Sinar mentari kini menyerbakan sinarnya kesetiap penjuru dunia, semua merasakan kehangatan sinar tersebut walau terkadang banyak yang menghalau karena silaunya. Gadis tersebut terbangun dari tidurnya karena alarm yang sudah tersetel seperti biasa. Alifa beranjak turun dari kasur king sizenya lalu melangkah menuju kamar mandinya.
Waktu semakin berlalu, Alifa telah selesai dengan aktifitas mandinya dan ia tengah mengenakan hoodie oversize berwarna lilac , sebelum melangkah keluar kamar tidak lupa ia mengoleskan lip balm agar bibirnya tidak kering, ia tersenyum tipis ketika pantulan dirinya dicermin terlihat sempurna. Alifa berjalan keluar dari kamarnya lalu menuruni anak tangga dengan raut wajah yang moodnya sepertinya sedang baik-baik saja. "Selamat pagi Bu," ujar Alifa ketika sudah berada diruang makan.
Aning yang sedang memberikan sarapan untuk anak keduanta menoleh lalu menyahut, "Pagi juga Kak." Sambil tersenyum, gadis tersebut lalu mendaratkan dirinya untuk duduk dan tentu menikmati sarapan yang dibuatkan oleh sang Ibu.
"Kenapa Kak? Kayanya hari ini bahagia banget?" tanya Aning penasaran membuat Alifa yang kini perlahan menyuap sarapannya mengerutkan keningnya lalu berkata, "Bahagia? Biasa aja kok Bu."
Agung menyela, "Lagi jatuh hati kali Bu, si Kakak." Alifa yang mendengar perkataan sang adik pertamanya sontak tersedak lalu menatap dengan sorot mata yang tajam. "Dih apaan si lu anak kecil, sok-sok'an ngomongin jatuh hati," cetus Alifa membuat Agung yang mendengar hanya bermenye-menye saja.
Aning menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan 2 anaknya. "Sudah, sudah, selesaikan sarapan kalian," kata Aning membuat kakak beradik tersebut terdiam lalu melanjutkan aktifitas sarapannya.
10 menit berlalu.
"Kak, kamu antar Agung ya," kata Aning membuat Alifa menoleh ke arah sang adik kedua yang kini menaikkan kedua alisnya dengan senyum kemenangan. "Emang kenapa dia enggak naik ojek online aja si, Bu?" tanya Alifa dengan nada malas.
Agung menyahut, "Gue lagi males naik ojek, jadi mending lu anterin gue."
Baru juga Alifa ingin menyahut sang Ibu sudah menyelanya, "Sudah lah Kak kamu antar saja adik kamu, lagi jugakan kamu searah." Alifa menghela nafasnya dengan pasrah membuat adik pertamanya tersenyum penuh kemenangan.
"Yaudah ayuk, kalau bukan karena Ibu yang nyuruh mah ogah banget gue ini," kata Alifa sambil beranjak berdiri membuat sang Ibu menggelengkan kepalanya pelan. Gadis tersebut kini beranjak untuk berpamitam kepada sang Ibu, begitu juga dengan Agung, setelahnya kakak beradik tersebut melangkahkan kaki keluar secara bersamaan.
Aning tersenyum tipis sambil sesekali menggelengkan kepalanya pelan melihat kedua anaknya kini mulai tak terlihat dari pandangannya, wanita tersebut kini beranjak membersihkan bekas sarapan setelah itu kembali menuju kamarnya untuk melihat anak bontotnya sudah terbangun atau belum.
Alifa melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari perkarangan rumahnya. 15 menit kemudian, gadis tersebut menghentikan laju motornya di depan gerbang sekolah sang adik. "Makasih Kak," kata Agung membuat gadis tersebut yang tadinya ingin melajukan motornta jelas mengurungkan niatnya.
Gadis tersebut menoleh ke arah sang adik yang membuat Agung mengernyitkan dahinya. "Kenapa lu?" tanya Agung bingung.
"Lu yang kenapa? Tumben banget tahu terimakasih," kata Alifa.
Agung yang mendengar perkataan sang adik sontak terkejut, baru saja ingib memukul pelan, sang Kakak sudah melajukan motornya menjauh dari hadapannya sambil tertawa pelan. "Siyalan banget! Besok-besok ogah dah gue bilang terima kasih," kata Agung dengan sorot mata kesal.
Alifa kini kembali melajukan motornya dengan kecepatan standar agar tidak telat, mulutnya terus saja bercuap-cuap mengikuti alunan musik yang ia dengar di airpods-nya, tanpa di sadari sosok laki-laki dengan motor sport tersenyum tipis ketika melihat gadis tersebut berdendang walau ia tidak mendengar alunan liriknya. "Kayanya seru banget kalau jalan sama lu nanti," gumamnya.
20 menit kemudian, Alifa telah sampai di gerbang sekolahnya tanpa pikir panjang ia memasuki gerbang tersebut dan memarkirkan motornya. "Tumben banget sepi, apa jangan-jangan libur?" tanya Alifa bingung ketika melihat parkiran tidak sepenuh biasanya.
Alifa turun dari motornya lalu melepas helmnya lalu airpods-nya. "Selamat pagi calon pacar." Gadis tersebut sontak mengerutkan keningnya lalyu menoleh ke arah sumber suara, jelas ia memutar bola matanya jengah dan melangkah meninggalkan laki-laki tersebut.
Eron mengerutkan keningnya ketika gadis tersebut berlalu saja dari hadapannya. "Semalem gimana tidurnya? Nyenyak enggak? Mimpiin aku enggak?" tanya Eron bertubi-tubi namun Alifa tidak memggubrisnya sama sekali, gadis tersebut malah memasangkan kembali airpodsnya agar tak mendengar bising suara Eron.
Para siswa-siswi yang sudah datang dan berada di koridor sekolah jelas melihat kejadian tersebut, kejadian dimana Eron dicueki oleh gadis yang terkenal savage dan jutek tersebut.
"Eron dicuekin gais."
"Ganteng banget si Eron, bikin mood bagus aja ngelihatnya."
"Gemes banget si."
"Kayanya Eron benar-benar suka Alifa deh."
"Yakin? Atau cuman dijadiin kaya cewek-cewek yang biasanya."
Eron terus saja mengoceh hingga laki-laki tersebut mengikuti gadis tersebut masuk ke kelasnya, semua teman sekelas Alifa yang sudah berada di kelas sontak menatap terkejut. Gadis tersebut kini duduk di kursinya, sorot matanya melihat ke arah laki-laki yang tersenyum manis tepat di hadapannya. "Lu ngapaij disini? Ganti kelas?" tanya Alifa menyindir, ia melepas airpodsnya.
"Kalau boleh ganti kelas juga gue maunya ganti kelas," cetus Eron membuat Alifa yang mendengar sontak memutar bola matanya dengan jengah.
Alifa menyela, "Terus lu ngapain disini? Ngerusak mood gue aja, pergi sana!" Seraya mengusir laki-laki tersebut, namun bukannta pergi Eron malah duduk di bangku yang ada di depan meja gadis tersebut.
Gadis tersebut sontak memicingkan matanya dengan tidak suka, Eron kini menompa dagunya menghadap ke arah Alifa dengan sorot mata yang benar-benar tenang. "Pagi ini cerah ya Lif," kata Eron membuat Alifa mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Buta lu?" Dengan sarkas.
"Iya Lif, cinta kan emang membutakan," balas Eron membuat Alifa berdesis. "Cih."
Hani baru saja tiba dan langsung mendengar pergosipan yang ia dengar. "Alifa buat ulah apa lagi ini," kata Hani berbisik, ia langsung buru-buru ke kelas seolah untuk bertanya tentang gosip yang sekilas ia dengar.
"Al–" Perkataannya terhenti ketika ia masuk ke kelas dan melihat sosok Eron yang duduk di hadapan sahabatnya, semua seisi kelas jelas menyoroti mereka bahkan ada juga yang memotret duam-diam. Hani melangkahkan kakinya ke arah tempat duduknya.
Eron menoleh ke arah Hani lalu menyapanya, "Hai Han."
Hani sontak terkejut namun tetap membalas, "Hai." Hani sontak langsung menoleh dengan tatapan bingung, Alifa yang meresepon tatapan tersebut hanya membalas dengan menghendikkan bahunya.
"Lif dia ngapain?" tanya Hani berbisik ketika ingin duduk.
"Gabut," balas Alifa berbisik.
Eron masih terus menatap lekat ke arah gadis tersebut dengan tatapan yang seolah memuji, Alifa jelas risih ia tidak suka di lihatib seperti itu. "Ron, mending lu keluar deh daripada gue bertindak kasar maksa lu keluar," kata Alifa dengan santai namun jelas itu ancaman.
"Masih kangen," balas Eron, dengan entengnya Alifa menyentil dahi laki-laki tersebut dengan keras membuat Eron sontak meringsi keperihan. "Keluar sana lu!" seru Alifa.
Laki-laki tersebut kini beranjak berdiri sambil mengusap dahinya yang kena sentil Alifa. "Yaudah aku keluar, sampai ketemu di kantin," kata Eron yang kini melangkah menjauh dari meja kedua gadis tersebut.
"Dia kenapa Lif? Lu pelet?" tanya Hani bingung.
Alifa menyela, "Kaya enggak ada cowok lain aja buat gue pelet."
Eron menghentikan langkahnya di depan kelas membuat Hani menyenggol Alifa yang jelas membuat gadis tersebut mengerutkan keningnya dengan heran, Hani mengkode melalui matanya dan Alifa mengikuti arah pandang sahabatnya.
"Buat yang ada dikelas ini, jagain calon pacar gue si Alifa, kalau ada lecet sedikit aja gue incar lu semua," kata Eron membuat Alifa yang mendengar sontak terkejut dengan mata mebelalak, laki-laki tersebut memberikan kedipan maut lalu melangkah pergi sebelum mendapat lemparan barang dari Alifa.
"ERON, GILA LU!!!" teriak Alifa dengan lantang membuat Eron yang masih mendengarnya sontak tertawa pelan, Hani mengelus punggung sahabatnya. "Sabar," kata Hani.
Nafas Alifa jelas menderu memburu. "Gila tuh dia! Sintingg!" seru Alifa dengan nada kesal, Hani yang mendengar jelas sesekali tertawa membuat Alifa menoleh lalu bertanya, "Lu kenapa ketawa? Dukung kegilaan dia juga?"
"Enggak Lif, enggak," kata Hani yang kini membungkam mulutnya agar ketawanya tidak lagi terlepas di dengar telinga sahabatnya
Sedangkan di sisi lain, Eron melangkah menuju ruang kelasnya dengan senyum yang tercetak di bibirnya, jelas siapapun yang melihatnya akan dibuat terpana akan ketampansn yang berkali-kali lipat ketika ada senyum di wajahnya. "Halo everybody," kata Eron dengan lantang ketika memasuki kelas, semua sontak terkejut atas perkataan laki-laki tampan tersebut.
Ketiga sahabatnya yang berada di meja belakang mengerutkan keningnya. "Lah ini orangnya, motornya udah dari tadi kok orangnya baru ada," kata Tian.
Aldy menyela, "Paling ngerokok dulu."
"Kalau enggak kolekin adik kelas," cetus Kiky membuat mereka berdua menoleh lalu mengangguk pelan.
Eron kini melangkah ke arah sahabatnya lalu duduk di bangkunya dengan senyuman kebahagiaan. "Lu kenapa? Menang judi?" tanya Aldy penasaran.
"Gue tahu nih kayanya kenapa," cetus Kiky membuat Aldy, Tian menoleh ke arah dirinya dengan raut wajah penasaran.
"Habis ketemu Alifa ya lu?" tanya Kiky membuat Eron menoleh le arah Kiky dengan senyuman manis sambil menaikkan kedua alisnya.
Tian menyela, "Yeuh pantesan baru kelihatan, ternyata nyangsrang di kelas lain dulu toh."
"Ya biasalah modus dikit biar dia luluh," ujar Eron dengan santainya membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain.
Kiky bertanya, "Terus dia udah luluh belum?" Sambil menaikkan kedua alisnya.
Eron menjawab, "Belum." Ketiga sahabatnya yang mendengar terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa terbahak membuat Eron menatap jengah karena tahu ketiga sahabatnya meledeknya.
"Astaga! Gue kira lu udah senyam-senyum, nyapa semua orang dia udah luluh, ternyata hasilnya sama saja," ujar Tian sambil tertawa.
"Belum kan bukan berarti enggak akan, lihat aja gue pasti bisa taklukin dia. Cinta itu butuh proses brodi enggak langsung sat set sat set," jelas Eron dengan yakin
Kiky menepuk bahu sahabatnya sambil manggut-manggut. "Cinta emang butuh proses, tapi kalau dianya enggak mau ngrespon ya sama aja prosesnya gagal," kata Kiky menasehati membuat Erin terdiam sejenak.
"Nah benar tuh kata Kiky," nimbrumg Tian.
Aldy menyela, "Buat apa cinta berproses kalau dia saja menutup hati buat lu." Dengan nada seolah berdrama.
Bell masuk berbunyi membuat para siswa-siswi yang masih berada di luar kelas sontak melangkah dengan cepat untuk masuk ke kelas sebelum kedahuluan guru yang mengajar di jam pertama. Pelajaran berjalan dengan lancar dan semestinya, para siswa-siswi mengikuti dengan serius mata pelajaran yang sedang berlangsung, jam silih berganti kini pelajaran kedua di mulai.
Alifa beranjak berdiri lalu melangkahkan kakinya ke hadapan sang guru. "Ada apa Alifa?" tanya Guru berkacamata tersebut.
"Saya ijin ke toilet Bu," kata Alifa.
Guru tersebut mengangguk lalu menjawab, "Silahkan." Alifa langsung melangkahkan kakinya keluar dari kelas membuat Hani sedikit mengernyitkan dahinya bingung, lalu ia kembali memutuskan untuk fokus mencatat.
Alifa berjalan dengan santai menuju toilet yang sedikit lumayan jauh dari kelasnya. Kini ia memasuki ke salah satu bilik toilet dan menuntaskan apa yang ingin dituntaskan, setelah itu ia keluar dengan hembusan nafas yang lega dan mencuci tangan di wastafel toilet. Baru saja ingin keluar langkah kakinya terhenti karena Genanda dan beberapa teman-temannya menghadang dirinya. "Minggir gue mau keluar," kata Alifa dengan sorot mata datar.
Genanda tersenyum tipis lalu melangkah mendekat ke arah Alifa yang sama sekali tidak mundur satu langkahpun. "Lihat, ada cewek murahaan disini, sok jual mahal padahal lu receh," kata Genanda dengan pedasnya sambil mendorong bahu Alifa dengan telunjuk tangannya.
Alifa yang melihat sontak hanya menatap dengan datar, ia menyibakkan seragamnya yang habis tersentuh oleh jari telunjuk Genanda, dan itu membuat gadis di hadapannya menatap emosi. "Jual mahal? Sorry gue bukan barang, jadi enggak bisa dijual. Tapi kalau lu mau gue hargain, sebut aja berapa harganya," kata Alifa dengan savagenya, Genanda dkk saling menatap satu atas perkataan lawan bicaranya tersebut.
Alifa ingin menerobos mereka semuanya, namun bahunya di tahan oleh Genanda yang membuat Alifa dengan entengnya menghempaskan tangan Genanda dari bahunya. "Gue enggak mau nyari masalah, kalau lu mau bermasalah? Bermasalah saja sendiri jangan bawa-bawa gue," kata Alifa dengan sorot mata yang tajam membuat lawan bicaranya sedikit menciut.
Genanda dengan reflek mendorong Alifa hingga membuat gadis tersebut mundur beberapa langkah, Alifa menunduk membuat Genanda dkk tertawa menang melihatnya. "Lu enggak pantas buat Eron, Eron terlalu sempurna buat cewek murahaan kaya lu!" seru Genanda.
Alifa mendongak dengan sorot mata yang tadinya datar menjadi tajam, ia menyeringai tepat kepada mereka yang melihat Alifa kini benar-benae ngeri. Gadis tersebut melangkah perlahan membuat mereka memundurkan langkahnya. "Diam disitu!" seru Genanda.
Gadis tersebut tetap melanjutkan langkah kakinya sambil berkata, "Minggir sebelum gue bertindak kasar dan enggak terkendali!" Namun mereka tidak membiarkan Alifa pergi begitu saja hingga gadis tersebut menerobos paksa hingga mendorong mereka terbentur dinding toilet dan membuat mereka meringis nyeri. "Sudah gue peringatin, kalau gue diam jangan sekali-kali buat emosi," kata Alifa sebelum meninggalkan toilet tersebut.
Genanda menatap kesal. "Siyal! Kalian kenapa bisa kalah tenaga sama dia si!" seru Genanda menyalahkan teman-temannya, mereka hanya menunduk sambil memegang bahunya.
"Awas aja! Bakal gue buat perhitungan sama tuh cewek!" seru Genanda dengan tangan yang terkepal.
Alifa kini sudah kembali ke kelasnya dan kembali duduk di bangkunya untuk mengikuti pelajaran yang masih berlangsung, Hani menoleh ke arah sahabatnya lalu bertanya, "Lu darimana?*
"Toilet," jawab Alifa membuat Hani ber Oh ria mendengarnya.
"Kok enggak ngajak gue," kata Hani.
Alifa membalas, "Nanti gue nyalin catatan sama siapa? Kalau kita sama-sama ke toilet."
Hsni terdiam sejenak sebelum berkata, "Iya juga si." Alifa tersenyum simpul, mereka berdua kembali melanjutkan aktifitas belajarnya hingga bell istirahat berbunyi.
5 menit berlalu dari bell istirahat yang berbunyi, Alifa beranjak berdiri menunggu Hani yang masih memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya. "Ayuk kita makan, hari ini gue mau makan gado-gado," kata Hani yang merangkul lengan sahabatnya, mereka berdua kini melangkah keluar kelas yang ternyata ramai dengan bisik-bisikan yang dapat terdengar.
"Ada apaan si?" tanya Alifa bingung, Hani hanya menghendikkan bahunya seraya tidak tahu.
Raut wajah Alifa kini terkejut ketika ada Eron dkk yang ada didepan kelasnya. "Halo calon, mau ke kantin? Bareng ya," kata Eron dengan senyuman manis di bibirnya, Alifa yang mendengar sama sekali tidak menggubris perkataan laki-laki tersebur. Gadis tersebut melanjutkan langkahnya berlalu dari hadapan Eron.
"Eh buseh ditinggal kita," kata Tian.
Kiky menepuk bahu Eron sambil bertanya, "Masih mau lanjut Mas Bro?"
Hani mengejar sahabatnya yang sudah duluan. "Alifa! Tungguin apa, kebiasaan banget ninggalin gue," kata Hani dengan nada merajuk.
Alifa menoleh ke arah sahabatnya lalu menjawab, "Lu kelamaan."
Eron tanpa pikir panjang kini melangkah mengikuti langkah kaki Alifa membuat ketiga sahabatnya hanya saling memandang lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Gue rasa bukan sekedar incaran si ini mah," cetus Aldy.
Tian menimbrung, "Gue juga mikir gitu."
"Incaran yang menjadi cinta sejati," ucap Kiky membuat mereka yang mendengar mengangguk seolah setuju, mereka bertiga lalu tertawa kecuali Eron yang kini memutar bola matanya karena digosipin oleh sahabatnya sendiri.
Mereka penghuni sekolah serentak melihat ke arah Alifa dan Hani yang seolah di kawala oleh mostwanted sekolah tersebut, semua berbisik iri kepada kedua gadis tersebut, namun Alifa jelas risih mendapat perhatian dari mereka semua.
Hingga dimana mereka sudah menginjakkan kaki di area kantin dan Alifa mencari tempat duduk. "Disana aja, biar kita dekatan," kata Eron membuat Alifa hanya memutar bola matanya dengan malas.
"Lif lu mau pesan apa?" tanya Hani.
Alifa berkata, "Siomay sama jus stawberry aja." Hani hanya mengangguk lalu melangkahkan kakinya untuk memesan makanan.
Alifa duduk di bangku dan meja yang kosong tapi bukan tempat yang di tunjuk oleh laki-laki tersebut, gadis tersebut tersenyum simpul karena bangku kanan kirinya jelas terisi oleh para siswa yang sedang makan. "Enggak ada bangku kosong lagi disini, jadi lu bisa pergi," kata Alifa dengan santainya.
Eron menoleh ke arah kanan kiri yang terisi penuh oleh para siswa yang sedang makan. "Siapa bilang?" tanya Eron membuat Alifa jelas mengerutkan keningnya bingung, laki-laki tersebut melangkah ke arah segerombolan siswa yang sedang mengobrol santai di meja sebelah Alifa.
Laki-laki tersebut hanya dengan mengkode melalui matanya membuat segerombolan siswa tersebut beranjak pergi, jelas Alifa menatap melongo padahal ia tahu kalau siswa tersebut sepantaran dengan Eron dan dirinya. "Eron!" seru Alifa.
"Apa sayang?" tanya Eron dengan lembut membuat ketiga sahabatnya yang beranjak duduk sontak berlaga muntah mendengarnya.
Alifa mengerutkan keninganya membuat Eron berkata, "Jangan hiraukan mereka, mereka lagi gejala hamil makanya mual-mual."
Ketiga sahabatnya sontak dengan kompak menoleh ke arah Eron lalu menatap dengan raut wajah tidak percayanya. "Siyalan lu!" seru Tian.
Kiky menyela, "Ya Allah kalau ngomong sekate-kate aja lu Ron."
"Lucknut lu!" seru Aldy.
Gadis tersebut kini kembali fokus kepada laki-laki yang kini tertawa pelan karena mendengsr celotehan sahabatnya. "Oh iya kenapa manggil? Kangen? Mau duduk dekatan?" tanya Eron dengan pedenya.
"Lu kenapa ngusir mereka? Enggak sopan banget," cetus Alifa dengan sedikit kesal.
Eron tersenyum tipis lalu menjawab, "Loh emang tadi gue ngomong apa ke mereka? Gue enggak ngusir kok." Alifa dibuat terdiam atas perkataan laki-laki tersebut, Eron jelas tersenyum tipis melihat gadis tersebut membungkamkan mulutnya.
"Iya lu enggal ngomong apa-apa! Cuman tatapan lu yang ngomong dan ngusir mereka," jelas Alifa membuat Eron tersenyum tipis. "Gemes banget jadi mau nikahin kamu," kata Eron.
Alifa menyela, "Najisun!" Laki-laki tersebut sontak tertawa pelan membuat ketiga sahabat Eron sontak menoleh dengan kagum karena penolakan yang nyelekit dihati untuk sahabat mereka.
"Ini kita diam saja, pesan kek apa gitu," kata Aldy.
Tian menyela, "Yaudah kita pesan ayok." Aldy mengangguk pelab lalu beranjak berdiri.
"Gue kebab aja, sama es teh manis," ujar Kiky.
Aldy bertanya, "Lu mau apa bambank?"
Eron berkata, "Apa aja gue mah." Tian dan Aldy lalu melangkah menjauh dari tempat duduk mereka untuk memesan makanan. Eron masih terus memperhatikan Alifa dengan tatapan kekat membuat Kiky berkata, "Yailah enggak bakal hilang, dilihatin terus."
"Alifa, nonton yuk minggu," kata Eron namun gadis tersebut tidak menggubrisnya malah semakin asik menscroll sosial medianya.
"Alifa."
"Alifa."
"Alifa main yuk."
Gadis tersebut menoleh dengan sorot mata yang datar membuat Eron mengembangkan senyum tipisnya lalu terkekeh sejenak sebelum berkata, "Emang tuh handphone lebih penting dari aku ya."
"Jijik tau enggak!" seru Alifa lalu memgalihkan pandangannya kembali ke handphonenya.
Hani telah datang dengan membawakan nampan berisi makanan serta minuman mereka berdua. Tanpa pikir panjang, mereka berdua menikmati pesanan mereka masing-masing. "Gemes banget si kalau lagi makan," kata Eron membuat Alifa menghentikan sejenak aktiftas makannya.
"Lu bisa diam enggak?!" seru Alifa sedikit membentak, sontak mereka yang mendengar terkejut atas bentakan gadis tersebut.
Hani berkata, "Lif." Seolah menenangkan agar tidak tersulut emosi.
"Jangan sampai nih garpu ada dibadan lu ya!" seru Alifa dengan sorot mata serius, Eron yang mendengar ancaman tersebut jelas tersenyum manis. "Ron, udah jangan di ganggu," kata Kiky membisik.
Hani berkata, "Udah Lif, lanjutin makan lu." Alifa mendengarkan perkataan sahabatnya dsn melanjutkan makannya walau dengan hati yang dipenuhi rasa kesal.
"Lu si, suka banget gangguin anak orang kena ancam kan tuh," kata Kiky.
"Justru itu tantangannya," kata Eron membuat sahabatnya tidak habis pikir.
Keadaan kantin makin penuh dengan para siswa siswi yang ingin mengenyangkan perut yang keroncongan, canda tawa serta obrolan yang tidak penting terdengar oleh satu sama lain. Hingga bell masuk kini berbunyi membuat mereka perlahan beranjak meninggalkan kantin, dan yang berada di lapangan sekolah melangkah untuk memasuki kelas.
Alifa dan Hani beranjak melangkah ke kelas dengan Eron dkk yang masih mengikutinya, gadis tersebut benar-benar tidak ingin mencari keributan, terserah pikiran laki-laki tersebut saja. "Lif, Eron masih ngikutin," kata Hani berbisik ketika menoleh sekilas ke belakang.
"Biarin, enggak jelas, makin dilarang makin dilakuin, jadi cara terbaik ya cuman diam," jelas Alifa dengan jengah.
Alifa kini melangkahkan kakinya ke dalam kelas, dan baru saja ingin Eron mengantarkan hingga ke tempat duduk, guru yang mengajar di kelas Alifa datang dengan kerutan di dahinya lalu bertanya, "Kalian ngapain di kelas ini?" Ketiga laki-laki tersebut jelas terdiam saling memandang.
Eron yang berada tempat didepan pintu menghalangi siapapun masuk Kiky memegang bahu Eron namun ditepisnya. "Entar dulu apa, gurunya juga belum datang," kata Eron dengan santainya.
Guru dengan kumis yang bertengger tersebut menatap punggung siswa yang menghalangnya masuk, ia memegang bahunya namun ditepisnya membuat ketiga temannya menepuk jidatnya lalu memberi kode.
"Ssst, Ron."
"Ron."
"Eron, ssst."
Eron kini berbalik badan ke arah sahabatnta sambil bertanya, "Kenapa si lu pada?" Ketiga sahabatnya mengkode melalui matanya seolah menyuruh Eron melihat ke arah belakang, Eron jelas mengerutkan keningnya lalu perlahan melihat ke arah belakang dan matanya jelas terkejut.
"Eh Pak Ben," kata Eron sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.
Pak Ben melihat dari atas hingga bawah sambil sesekali menggelengkan kepalanya. "Ngapain kamu disini? Mau malak kelas ini?" tanya Pak Ben.
"Ish Pak Ben mah su'udzon mulu nih, saya cuman nganterin calon pacar dengan selamat kok Pak," jawab Eron dengan pedenya membuat Pak Ben yang mendengarkan sontak mengerutkan keningnya.
Pak Ben bertanya, "Calon pacar?" Eron mengangguk antusias dengan senyuman di bibirnya.
"Baru calon kan bukan pacar? Belum tentu dia nerima kamu, akan saya nasehati kelas ini agar tidak menerima kamu," kata Pak Ben yang membuat Eron kini memegang dadanya seraya merasakan sesak atas perkataan sang guru.
Pak Ben kini menatap dengan sorot mata yang lurus lau berkata, "Sudah sana kalian ke kelas! Jangan sampai saya beruba pikiran dan menghukum kalian." Eron dkk sontak langsung berpamitan kepada guru tersebut dan berlari menjauh dari kelas Alifa.
Pak Ben masuk dengan wajah garangnya walau sebenarnya guru tersebut sering kali bercanda. "Siapa disini yang calon pacar Eron?" tanya Pak Ben membuat mereka sontak menoleh ke arah Alifa, gadis tersebut sontak terkejut melihatnya.
"Kamu Hani?" tanya Pak Ben ketika mengikuti arah pandang siswa dikelas tersebut, Hani langsung reflek menggelengkan kepalanya membuat guru tersebut mengerutkan keningnya lalu menatap ke arah Alifa.
"Kamu calon pacar Eron, Alifa?" tanya Pak Ben.
Alifa menjawab, "Bukan Pak."
Guru tersebut sontak mengerutkan keningnya. "Kalau bukan Hani, bukan Alifa terus siapa? Ah sudahlah, saya ingatkan jangan mau sama dia, nanti dikasih makan angin doang," kata Pak Ben yang membuat kelas tersebut ramai karena candanya guru tersebut.
Pelajaran dimulai membuat mereka fokus memperhatikan sang guru yang sedang mengajar didepan kelas, hingga jam pelajaran silih berganti. Bell pulang berbunyi membuat sang guru mengucapkan, "Sampai disini saja pertemuan kita, jangan lupa kerjaan PR yang bapak berikan." Guru tersebut menutup buku lalu melangkah meninggalkan kelas tersebut.
Para siswa-siswi merapihkan semua peralatan sekolahnya yang berserakan di atas meja masing-masing, sedangkan Alifa memakai hoodie oversizenya setelah merapihkan peralatannya. "Alifa, hoodie lu lagi gue cuci," kata Hani ketika baru ingat bahwa hoodie sahabatnya ada bersamanya.
Alifa yang mendengar tersenyum tipis lalu berkata, "Yailah santai aja, lagi ngapain segala di cuci si. Lebay banget lu."
"Ya enggak papa, biar bersih dong," kata Hani.
Mereka berdua kini beranjak keluar dari ruang kelasnya lalu melangkah menyusuri koridor untuk menuju parkiran. "Jodoh," kata Eron ketika ia melihat Alifa.
"Ya Allah nih cowok mau apalagi si!" seru Alifa membuat Hani tersenyum tipis lalu berkata, "Kayanya dia tergila-gila tuh sama lu, seharian nempel terus."
Alifa memutar bola matanya dengan jengah. "Kalau gitu gue duluan ya Lif, enggak mau ganggu kalian," kata Hani yang membuat Alifa melotot tidak percaya atas perkataan sahabatnya.
"Hani!" Sahabatnya tersebut melambaikan tangannya lalu melajukan motornya menjauh dari sahabatnya. Alifa menghela nafasnya lalu melangkah ke arah motornya yang sudah ada keempat cowok tersebut.
Alifa tidak menggubris keberadaan mereka terutama Eron, ia menaiki motornya setelah memasang airpods disatu telinganya saja dan memakai helm, ia melajukan motornya menjauh dari keempat cowok tersebut. "Gue kawal dia dulu," kata Eron lalu melangkah untuk menaiki motornya lalu melaju menyusul Alifa, namun tanpa disangka-sangka ketiga sahabatnya mengikuti Eron.
Eron menoleh ke kanan kiri lalu membuka kaca helm fullfacenya. "Lu bertiga ngapain ngikutin? Duluan aja ketongkrongan, nanti gue nyusul kok," kata Eron sedikit keras karena takut berbalapan dengan angin yang berhembus.
"Enggak papa, kita kawal tuan putri lu," ujar Aldy sambil menaikkan kedua alisnya membuat Eron hanya tersenyum singkat lalu kembali menutup kaca helm fullface-nya, ia memberi kode untuk berada di samping motor Alifa yang di angguki oleh kepada ketiga sahabatnya.