Suara kumandang adzan Subuh membangunkan Diandra dari tidur panjangnya sepanjang malam tadi. Diandra mengerjapkan mata dan membuka mata dengan perlahan untuk menyesuaikan pandangan dengan cahaya lampu yang bersinar dengan terang dan menyilaukan mata pagi hari ini.
Diandra menautkan kedua alis saat merasa ada beban berat yang menindih di atas perutnya. Diandra mengalihkan perhatian ke arah perutnya untuk mengetahui apa yang sedang berada di sana. Tampak telapak tangan kekar dan berotot sedang berada di atas perutnya saat ini. Diandra yang tahu siapa pemilik tangan itu merasa bingung dengan apa yang dilakukan oleh sang suaminya itu.
Diandra hendak menyingkirkan telapak tangan sang suami yang sedang melingkari di atas perutnya itu. Namun gerak tubuh Claudia terhenti saat merasa ada tangan yang menggenggam erat telapak tangannya itu saat ini.
“Aku tahu kamu tidak suka dengan apa yang aku lakukan saat ini. Tapi aku mohon sama kamu. Biarkan tetap seperti ini sebentar saja Diandra. Aku janji tidak akan melakukan hal lebih dari ini. Aku ingin memberikan rasa nyaman kepada kamu dan calon anak kita,” ucap Derren dengan nada penuh permohonan kepada istrinya.
Diandra diam seribu bahasa saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Entah kenapa ada perasaan tidak enak setelah mendengar apa yang diminta oleh laki-laki yang telah menjadi suaminya itu. Diandra ingin melakukan pemberontakan. Namun hati kecil Diandra menilai dengan keinginan dirinya pagi hari ini.
Diandra merasa bingung dengan dirinya sendiri karena otak dan hati sedang tidak bisa diajak kerja sama untuk saat ini.
Diandra menghela nafas berat untuk menenangkan diri dan meyakinkan diri dengan semua hal ini. Sungguh.. Semua hal ini membuat Diandra merasa bimbang apa yang harus dilakukan oleh dirinya. Namun Diandra juga tidak dapat memungkiri jika dirinya merasa nyaman dengan dekapan yang sedang diberikan oleh sang suaminya itu.
Derren mengulas senyuman manis di balik dekapan hangat dengan istrinya saat melihat sang istri tidak melakukan dengan apa yang sedang dilakukan oleh dirinya. Perasaan bahagia menyelimuti di dalam dirinya pagi hari ini.
Derren mendekat tubuh sang istri dari arah belakang dengan erat dan hangat. Telapak tangan yang besar dan kekar itu mengusap perut sang istri yang masih tampak rata saat ini.
Diandra memejamkan mata berusaha menikmati setiap sentuhan yang sedang diberikan oleh sang suaminya itu. Rasa nyaman yang diberikan oleh laki-laki tampan itu membuat Diandra merasa nyaman dan bahagia dengan setiap sentuhan sang suaminya.
Diandra dan Derren saling diam tanpa ada yang mengeluarkan satu patah kata pun karena sepasang suami istri itu sedang menikmati suasana romantis di antara mereka berdua pagi hari ini.
***
Derren menautkan kedua alis saat melihat sang istri tampak berpenampilan sangat rapi pagi hari ini. Banyak tanya di dalam benak Deren dengan penampilan sang istrinya itu. Namun Derren yang tidak ingin berpikiran buruk tentang istrinya itu lantas memutuskan untuk bertanya kepada Diandra yang sedang merapikan rambut di depan meja rias saat ini.
“Kamu mau kemana?” tanya Derren dengan penuh rasa bingung.
Diandra meletakan sisir yang berada di tangannya lalu mengalihkan perhatian ke arah sumber suara di mana laki-laki tampan yang telah menjadi suaminya itu telah berdiri di samping dirinya sembari menatap ke arah Diandra dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Diandra mau pergi ke sekolah Pak Derren. Kenapa Pak Derren? Apa ada yang salah dengan Diandra?” jawab Diandra tidak lupa melontarkan pertanyaan kembali kepada suaminya itu.
“Kenapa kamu pergi ke sekolah? Bukannya kamu masih cuti?” tanya Deren lagi.
“Siapa yang mengambil cuti Pak Derren? Diandra tidak mengambil cuti sama sekali. Diandra tetap masuk sekolah Pak Derren. Diandra merasa tidak enak kalau harus ijin tidak mengajar hari ini,” jawab Diandra lagi.
“Kalau saya melarang kamu untuk tidak masuk sekolah. Apa kamu akan menuruti permintaan aku nanti? Apa kamu akan marah sama aku?” sambung Derren.
Diandra diam membisu saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya itu. Diandra merasa keberatan dengan permintaan sang suaminya. Namun Diandea juga tidak berani menolak apa yang diinginkan oleh laki-laki tampan itu. Sungguh.. Diandra merasa dilema dengan semua hal ini.
Derren yang dapat menebak jalan pikiran sang istri lantas mengulas senyan manis nan hangat ke arah wanita cantik itu. Derren bahkan memegang bahu sang istri dengan lembut.
“Aku tahu kamu tidak setuju dengan apa yang aku minta tadi. Kamu tidak usah merasa tidak enak sama aku. Aku tidak akan melarang apa pun kegiatan kamu. Walaupun kita sudah menikah. Aku tetap akan memberikan ijin kepada kamu untuk bekerja. Aku hanya minta sama kamu untuk tidak masuk kerja hari ini. Kita baru menikah tempo hari. Kita seharusnya masih menikmati masa pengantin baru bukan? Kita bisa menggunakan waktu itu untuk pergi bersama apa di rumah saja saling mengenal satu sama lain. Tapi aku tidak merasa masalah jika kamu merasa keberatan dengan semua yang aku minta tadi. Kamu boleh pergi bekerja hari ini. Tapi aku minta ijin untuk mengantarkan kamu ke sekolah. Aku tidak ingin terjadi sesuatu kepada kamu dan calon anak kita jika kamu pergi sendiri ke sekolah nanti. Apa kamu memberikan ijin kepada aku?” seru Derren sembari berusaha memberikan penjelasan kepada istrinya.
Lagi dan lagu Diandra hanya dapat diam seribu bahasa saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang suaminya. Diandra berusaha mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir merah alami milik laki-laki tampan itu.
Diandra benar-benar merasa bingung dengan semua hal ini. Berat bagi Diandra untuk menerima dan menolak apa yang diminta oleh sang suaminya itu. Namun Diandra juga tidak mungkin untuk tidak pergi ke sekolah karena Diandra tidak ingin ijin dengan alasan apa pun itu. Apalagi kepala sekolah di tempat dirinya bekerja baru saja di ganti dengan orang yang lebih disiplin dari kepala sekolah sebelumnya. Diandra tidak ingin dianggap tidak rajin oleh kepala sekolah yang baru itu.
Diandra menatap ke arah suminya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Perasaan bingung semakin menyelimuti di dalam hati Diandra karena suaminya itu masih menatap ke arah dirinya. Apalagi tatapan mata sang suaminya itu penuh permohonan kepada dirinya.
Diandra menghela nafas untuk menenangkan diri sebelum menjawab apa yang diminta oleh dang suaminya itu. Diandra sedang berusaha menyakinkan diri sendiri agar tidak salah langkah sebelum mengambil keputusan pagi hari ini.
"Kamu tidak usah memaksakan diri untuk memenuhi apa yang aku minta. Aku tidak pernah memaksa kamu untuk memenuhi permintaan aku tadi. Kalau kamu tidak bisa menerima semuanya itu juga tidak apa-apa Diandra. Aku merasa tidak masalah. Tapi aku tetap akan mengawasi kamu dari belakang. Aku benar-benar tidak ingin terjadi sesuatu dengan kamu dan calon buah hati kita nanti," ucap Deren dengan nada lembut.
"Pak Derren boleh mengantarkan saya ke sekolah hari ini. Pak Deren juga boleh menjemput Diandra nanti. Diandra tidak merasa terpaksa memberikan ijin kepada Pak Deren untuk mengantar dan menjemput Diandra. Diandra dapat mengerti jika Pak Dereen merasa khawatir dengan calon anak kita. Tapi Diandra berharap Pak Derren tidak merasa terpaksa melakukan semua hal itu kepada Diandra dan calon anak kita.."