Satu Kamar

1043 Words
Diandra diam seribu bahasa saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Ya. Diandra merasa kesal karena suaminya itu benar-benar keras kepala. Diandra merasa sangat tidak suka dengan sifat laki-laki itu. Derren menautkan kedua alis saat melihat sang istrinya itu yang masih tampak diam hingga detik ini. Tidak ada satu kata pun keluar dari bibir wanita cantik yang sedang mengandung calon buah hatinya itu. “Saya tidak menerima penolakan dari kamu apapun alasannya. Saya tahu kamu pasti merasa lelah kan hari ini? Ayo.. Kita pergi ke kamar,” ucap Derren yang memutuskan untuk mengambil alih situasi dan kondisi agar tidak kamu dan canggung di antara mereka berdua. Huft.. Diandra menghela nafas berat untuk menenangkan diri dan mengendalikan emosi yang menyelimuti di dalam dirinya. Sungguh.. Diandra benar-benar merasa sangat tidak suka dengan semua hal ini. Namun Diandra juga tidak bisa melakukan hal apapun itu karena dirinya tahu semua akan percuma jika melakukan pemberontakan kepada suaminya. Diandra menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh laki-laki yang telah menjadi suaminya itu tanpa mengeluarkan satu patah kata pun untuk menjawab ucapan laki-laki tampan itu. Senyuman manis nan hangat penuh dengan perasaan bahagia terukir di wajah tampan Derren saat istrinya itu menurut dengan apa yang diminta oleh dirinya beberapa saat yang lalu. Derren menggenggam telapaj tangan sang istri lalu melangkahkan kaki menuju ke arah tabung kapsul yang berada di dalam rumah mewah laki-laki tamoan itu. Sedangkan, Diandra hanya mengikuti langkah kaki sang suaminya itu. Diandra bahkan tidak melakukan penolakan saat suaminya itu menggenggam telapak tangannya dengan erat daat ini. “Ini kamar kita. Kamu bisa bebas melakukan hal apa saja di dalam kamar ini. Aku tidak akan pernah melarang apa yang akan kamu lakukan selama itu masih dalam batas wajar dan hal yang positif. Aku ingin kamu dan calon buah hati kita selalu merasa bahagia dan nyaman agar kalian berdua baik-baik saja sampai kapanpun itu. Aku tahu kamu belum bisa menerima pernikahan kita. Aku juga merasakan hal yang sama seperti apa yang kamu rasakan saat ini. Tapi aku berusaha menerima pernikahan ini dengan ikhlas dan lapang d**a demi calon buah hati kita. Aku tidak ingin calon buah hati kita itu mengalami sesuatu di dalam kandungan kamu dan di hidupnya nanti. Aku berusaha menyingkir ego yang ada di dalam diri aku karena aku tahu dan sadar jika aku yang salah dalam hal ini. Bukan calon buah hati kita. Dia tidak salah sama sekali dalam hal ini. Kita yang salah. Dia bisa hadir di dalam kandungan kamu karena kesalahan yang telah kita lakukan tempo hari. Aku tidak ingin menyalahkan siapa pun dalam hal ini. Kalau memang ada yang harus disalahkan itu aku. Bukan orang lain,” ucap Derren berusaha memberikan penjelasan kepada istrinya sembari mencurahkan semua perasaan yang ada di dalam hatinya itu. Diam.. Lagi dan lagi Diandra diam membisu tanpa mengeluarkan satu patah kata pun untuk menjawab apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu beberapa saat yang lalu. Ya. Diandra tidak dapat memungkiri jika dirinya telah dapat mencerna semua kalimat yang diucapkan oleh sang suaminya itu benar dan tidak ada yang salah. Namun Diandra masih merasa berat jika dirinya harus menerima semua hal ini dengan ikhlas saat ini. Semua terlalu mendadak dan Diandra masih belum siap untuk menerima hal ini. Derren menangkup kedua sudut wajah sang istri dengan lembut lalu menatap manik mata hitam milik istrinya dengan tatapan lembut dan hangat saat ini. “Aku tahu apa yang sedang ada di dalam pikiran kamu. Aku tahu kamu belum bisa menerima semua hal ini. Kamu tidak perlu merasa takut dan khawatir dengan semua ini. Aku tidak akan pernah memaksa kamu untuk bisa menerima pernikahan kita hari ini. Aku tahu semua tidak mudah untuk kamu. Kamu masih merasa bimbang dan semua ini tidak adil di dalam hidup kamu. Aku tahu Diandra. Jadi kamu tetap jalani saja hidup kamu seperti saat kamu belum menikah dengan aku. Aku hanya minta satu hal dari kamu. Kamu jaga diri dan kandungan kamu. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan kamu dan kandungan kamu itu. Kalau aku mau egois. Aku pasti hanya akan memikirkan calon buah hati yang sedang kamu kandung saat ini. Aku pasti tidak akan pernah peduli dengan kamu. Tapi aku bukan laki-laki m seperti itu karena aku selalu menganggap istimewa wanita yang baik hatinya. Aku memang belum mengenal kamu sepenuhnya. Tapi aku tahu jika kamu wanita baik. Kamu lebih baik istira terlebih dahulu. Aku tahu kamu merasa lelah sekali hari ini. Aku mau menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu di ruang kerja pribadi yang berada di lantai yang sama dengan kamar kita ini,” ucap Derren dengan nada lembut. Diandra masih diam dan tidak membalas apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu kepada dirinya. Diandra membalas tatapan lembut dari suaminya itu sembari berusaha mencari sesuatu di dalam manik mata hitam lengan milik laki-laki tanpan itu. Namun Diandra tidak dapat menemukan apa yang sedang dicari oleh dirinya saat ini. Diandra hanya dapat menemukan kejujuran dan ketulusan di dalam manik mata suaminya itu. Senyuman manis kembali terukir di wajah tanoan Derren kepada istrinya yang masih tampak diam saat ini. Derren mengusap kedua sudut wajah sang istri dengan sentuhan lembutnya sebelum pergi meninggalkan wanita cantik itu menuju ke ruang kerja pribadinya. “Aku pergi ke ruang kerja dulu. Kamu istirahat saja di dalam kamar ini. Kalau kamu membutuhkannya sesuatu yang tidak ada di dalam kamar ini. Kamu bisa menghubungi bibi melalui telepon yang ada di atas nakas. Kamu cukup tekan angka satu dan dua yang akan terhubung dengan bibi di bawah. Kalau kamu memerlukan minum. Semua sudah ada dan tersedia di dalam lemari pendingin yang ada di sudut kamar ini. Kamu tidak boleh melakukan hal aneh. Kamu baik-baik di dalam kamar ini. Aku tidak akan lama nanti,” sambung Derren nasig dengan nada lembut. Diandra yang merasa tidak enak dengan suaminya lantas menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh laki-laki tampan itu untuk menghargai suaminya yang baik kepada dirinya. Perasaan bahagua menyelimuti di dalam hati Derren daat melihat dng istri yang membalas ucapannya. Walaupun hanya melalui anggukan kepala. Namun demua hal itu lebih dari cukup bagi Derren. Derren melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan sang istri yang masih berada di dalam kamar pribadi mereka berdua itu menuju ke ruang kerjanya perasaan bahagia dan langkah ringan. "Aku tahu kamu itu wanita baik. Aku tidak akan pernah menyesal menikah dengan kamu.."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD