sekarang ia tidak bisa?           Sampai akhirnya, Sayuri merasa kalau semua buku pelajaran yang ia miliki itu tidak cukup membuatnya puas. Ia membutuhkan buku yang memiliki teori yang lebih sulit dibandingkan dengan ini. Tentu saja, panti asuhan tidak memilikinya.           Sayuri tahu salah satu tempat yang berada tidak terlalu jauh dari panti asuhan yang memiliki buku semacam itu. Yaitu perpustakaan yang ada di pusat Kota J.           Hm, tidak bisa dibilang tidak terlalu jauh juga, sih. Sayuri membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai ke pusat Kota dari panti asuhan dengan menggunakan bus yang memiliki biaya paling murah bila dibandingkan dengan alat transportasi lainnya. Tidak hanya itu, ia membutuhkan waktu yang banyak untuk mencari materi yang ia inginkan.           Itu berarti, satu hari saja tidak akan cukup. Ia harus menginap di pusat Kota J, dan Sayuri yakin untuk mendapatkan izin dari Nyonya Agnes untuk pergi sendirian ke pusat Kota J akan sangat sulit. Tidak hanya itu, biaya yang dibutuhkan juga cukup besar …           Sayuri mengerang pelan sambil mengacak – acak rambutnya. Meski pun ia berharap untuk tidak menyulitkan Nyonya Agnes … ternyata kenyataan kalau saat ini ia tidak memiliki uang dan tidak memiliki kemampuan apa pun yang malah menyulitkannya.           Jari Sayuri terus mengetuk meja yang ada di depannya beberapa kali. Sampai akhirnya ia berdiri dari duduknya dan mencoba untuk berbicara dengan Nyonya Agnes tentang dirinya yang ingin mengunjungi pusat Kota J.           Berharap kalau Nyonya Agnes memiliki kenalan yang dapat membawanya ke pusat Kota J.           .           .           “Nyonya Agnes, ini aku,” kata Sayuri sambil mengetuk pintu ruangan Nyonya Agnes.           “Masuk, sayang.”           Setelah mendengar balasan dari dalam, Sayuri langsung membuka pintu yang ada di depannya dan masuk ke sana.           Ruangan Nyonya Agnes tidak berubah sama sekali. Ruang kerja yang masih tertata dengan sederhana namun terasa nyaman. Meja kerja yang berada di depan jendela yang menghadap menuju kebun sayur pun tidak ada yang berbeda seperti apa yang ia lihat terakhir kali ketika ia masuk ke ruangan ini untuk bertemu dengan Jerome.           Pantulan cahaya dari monitor komputer tua yang ada di depannya sedikit menerangi wajah Nyonya Agnes. Setelah mengetikkan beberapa kalimat, ia bertanya, “Ada apa, nak?”           “Nyonya Agnes … apa aku boleh mengunjungi pusat Kota J?” tanya Sayuri pelan.           Kedua alis Nyonya Agnes sedikit terangkat, kemudian ia bertanya, “Apa kau membutuhkan sesuatu? Ibu bisa membelikannya.”           Dengan cepat Sayuri langsung menggelengkan kepalanya. “Bukan seperti itu. Aku … ingin mencari teori yang lebih sulit untuk aku pelajari. Tentu saja, aku ingin mempelajarinya dari banyak buku, tidak hanya satu. Membeli buku cetak mau pun daring sepertinya akan memakan banyak biaya.”           “Ah … kau ingin mengunjungi perpustakaan yang ada di pusat kota?”           Untunglah Nyonya Agnes langsung mengerti! “Itu benar, Nyonya Agnes. Jadi aku berpikir untuk mengunjungi perpustakaan kota. Aku benar – benar sudah menguasai semua materi pada buku yang saat ini kumiliki, dan aku merasa semua itu tidak cukup jika aku ingin mendapatkan nilai sempurna untuk tes minggu depan.”           Senyuman tipis langsung terbentuk di wajah Nyonya Agnes. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah Sayuri, kemudian meletakkan kedua tangannya di bahu Sayuri. “Sayang, ibu suka kamu yang bekerja keras. Ibu juga sudah memikirkan semua hal ini, dan ibu memilih untuk memercayaimu.”           “Lalu …?”           “Ibu harus menyelesaikan beberapa hal, dan sepertinya Rachel masih ada keperluan sehingga ia tidak bisa menemanimu. Kau sudah besar, apa kau bisa pergi ke pusat kota sendirian?”           Ya! Tentu! Bahkan itu yang Sayuri inginkan!           “Aku harus bisa, Nyonya Agnes. Karena jika aku benar – benar lolos ujian tes masuk sekolah Kota C, aku harus tinggal sendiri di asrama,” jawab Sayuri, berusaha untuk tidak terlalu antusias karena dia bisa pergi sendiri. “Tapi Nyonya Agnes … sepertinya satu hari saja tidak cukup …”           Nyonya Agnes terkekeh pelan, kemudian membalas, “Tentu ibu mengerti. Karena ibu sudah memercayaimu, dan kau juga sangat yakin bisa masuk ke sekolah pilihanmu itu … meski tidak terlalu banyak, bagaimana jika lima ribu kredit saja?”           Kedua alis Sayuri langsung terangkat. Dengan kredit sebanyak itu, Nyonya Agnes bisa membeli bahan untuk membuat sepuluh pie s**u! “Itu terlalu banyak! Aku hanya perlu dua ribu saja.”           “Di pusat kota, kebutuhan yang kau perlukan akan lebih mahal, Sayuri. Ambil lima ribu kredit ini atau tidak sama sekali,” balas Nyonya Agnes sambil berjalan menuju mejanya dan mengeluarkan sebuah amplop kecil yang berisi kredit di dalamnya.           “Aku berpikir untuk menanyakan apakah kau memiliki kenalan yang bisa membawaku ke pusat kota … setidaknya aku jadi menghemat biaya untuk pergi ke pusat kota dan hanya perlu memikirkan biaya untuk pulangnya saja,” kata Sayuri sambil berjalan menuju meja kerja Nyonya Agnes.           “Hmm … kebetulan besok hari senin, jadwal Paman Tom untuk menjual hasil panennya di pusat kota. Aku bisa meminta tolong padanya untuk membawamu juga,” jawab Nyonya Agnes sambil mengusap pelan pipinya. “Ah, tapi kau harus tetap membawa semua kredit itu.”           Sayuri terkekeh pelan, ia sempat lupa kalau Nyonya Agnes tidak kalah keras kepalanya dengan dirinya. “Baiklah. Jika masih ada sisanya, aku akan mengembalikannya padamu.” []                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD