Keempat motor sport mengikuti laju motor metic hingga memasuki perumahaan, Alifa yang tersadar dirinya diikuti sontak menghentikan laju motornya sebelum memasuki perkarangan rumahnya yang membuat keempat motor tersebut reflek juga menghentikan laju motornya. "Sudah sampai emang?" tanya Aldy ketika membuka kaca helm fullfacae-nya.
Eron membuka kaca helm fullfacenya lalu menatap lurus membuat ketiga sahabatnta mengerutkan keningnya lalu mengikuti arah pandangan sahabatnya. "Lu berempat dari tadi ngikutin gue?" tanya Alifa dengan sorot mata yang tajam.
"Kita bertiga mah ngikutin Eron," balas Tian, membuat Aldy dan Kiky manggut-manggut seolah setuju atas perkataan sahabatnya.
Alifa kini menatap lurus ke arah Eron yang membuka helm fullface-nya, laki-laki tersebut menampilkan senyum manis dibibirnya. "Gue mau ngejagain lu, takutnya bocah kunyukk datang lagi," kata Eron membuat ketiga sahabatnya sontak mengerutkam keningnya saling memandang.
"Bocah kunyukk?" tanya Aldy dengan nada penasarannya.
"Yasudah sekarang pulang saja, lagi pula gue enggak perlu dijagain, gue enggak mau balas budi sama lu," kata Alifa dengan judes.
"Enggak disuruh mampir nih gue?" tanya Eron membuat Alifa menatap sarkas ke arah laki-laki tersebut.
Alifa menyela, "Ngarep banget lu." Gadis tersebut kini membalikkan badannya lalu melangkah menjauh dari keempat laki-laki tersebut.
"Ya Allah tuh cewek," ujar Tian dengan nada sedikit kesal.
Alifa kini kembali menaiki motornya untuk melajukan ke dalam perkarangan rumahnya membuat Eron yang melihat hanya mengulumkan senyum tipisnya, laki-laki tersebut kembali memakai helm fullface-nya lalu berkata, "Cabut." Eron melajukan motornta terlebih dahulu dan ketika berada didepan rumah Alifa ia melambaikan tangan yang dilihat oleh gadis tersebut.
"Enggak jelas dasar!" seru Alifa dengan sorot mata yang jengah.
Ketiga sahabat Eron pun kini melakukan motornya menyusul sahabatnya yang sudah lebih dahulu melaju, mereka bertiga dengan kompak membunyikan klakson sebagai tanda berpamitan membuat Alifa sedikit terkejut. "Enggak tuh cowok, enggak temannya sama-sama gesrek kayanya," cetus Alifa sambil melangkahkan masuk ke rumahnya.
"Ngeselin banget dah tuh cowok! Asli! Kenaap harus ganggu kehidupan gue si!" kata Alifa dengan nada kesal, Aning yang sedang menonton televisi sontak mengerutkan keningnya menoleh ke arah sumber suara.
Aning berkata, "Kamu kenapa si Kak? Datang-datang kok ngomel, enggak ngucapin salam pula."
Alifa menatap cemberut ke arah sang Ibu sebelum mengucapkan, "Assalamualaikum." Gadis tersebut lantas menghampiri sang Ibu lalu mencium punggung tangan sang Ibu yang membalas, "Waalaikumsalam."
"Kamu kenapa? Kok wajahnya gitu? Kaya habis ketemu maling aja," kata Aning membuat Alifa menghela nafasnya gusar sebelum menjawab, "Bukan maling Bu, tapi orang ngeselin sejagad raya."
Aning mengernyitkan dahinya menatap raut wajah sang anak yang kesal. "Ah, yang kemarin nganterin kamu pulang ya?" tanya Aning membuat Alifa menoleh ke arah sang Ibu dengan heran.
"Nganterin pulang? Kemarin?" tanya Alifa membuat sang Ibu mengangguk pelan sambil berkata, "Itu loh Kak yang ibu nanya kenapa enggak di ajak mampir." Alifa terdiam sejenak lalu setelahnya ia mengerti siapa yang dimaksud sang ibu.
"Ya itu orang yang sama, dan dia bawa teman-temannta tadi buat nganterin Kakak sampai pulang," jelas Alifa membuat Aninf menoleh ke arag belakang sang anak sambil bertanya, "Terus mereka dimana? Kamu enggak suruh masuk?"
Alifa menjawab, "Sudah pulang, ngapain Kakak ajak masuk." Dengan raut wajah bingung.
"Loh mereka kan sudah nganterin kamu," balas Aning membuat Alifa memuta bola matanya dengan jengah, ia lalu menghembuskan nafasnya dengan perlahan sebelum berkata, "Kakak enggak minta buat di anterin Bu, jadi Kakak enggak harus nyuruh mereka mampir." Aning yang mendengar perkataan sang anak jelas hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Alifa berkata, "Kakak mau ke atas dulu."
"Yasudah sana bersih-bersih kamu," ujar Aning yang membuat gadis tersebut tersenyum tipis lalu mengangguk, setelahnya ia melangkahkan kakinya menaiki anak tangga dengan perlahan untuk menuju kamarnya yang bernuansa putih dan ada sentuhan sedikit biru langit.
Alifa membuka pintu kamarnya lalu menghirup udara yang ia rindukan untuk merebahkan tubuhnya, gadis tersebut lantas melempar tasnya ke kasur king sizenya sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia tersenyum tipis ketika mendapat ketenangan ketika merebahkan tubuhnya, Alifa kini juga memainkan handphonenya melihat sosial media yang tidak pernah sepi akan pergosipan.
"Lah? Ngapain nih orang follow gue?" tanya Alifa sambil memposisikan dirinya bangun dari rebahan.
Gadis tersebut menatap unsername sosial media laki-laki yang barusan saja mengawalnya untuk melindunginya, namun ia tidak menerima pertemanannya hingga membuat laki-laki tersebut tidak bisa mihat postingan kegiatan sosial media Alifa.
Sedangkan di sisi lain, Eron kini menghentikan laju motornya di sebuah warung yang sudah menjadi tempat nongkrong mereka. Laki-laki tersebut ketua dari The Moon, geng motor yang terkenal disudut penjuru jakarta, anggotanya mencapai puluhan dan Eron adalah generasi pertama dan otomatis ia juga yang mendirikan geng tersebut. "Ron, maksud perkataan lu tadi apa ya?" tanya Tian.
Eron yang baru saja duduk sontak melihat ke arah sahabatnya lalu bertanya, "Yang mana?"
"Soal kemarin dan bocah kunyukk," kata Tian membuat Eron tersenyum miring membuat ketiga sahabatnya hanya saling memandang seolah menunggu jawaban laki-laki dihadapan mereka.
"Kemarin Alifa dicegat sama Viksal," kata Eron membuat ketiga orang tersebut sontak terkejut atas perkataan sahabatnya tersebut.
Aldy menyela, "Viksal? Kok bisa?!" Eron menghendikkan bahunya lalu menjawab, "Mana gue tahu, kaya enggak tahu dia aja lu pada."
"Terus lu ribut?" tanya Kiky membuat Eron hanya manggut-manggut pelan.
"Menang dong?" tanya Tian sambil menaikkan kedua alisnya, Eron yang mendengar pertanyaan sahabatnya hanya terkekeh kecil saja. "Ya pasti menang dong, buktinya cuman ada luka lebam disudut bibir Eron," jelas Kiky membuat Aldy dan Tian memperhatikan luka yang tidak mereka sadari.
"Anj, gue enggak tahu ada luka," kata Aldy.
Tian mencetus, "Kok bisa-bisanya gue enggak sadar."
"Ya gimana mau sadar, orang luka udah jadi makan kesehari-harian dia," cerus Kiky sambil tertawa membuat Eron yang mendengarnta jelas ikut tertawa.
"Terus gimana? Lu masih mau tanding?" tanya Aldy.
Eron tersenyum tipis lalu menjawab, "Ya jadilah, kalau gue batalin dia yang kesenangan nanti."
"Tapi kali ini kayanya bakal lebih bahaya deh Ron," balas Tian.
"Bu, pesan es rasa apel dong," ucap Eron sedikit berteriak.
Aldy bertanya, "Maksut lu lebih bahaya gimana Ian?"
"Ya feeling gue, Eron bakal di incar habis-habisan sama Viksal di area balap nanti karena kekalahan ribut fisik," ujar Tian membuat Aldy yang mendengarkan hanya manggut-manggut sambil ber Oh ria saja.
"Lu mau anggota kawal juga enggak?" tanya Kiky
Laki-laki tersebut kini menyeruput minuman yang telah sudah ada di hadapannya, dahaganya jelas terbayarkan dengan kesegarab minuman yang ia pesan. "Enggak usah, jangan libatin yang lain," kata Eron sambil bersandar di sandaran bangku empuk yang ia duduki
Ketiga sahabatnya serempak menatap Eron sebelum akhirnta mereka saling menatap satu sama lain karena lontaran kata dari Eron. "Lu serius? Gue yakin dia ngjebak lu nantinya," cetus Aldy.
Eron menatap ke arah ketiga sahabatnya secara bergantian lalu menjawab, "Lu meragukan perkataan gue?" Dengan nada datarnya.
"Bulan gitu, tap–"
"Percaya saja sama gue, kalaupun emang ia bahaya, gue enggak mau libatin yang lain," kata Eron dengan tegas.
Ketiga sahabatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan perkataan sahabatnya tersebut, mereka paham betul kalau Eron sosok yang keras kepala dan tidak suka dibantah, namun mereka bertiga adalah orang yang ngeyel dan suka membantah apa yang diucapkan Eron.
Eron beranjak berdiri membuat ketiga sahabatnya menatapnya. "Lu mau kemana?" tanya Kiky.
"Mau ke toilet, mau ikut?" tanya Eron sambil menaikkan kedua alisnya membuat ketiga sahabatnta sontak bergidik ngeri. "Siyalan! Sudah sana lu ah," cetus Kiky membuat Eron melanjutkan langkah kakinya sambil terkekeh pelan.
Tian berkata, "Kita harus tetap nyebar anggota."
"Gue setuju," balas Aldy.
Kiky menyela, "Tapi jangan sampai ketauan sama Eron, lu tahu kita bertentangan soal ini." Kedua orang tersebut mengangguk pelan seoalh mengerti.
"Gue kabarin lewat pesan broadcast nanti," ujar Aldy membuat Kiky mengangguk begitu juga dengan Tian, tak selang berapa lama Eron datang sambil memicingkan matanya ketika ketiga sahabatnya sedang berbincang serius.
Eron tersenyum tipis lalu bertanya, "Ngobrolin apa si lu pada? Serius banget." Ketiga orang tersebut seolah langsung membeku mendengar pertanyaan dari sahabatnya tersebut.
Laki-laki tersebut mengerutkan keningnya ketika tidak ada yang jawab pertanyaannya, ia duduk dengan tatapan heran ke ketiga sahabatnya tersebut. "Yeuh malah bengong, lagi mikirin utang lu pada," cetus Eron.
"Anjirt masih muda gue masa iya mikirin utang," balas Aldy seraya menimpali.
Tian menyela, "Lah lu kemarin bukannya utang gorengan Al." Sambil tertawa membuat Aldy menoleh lalu memukul pelan Tian, sontak Eron dan Kiky tertawa melihatnya.
"Jangan bongkar aib dong lu!" seru Aldy yang semakin membuat mereka bertiga tertawa mendengarnya.
Tak terasa waktu semakin berlalu, langit yang tadinya menyilaukan kini mulai teduh bahkan senja sudah mulai terlihat. Mereka yang berada disana satu persati berpamitan pulang begitu juga dengan keempat laki-laki tersebut yang kini melajukan motor keluar dari perkarangan warung tersebut dengan bersamaan.
Kini sore hari sudah berganti dengan langit yang gelap menandakan malam hari, Alifa berad di kamarnya setelah mengambil delivery makanan yang ia pesa melalui aplikasi, ia ingin berada dikamar dengan laptop yang menampilkan drama yang sedang seru. Sedangkan di sisi lain laki-laki sedang merebahkan tubuhnya menatap layar handphonenya, tiada hentinya mengecek sosial medianya. "Sombong amat si enggak di acc follow'an gue," gumam Eron.
"Gue telepon dah biar dia acc." Ia langsung keluar dari sosial medianya, dan bergegas ke tombol telepon namun ia menghentikan jari jemarinya lalu bergumam, "Kan gue enggak punya contacnya."
"ARGHHH!!! Ngeselin banget Alifa!" seru Eron sambil sesekali mengacak-ngacak rambutnya dengan sedikit frustasi, dan tanpa sadar pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok adiknya.
Akila berkata, "Lu kenapa Bang? Stres? Ngehalu enggak dapet?" Eron yang mendengar pertanyaan tersebut sontak terdiam lalu menoleh ke arah sang adik yang kini melangkah masuk ke kamarnya.
"Ngetuk dulu orang mah," balas Eron.
"Lunya aja enggak denger, gue udah ngetuk berapa kali juga," kata Akila yang kini duduk dipinggir kasur king size milik abangnya.
Eron menoleh ke arah sang adiknya lalu bertanya, "Terus lu mau apa?"
"Bang, nonton ke mall yuk," kata Akila dengan santainya.
"Mau ngapain? Kalau lihat-lihat doang gue enggak mau," kata Eron.
"Nonton Bang, ada film yang seru," ujar Akila yang membuat Eron melihat ke arah jam dindingnya.
"Sekarang banget?" tanya Eron.
Gadis cantik tersebut yang berstatus siswi sekolah menegah pertama kelas 3 mengangguk lalu berkata, "Mumpung masih jam 7 Bang, ayuk gece."
"Yasudah lu sana rapih-rapih," balas Eron membuat Akila menoleh ke arah sang abangnya dengan raut wajah bahagia.
"Sudahlah gue gini aja, ayuk," kata Akila sambil beranjak berdiri, Eron lantas berdiri juga lalu memperhatikan dari atas hingga bawa. "Apa-apaan lu ke mall pakai celana pendek, ganti-ganti," kata Eron dengan tegas.
Akila mengerucutkan bibirnya lalu berkata, "Yailah Bang, kan kita cuman nonton doang."
"Ganti atau enggak usah pergi!" seru Eron sambil menunjuk arah pintu kamarnya, Akila menghela nafasnya pasrah lalu menghentakkan kakinya sambil berkata, "Iya iya gue ganti!" Gadis mungil tersebut melangkahkan kakinya keluar dengan rasa kesal namun jika tidak dituruti ia yang akan ngedumel seharian.
Eron menggelengkan kepalanya pelan melihat kekesalan sang adik, namun ia bilang demi kebaikan adiknya. Ia melangkah mengambil hoodie berwarna hitamnya, setelah itu ia mengambil handphone yang bergeletak begitu saja di kasur king sizenya. "Pasti dia enggak minta nonton doang," kata Eron.
Laki-laki tersebut melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya, dan tepat sekali Akila juga keluar dari kamarnya. "Nah gitu dong," kata Eron ketika melihat sang adik yang sudah berubah menggunakan celana levis panjang, Akila yang mendengar hanya menatap cemberut saja sang abang.
"Udah ayuk," kata Akila membuat Eron gemas mengacak-ngacak pelan rambut sang adik. "Ish abang!" seru Akila, sedangkan Eron hanya tertawa pelan laly merangkul sang adik yang sudah besar tersebut.
Wanita paruh baya yang berada di ruang keluarga sontak menoleh ke arah belakang ketika mendengar suara derap langkah menuruni anak tangga. "Kalian mau kemana?" tanya Jiya ketika melihat jelas kedua anaknya.
"Eh Mamih, ini Mih Kila ngajakin nonton," kata Eron membuat Jiya menatap ke anak gadisnya. "Boleh ya Mih?" tanya Akila dengan raut wajah yang memohon.
Jiya tersenyum tipis lalu berkata, "Yasudah, kalian hati-hati ya."
"Oke doki Mamih," kata Akila dengan raut wajah bahagianya membuat Eron yanf melihat hanya menggelengkan kepalanya pelan. Setelah berpamitan, abang adik tersebut melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya.
Eron memutuskan untuk memakai mobil. "Kenaap enggak pakai motor Bang?" tanya Akila bingung ketika melihat sang abang menekan tombol kunci mobil agar terbuka.
"Males," kata Eron dengan santainya, Akila hanya menghendikkan bahunya lalu melangkah untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Eron memastikan sang adik sudah menggunakan seatbelt-nya, ia lantas melajukan mobilnya dengan kecepatan standar menjauh dari perkarangan rumahnya.
Mall yang mereka tuju cukup dekat dari rumahnya, jadi tidak terlalu lama untuk sampai ke mall. Eron memarkirkan mobilnya tepat di parkiran yang langsung menuju ke lantai 2, mereka berdua turun dari mobil dan melangkah masuk ke Mall yang ramai akan pengunjung. "Emang mau nonton film apa si De?" tanya Eron yang kini merangkul sang adik.
Mereka terlihat seperti orang pacaran karena Akila tingginya pun sudah sedada Eron sang abang. "Hmm... Horor kali," kata Akila membuat Eron mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Emang lu berani? Nanti bukannya nonton malah ngumpet mulu lagi."
Akila yang mendengar sang abang meledek sontak mencubit pinggang Eron membuat laki-laki tersebut meringis namun setelahnya tertawa begitu juga dengan Akila, siapapun yang melihatnya itu adalah suatu yang sweet terjadi pada pasangan. "Enak aja ya lu Bang, gue berani keleus," ucap Akila dengan yakin.
Mereka sudah di lantai paling atas yang biasa tempat bioskop berada. Eron melangkah untuk membeli tiket tentunya berasama Akila di sampingnya. "Tuh pilih, mau nonton apa," kata Eron yang tangannya kembali berada di bahu gadis tersebut, bahkan penjaga tiket bioskop tersebut memperhatikan mereka berdua.
"Kak, saya mau nonton ini," kata Akila menunjuk salah satu film yang 10 menit lagi akan diputar, setelah itu ia memilih bangku yang akan mereka duduki dan Akila memilih barisan C tempat yang pas menurutnya.
Penjaga tiket tersebut memberikan tiket bioskopnya kepada Akila setelah Eron membayar menggunakan kartu debit. "Mau beli cemilannya sekalian?" tanya Eron dengan lembut membuat Akila tersenyum lalu mengangguk pelan.
Mereka berdua melangkah ke stand yang menjual berbagai cemilan yang biasa dijual di bioskop, Akila memesan satu popcron caramel yang ukuran besar dan 2 minuman yang ukuran sedang, setelah mendapatkannya mereka melangkah menuju lorong untuk mencari studio yang mereka tempati.
***
Sinar mentari menyerbak kepenjuru duni membuat siapapun merasakan hangatnya sinar tersebut walau terkadang ada yanf menghalau akan silaunya. Alifa baru saja kelar menyelesaikan mandinya, setelah itu ia memakai seragam dan tidak lupa ia memakai hoodie oversize yang sudah menjadi ciri khasnya, ia mengoleskan lip balm sebelum melangkah keluar kamarnya. "Oke, perfect!" seru Alifa dengan senyuman di bibirnya.
Gadis tersebut melangkah keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga menuju ruang makan yang hanya ada sang Ibu saja. "Pagi Bu, Agung mana? Sudah berangkat?" tanya Alifa lalu menarik kursi untuk mendaratkan tubuhnya duduk berhadapan dengan sang Ibu.
"Adik kamu sudah berangkat Kak, katanya mau ada rapat osis," kata Aning membuat Alifa mengerutkan keningnya sambil terkekeh. "Tumben banget tuh orang mau ikut rapat," kata Alifa membuat sang Ibu hanya menatapnya dengan senyum tipisnya.
Alifa hanya mengambil 2 lembar roti tanpa pinggiran, ia lalu mengoleskan selai cokelat yang membuat Aning bertanya, "Kamu enggak sarapan nais goreng Kak?"
"Enggak Bu," jawab Alifa membuat Aning hanya manggut-manggut saja lalu melanjutkan sarapannya.
Alifa terdiam sejenak melihat nasi goreng yang sepertinya menggugah selera. "Bu, aku bawa nasi gorengnya ke sekolah saja deh, boleh enggak?" tanya Alifa dengan senyuman .
"Ya boleh dong sayang, sebentar ya Ibu siapin dulu," kata Aning sambil beranjak berdiri lalu melangkah ke arah dapur mengambil kotak makanan.
Alifa mengerutkan keningnya ketika sang ibu membawa 2 kotak makanan. "Kok 2 bu?" tanya Alifa dengan bingung.
Wanita paruh baya tersebut mengulumkan senyum tipisnya laly berkata, "Buat Hani, masa iya kamu makan Hani enggak." Alifa yang mendengar jelas terkekeh kecil lalu mengangguk pelan.
Alifa kini beranjak keluar rumah setelah berpamitan dengan sang Ibu, ia meneteng totebag yang berisi 2 kotak makanan. Alifa menaiki motornya lalu menyantolkan totebagnya dengan aman, ia juga menggunakan airpods di satu telinga saja, dan setelahnya ia melajukan mobilnya setelah menggunakan helmnya.
Suara deru motor sprot terdengar di telinga Alifa hingga laju motor tersebut tepat berada di samping motor gadis tersebut, Alifa jelas menoleh dan mendadak menghentikan laju motornya ketika mengetahuo siapa pemilik motor tersebut. "Kenapa Lif? Ada apa?" tanya Eron dengan raut wajah khawatir dibalik helm fullface-nya.
"Lu ngapain di daerah rumah gue?" tanya Alifa to the point.
Eron menjawab, "Nungguin lu, biar kita berangkat bareng."
"Lu kurang kerjaan banget ya Ron," kata Alifa membuat laki-laki tersebut mengangguk pelan dengan senyuman tipis dibalik helm fullface-nya.
Alifa memutar bola matanya dengan jengah lalu mengatur nafasnya perlahan agar tidak emosi di pagi hari, gadis tersebur kini memutuskan untul melanjutkan laju motornya dan tidak memperdulikan laki-laki yang masih mengikutinya. 20 menit kemudian, Alifa telah memasuki area gerbang sekolahnya yang tentu Eron juga.
Para penghuni sekolah yang datang lebih dulu membelakkan matanya ketika melihat kedua insan tersebut datang bareng walau tidak satu motor, pasalnya Eron tidak biasanya datang lebih awal biasanya 5 menit sebelum masuk ia baru tiba. Gadis tersebut memarkirkan motornya dan Eron mengikutinya, Alifa sempat menoleh ke arah laki-laki tersebut dengan sorot mata yang malas.
"Lif, tungguin dong masa ditinggal si," kata Eron ketika melihat gadis tersebut berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Alifa masih saja melangkahkan kakinya tanpa memperdulilan Eron yang terus menatapnya dari samping. "Lif, kenapa si makin hari makin cantik aja, gue jadi enggak bisa berpaling dari lu kan," kata Eron.
"Terus salah gue gitu?" tanya Alifa dengan judes.
Eron menjawab, "Ya enggak dong, lu mah enggak salah. Gue yang salah."
"Sadar diri," balas Alifa dengan sarkasnya.
"Salah gue, telat suka sama lu," ujar Eron membuat Alifa yang mendengar sontak menghentikan langkahnya, laki-laki tersebut sontak menaikkan kedua alisnya dengan senyum mengembang dari bibirnya.
Alifa menatap tajam laly mendekat ke arah Eron yang membuat laki-laki tersebut semakin mengembangkan senyumnya, dan seketika kaki Eron di injak oleh Alifa yang membuat laki-laki tersebut meringis. "Awksh!" Gadis tersebut melanjutkan langkah kakinya menuju kelasnya.
Eron berlari pincang karena injakan Alifa benar-benar terasa, semua siswa-siswi yang berada di lorong koridor jelas melihat kejadian tersebut. "Alifa, tungguin!" seru Eron dengan lantang.
"Baru kali ini Eron ngejar-ngejar cewek."
"Alifa mahal banget kayanya sampai segitunya."
"Eron kayanya takluk sama Alifa doang nih."
"Baru tuh cewek doang yang buat Eron enggak balas setiap perlakuannya, bahkan di tolak nerulang kali Eron masih ngejar."
"Beruntung banget jadi Alifa."
Bisikan-bisikan jelas terlontar dari mulut mereka yang melihat kejadian tersebut, pasalnya dalam sejarah baru kali itu mereka melihat Eron tidak mampu menaklukkan seorang gadis.
Alifa mendaratkan tubuhnya duduk di bangku dengan raut wajah kesal membuat Hani yang sudah berada di kelas mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Lu kenapa? Lagi dapet?" Gadis tersebut hanya diam saja tak menggubris pertanyaan sahabatnya.
Hani melihat ke arah pintu kelasnya membuat ia mengangguk mengerti. "Ah jadi itu alasannya, sahabat gue cemberut," kata Hani membuat Alifa mengerutkan keningnya, Hani mengkode melaluo matanya yang membuat gadis tersebut mengikut sorot mata sahabatnya.
"Tuh cowok mau ngapain lagi si, astaga!" seru Alifa berbisik.
Eron melangkah dengan kakinya yang sedikit tingklang karena nyerinya masih ia rasakan. "Lu kok ninggalin gue si," kata Eron to the point.
"Kalau bisa gue masukin jurang, juga gue mau," kata Alifa dengan sadisnya membuat Hani menyenggol seolah memperingati apa yang ia ucapkan.
Alifa hanya menoleh ke arah sang sahabat sebelum kembali berkata, "Lu pergi sana jangan bikin mood gue hancur deh."
"Yakin nih ngusir gue?" tanya Eron dengan senyum yang manis.
"1000 persen gue yakin!" seru Alifa dengan sorot mata yang serius membuat Eron menghela nafasnya gusar.
Eron berkata, "Yaudah, semangat ya belajarnya." Baru saja ingin mengelus pucuk rambut gadis tersebut Alifa berkata, "Mau patah tangan lu?!" Membuat laki-laki tersebut menarik kembali tangannya.
Laki-laki tersebut melambaikan tangannya sebagai penggantinya, setelahnya Eron berlalu dari pandangan Alifa membuat gadis tersebut kini terdiam frustasi. "Kenapa harus ada mahkluk kaya dia si!" seru Alifa membuat Hani yang mendengarnya mengelus punggung sahabatnya.
"Han, mau pindah sekolah saja gue rasanya," kata Alifa menoleh ke arah sahabatnya.
Hani menyela, "Yasudah sana lu pindah." Alifa menoleh ke arah sumber suara dengan raut wajah terkejutnya. "Ya itu juga kalau lu yakin si Eron enggak ikutan pindah juga," jelas Hani membuat Alifa terdiam lalu sedetik kemudian ia merebahkan kepalanya di atas tangannya.
"Gue mau sekolah kenapa jadi enggak tenang gini si," ujar Alifa dengan frustasinya, sedangkan Hani hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Yasudah si Lif, anggap aja angin berlalu, kaya biasa aja jangan terlalu di ambil pusing," kata Hani.
Alifa menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan seolah menetralisirkan emosi yang tak ia keluarkan. Hingga bell masuk berbunyi membuat semua para siswa-siswi yang masih berada di luar kelar berhamburan ke dalam kelas sebelum guru masuk terlebih dahulu.
Alifa melepas hoodienya pas banget dengan guru masuk ke dalam kelasnya. Pelajaran dimulai, semuanya mempehatikan snag guru yang sedang menerangkan pelajaran ada juga yang maju ke depan kelas karena ditunjuk untuk mengerjakan soal yang tertera dipapan tulis. "Lif, itu nomor 3 jawabannya harusnya 45 kan?" tanya Hani membuat Alifa kembali memperhatikan soal yang ada di papan tulis.
"Iya, kayanya dia salah ngitung deh," jawab Alifa membuat Hani hanya manggut-manggut.
3 pelajaran terlewati dengan begitu saja, hingga bell istirahat kini berbunyi membuat para siswa-siswi mendengarnya dengan raut wajah senang nam bahagia terlebih perutnya yang sedari tadi keroncongan. "Akhirnya!" seru Hani sambil merentangkan kedua tangannya membuat Alifa yang melihatnya jelas terkekeh pelan.
Alifa mengambil totebag lalu meletakkan di atas meja membuat Hani menatap penasaran lalu bertanya, "Lu bawa bekal Lif?" Gadis tersebut mengangguk pelan lalu mengeluarkan kotak makannya.
Hani menghela nafasnya dengan kecewa. "Gue ke kantin sendiri dong," ujar Hani dengan lemas.
Alifa yang melihat raut wajah sahabatnya tersenyum kecil lalu mengambil satu kotak makan dari dalam totebag lalunia meletakkan di hadapan sahabatnya, Hani sontak menatap Alifa dengan raut wajah bingung. "Ini buat lu, nyokap gue yang bawain," kata Alifa.
Hani yang mendengar perkataan sahabatnya sontak menatap terharu, ia lalu memeluk sahabatnya dengan erat. "Ahhh sayang banget sama Tante Aning," kata Hani membuat Alifa hanya mengulumkan senyumnya singkat.
Mereka berdua lalu membuka kotak makan tersebut.
Sedangkan di sisi lain Eron dkk kini memasuki area kantinndan langsung melangkahbke meja yang sudah menjadi tempat mereka. "Lu cari siapa si Ron?" tanya Tian ketika melihat sang sahabat celingak-celinguk sedari masuk kantin.
"Ya siapa lagi kalau bukan ayang bebnya," balas Kiky membuat Tian hanya ber Oh ria lalu manggut-manggut.
"Kok dia enggak ada ya?" tanya Eron dengan sorot mata yang masih terus mencari keberadaan Alifa.
Aldy menyela, "Males ketemu lu kali makanta dia enggak ke kantin." Eron yang mendengar perkataan sahabatnya jels terdiam sejenak, sedangkan ketiga sahabatnya tertawa.
"Bisa jadi tuh," balas Tian.
Kiky menyela, "Wah parah lu Ron sampai bikin anak orang takut ke kantin." Laki-laki tersebut yang mendnegarnya jelas mendengus kesal sambil menatap jengah ketiga sahabatnya yang meledeknya.
Laki-laki tersebut kini beranjak berdiri membuat Tian menarik tangan sahabatnya agar kembali duduk. "Eits mau kemana lu?" tanya Tian.
"Udah lu di sini aja, kita makan," kata Aldy.
Kiky menyela, "Daripada lu nanti dicakar macan betina."
"Lagi juga dia katanya cuman incaran lu, jadi santai saja kenapa panik gitu enggak ngelihat dia beberapa menit," cetus Tian seraya menyindir sahabatnya, Eron yang mendengar sindiran tersebut terdiam lalu memutuskan untuk duduk kembali.
Ketiga sahabatnya sontak saling menatap satu sama lain sambil menaikkan kedua alisnya. "Lu jatuh hati benaran sama Alifa?" tanya Kiky membuat Eron kini menatap lurus ke arah sahabatnya.
"Enggak, dia cuman incaran gue!"
"Lu yakin? Tapi yang gue lihat lu kayanya bukan menjadikan tuh cewek incaran lagi," ujar Kiky.
Tian menyela, "Iya gue lihatnya kayanya beda nih."
"Udah lu jujur aja si sama kita," kata Aldy sambil menaikkan kedua alisnya membuat Eron terdiam membisu tidak bisa menjawab.