Bab 1

1138 Words
    "Selamat pagi, Rexha." Sapa Aurelia yang merupakan teman kerjanya.     "Selamat pagi. Apa Pak Andara sudah datang?" Tanya Rexha memastikan. Karena dia sadar diri akan keterlambatan nya.     "Seharusnya sih sudah, tapi entah lah...." Jawab aurel sambil mengangkat bahunya.     "Sedang apa kalian?"     Sontak dua gadis itu terlonjak kaget mendengar suara menyeramkan ada di belakangnya. Aurelia yang sadar akan tempat yang tak seharusnya ia isi. Ia bergegas pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Rexha yang masih diam ditempat.     "Iituu... eee... selamat pagi, Pak." Ucap Rexha kaku sambil melirik Aurelia yang sudah lari terbirit-b***t.     "07.15." Rexha menelan ludahnya dengan susah payah. "Berapa kali kamu sudah terlambat seperti ini?" Sambung Andara.     "Maafkan saya, Pak. Saya tidak akan mengulangi nya lagi." Ucap Rexha sambil menundukkan kepalanya. "Apa Bapak mau kopi?" Basa basi nya agar Andara tak memarahinya.     Andara berlalu.      Helaan nafas lega terdengar setelah moment tegang itu selesai. Rexha kembali merapikan baju dan juga mengepal rambut pirangnya ke atas. "Selamat bekerja, sayang." Satu kalimat yang rupanya bisa membuat Rexha bersemu merah alami. Ia menganggukan kepalanya sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Aku mencintaimu."     Tangan cantik yang selalu bisa membuat tenang hati Rush saat menggenggam nya. Kini nampak cekatan menata setiap susunan roti yang berada di depannya. Sebagai penjaga toko roti sekelas Mc.Berry Bell. Rexha sadar bagaimana pentingnya kebersihan dan juga keindahan yang harus diterapkan disetiap sudut Tokonya.     Suara lonceng yang menandakan ada pelanggan masuk. Mengalihkan perhatiannya untuk menyapa pelanggan pertama yang masuk ke dalam toko. "Selamat datang di Mc, Berry Bell." Sapaan hangat yang selalu dia tujukan untuk para pembeli yang datang.     "Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Rexha mendekati pelanggannya.      "Strawberry cheese cake."     "Sebentar." Sambung Rexha sambil meninggalkan pelanggannya seorang diri. Tak berapa lama. Ia datang sambil membawa dua ukuran kue berbeda di nampan. "Kami mempunyai 2 ukuran berbeda dalam setiap varian. Bapak bisa pilih salah satu." Rexha menjelaskan dengan ramah.     "Bugkus keduanya. Saya akan ambil semua."     "Baik, Pak." Rexha segera menyelesaikan pesanan pelanggan nya.     Kotak berwarna biru dan juga pita pink yang menghiasi sudah siap untuk diberikan pada pelanggan pertamanya. Namun, saat ia sudah berada di depan. Laki-laki tersebut sudah menghilang. Aurelia pun menunjukkan wajah takutnya pada Rexha.     "Asli sumpah. Itu orang misterius banget. Tahu enggak sih dia cuma kasih kertas ini. Dan pergi gitu aja setelah membayar. Rexha, harusnya lo tahu gimana mimik wajah bapak-bapak tadi."     "Kertas apa maksud lo?" Tanya Rexha penasaran.     "Ini."     Gulungan kertas kecil berwarna coklat itu. Kini sudah terbuka yang membuat mata Rexha menatap  geram. "Cuma ini?"     "Heem."     "Aurelia!!" bentak Rexha yang membuat Aurelia terhenyak. "Berhenti  buat gue takut kayak begini. Bisa enggak sih jangan bikin gue ketakutan."     Mata sipit Aurelia memandang takut pada Rexha yang saat ini mencoba meredam amarahnya. "Kan gue enggak ngapa-ngapain."     "Lain kali kalau lo nerima pelanggan kayak begitu lagi. Please, jangan bikin suasana makin mencekam. Lagian bapak itu ngasih kertas ini karena dia mau kasih tahu kita buat ngirim kue ini ke anaknya secara rahasia. Lo tuh ya!"     "Kok malah nyalahin gue? Kan gue juga enggak tahu."     Rexha hanya menggeleng sambil meninggalkan Aurelia yang masih bingung. ***     "Hari ini, aku pulang sedikit terlambat. Jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja." Ucap Rexha sambil tersenyum.     "Ok! Aku jemput."     "Enggak usah, sayang. Aurelia juga enggak ada yang jemput kan. Jadi aku bisa pulang sama dia. Enggak papa?     "Ya sudah. Aku lanjut kerja dulu. Hati-hati disana. I Love you."     Panggilan telpon singkat itu sudah berakhir. Rexha kembali merapikan bajunya untuk kembali bekerja. Dia tak ingin kembali terlambat masuk toko. Setelah jam istirahat selesai. Matanya terus memandang sekitar untuk mencari keberadaan Aurelia yang entah hilang kemana. Senyumnya terulas, saat mengingat hebohnya Aurelia tadi pagi. "Aduh!" kepala Rexha pun berdenyut saat tak sengaja dia menabrak pintu yang tiba-tiba tertutup oleh angin.     "Makanya lain kali kalau lagi jalan fokus."     Rexha hanya memutar matanya bosan saat melihat bayangan Andara di belakangnya. "Iya, Pak." Jawabnya malas.     "Antarkan pesanan ini."     "Hah! Bapak becanda? Saya bukan kurir loh pak. Lagian Toko kita kan sudah ada kurirnya. Banyak lagi."     "Mereka sedang makan. Dan kebetulan saya lihat kamu sudah selesai. Jadi kamu bisa antarkan kue ini."     "Tapi pak?"     "Ada sepeda di depan kamu bisa mengayuhnya sendiri."     Seenaknya bukan? Yah itulah Andara. Sebagai pemilik toko. Dia terkadang menyuruh karyawannya bertindak sesuka hatinya. Terutama Rexha. Bahkan dia tak segan menyuruh pekerjaan yang tak seharusnya dia lakukan. Hal yang paling menjengkelkan yang pernah dialami Rexha adalah.... Tentang ijin pengunduran diri yang selalu ia tolak dengan alasan tak jelas. Bahkan ketika dia tidak masuk kerja pun. Dengan senang hati dia akan menyuruh Aurelia menjemputnya. Dengan kalimat -Ayolah! Rex. Gue bisa dipecat kalau lo nggak masuk.-  Sadis bukan?     Tepat puku 13.45. Rexha sudah tiba di alamat yang tertera di kertas pemberian Andara. Setelah turun dari sepeda. Ia bergegas membenarkan posisi baju dan juga rambutnya yang berantakan. Sebisa mungkin dia tetap terlihat rapi dan bersih agar pelanggan nya tidak kecewa sudah membeli rotinya.     "Sebentar." Suara dari balik pintu yang membuat Rexha tersenyum. "Ada yang bisa saya bantu?"     "Selamat siang bu, ini saya mau antar pesanan dari Pak Andara untuk nona Lexi." Sahutnya sopan sambil memberikan bingkisan di tangannya. "Ibu bisa cek kondisinya terlebih dulu. Kalau ada kerusakan Ibu bisa bilang sama saya."     "Tidak perlu. Saya percaya dengan beliau."     "Kalau begitu saya permisi, Bu. Selamat siang."     Lagi, diterik nya matahari yang mulai bergeser. Rexha kembali mengayuh sepedanya. Dia tak ingin melanggar aturan waktu yang diberikannya sebelum berangkat tadi. Ia terus bersemangat mengayuh. Semu merah dan juga keringat yang jatuh dari keningnya. Sama sekali tak ia hiraukan. Cantik, itulah kekaguman yang orang lihat saat Rexha menyapa mereka.     Sesampainya di depan toko roti. Mata Rexha memicing saat melihat mobil Rush ada disana. Bukankah jam segini dia harusnya masih bekerja. Ia pun bergegas masuk setelah yakin jika mobil hitam Audi itu ada milik kekasihnya. Senyumnya terus merekah saat melihat Rush tengah berada disudut ruangan sambil meminum kopinya.     "Hai!"      "Rush."     "Apa aku mengejutkan mu?" Tanya Rush saat melihat Rexha datang untuk menyapanya.     "Eggak." Jawab Rexha sambil memberikan tissue. "Hari ini kamu pelangganku. Jadi biar aku yang melayanimu. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Ucapnya sopan sama persis seperti saat dia menyapa pelanggan yang datang.     "Tiramissu."     "Baik, saya akan menyiapkan nya untuk Bapak."     Hubungan yang saat ini mereka jalani. Bukanlah hubungan anak SMA yang hanya memburu kebahagiaan semata. Mereka sudah cukup lama bersama. Bahkan sebelum Rush seperti sekarang. Rexha adalah orang pertama yang mendampinginya. Sapuan halus pun ia berikan saat Rexha datang membawakan kue yang menjadi favouritnya di toko ini.     "Berhentilah menggodaku, Rush." Ucap Rexha merasa tak nyaman.     "Cuma tangan." Jawab Rush usil sambil menertawakan wajah panik kekasihnya. "Aku kesini bukan untuk menjemput mu. Aurelia juga baru saja bilang kalau nanti kalian akan pulang sedikit terlambat. Aku kesini hanya karena lapar." Sambunya yang membuar Rexha terkikik geli.     Bukan karena ucapan Rush yang apa adanya. Hanya saja Rexha tak habis pikir. Bagaimana dia bisa mengatakan 'Lapar' tapi rela menempuh jarak yang cukup jauh hanya untuk membeli roti. Tak sebanding dengan waktu yang ia buang sia-sia.     "Kamu suka kan? Ayo ngaku?"     "Sayang, udah ya. Berhenti buat jahilin aku. Aku mau lanjut kerja."     Rush haya terkikik geli melihat kelakuan kekasihnya. Dia tahu, dalam dunianya untuk saat ini. Rexha adalah awal dari titik balik yang sudah ia jalani. Bahkan saat ia jatuh. Wanita satu-satunya yang dia miliki hanyalah Rexha. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD