SKA 6

3826 Words
2 hari berlalu, langit tidak secerah biasanya kini warna abu-abu mendominan di langit tersebut, tidak ada warna biru cerah yang menenangkan. Alifa berdiri di depan kaca jendela kamarnya menatap lurus ke arah langit yang mendung namun tida hujan, ia menghela nafasnya sambil berkata, "Tumben banget, semoga enggak hujan deh." Gadis tersebut lalu tersenyum setelah menarik nafasnya dalam-dalam, ia mengambil tas yang tergeletak di kasur king sizenya, setelah itu ia melangkah keluar kamar dan melangkah menuruni anak tangga dengan raut wajah yang biasa saja, ia sedikit sedih karena langit tidak cerah. "Morning Kak," kata Aning ketika melihat sang anak melangkah menuju ruang makan. Alifa tersenyum tipis lalu menjawab, "Morning Bu." Gadis tersebut duduk di kursi yang biasa ia tempati, ia menoleh ke arah sekitar lalu bertanya, "Ayah kemana Bu? Sudah berangkat?" "Ayah kan ke luar kota sayang," balas Aning, Alifa yang mendengar hanya ber Oh ria lalu menyela, "Ah iya lupa aku Bu." Sang Ibu hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat anak gadisnya sambil tersenyum tipis. Alifa mengambil sarapan dan melahapnya dengan nikmat, adik bontotnya belum terbangun sedangkan Agung adik pertamanya sudah berangkat sekolah menggunakan ojek online. 10 menit berlalu, kini Alifa beranjak berdiri lalu melangkah ke sang Ibu untuk berpamitan. "Bu, Kakak berangkat ya," kata Alifa. "Iya Kak, hati-hati ya kamu, uang jajan kata Ayah sudah ditransfer ke kamu," ujar Aning membuat Alifa hanya mengangguk pelan. Gadis tersebut kini melangkah keluar rumah setelah mengambil tas di kursi yang ia duduki tadi, sudah menjadi khasnya hoodie cream yang melekat ditubuh menutupi seragam sekooahnya. Alifa mengambil airpods-nya lalu memasang di telinga untuk mendengarkan lagu yang ia setel dihandphonenya. "Let's go!" seru Alifa yang kini menaiki motornya lalu memakai helmnya. Alifa melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari perkarangan rumahnya. Langit masih saja teduh ketika gadis tersebut melihatnya, ia menghela nafasnya sejenak lalu kembali fokus ke jalanan menuju sekolahnya. Hingga beberapa menit kemudian, setelah kemacetan di pertigaan ia telah sampai digerbang sekolahnya. "Semoga enggak ada yang rusak mood gue hari ini," ujar Alifa ketika menghentikan laju motorntya untuk ia parkirkan. Gadis tersebut melangkah perlahan menyusuri koridor sekolahan untuk ke kelasnya, Alifa berjalan dengan sorot mata para penghuni sekolah yang masih menatatapnya atas kejadian 2 hari lalu sambil berbisik membicarakannya, gadis tersebut tidak pedyli toh ia masih mendengarkan lagu melalu airpodsnya, ia berjalan tegap dengan pandangan lurus, ia tak akan membiarkan mahkotanta jatuh hanya karena gosip yang tidak penting. "Alifa!" Hani berteriak dengan lantang ketika melihat sang sahabat, namun gadis tersebut tidak menggubrisnta membuat Hani memutuskan untuk melangkah cepat agar menyamai sahabatnya. Rangkulan Hani membuat Alifa terkejut dan hampir saja ingin reflek memukul. "Eits! Ringan tangan mulu anju," cetus Hani. Alifa melepas satu airpodsnya lalu berkata, "Bikin kaget aja lu asal rangkul-rangkul, untung enggak gue gibeng lu." "Hampir tadi," balas Hani membuat Alifa tertawa pelan saja. "Tadi lu gue panggilin enggak nyahut abisnya." Alifa membalas, "Ya sorry deh, gue pakai airpods tadi." Hani yang mendengar hanya berdehem saja, mereka berdua kini melangkah meyusuri koridor bareng hingga menuju kelasnya, dan tiba-tiba ada yang menubruk Alifa dengan sengaja. "Ups! Sorry sengaja," kata seorang siswi dengan raut wajah yang centil, Alifa memegang bahunya membuat Hani bertanya, "Lif lu enggak papa?" Alifa tersenyum tipis lalu menjawab, "Enggak papa kok, cuman ditabrak sama kecoak masa iya bikin gue kenapa-napa." Lalu membersihkan bahunya dengan sorot mata yang ketus. Genanda - ketua dari fans berat garis besar Eron dkk, mempunyai geng dengan nama Beautiful Girl atau biasa disingkat dengan geng BG yang termasuk populer di sekolah tersebut. "Apa lu bilang? Siapa yang lu maksud dengan kecoak?!" seru Genanda. Alifa mendongak dengan sorot mata yang meremehkan kepada lawan bicaranya, Hani yang melihat sontak merangkul tangan sahabatnya untuk tidak melawannya. "Lif, masih pagi. Lu enggak maukan digosipin lagi," kata Hani berbisik membuat Alifa menoleh lalu terdiam sejenak. Gadis tersebut kini melihat ke arah Genanda dengan beberapa teman gengnya. Alifa mengangguk pelan lalu melangkahkan kakinya sambil menerobos Genanda dkk yang kini menatap tidak percaya. "Nan, parah! Kita harus kasih pelajaran sama tuh orang!"  "Iya Nan, gila loh kita diterobos gitu aja." Genanda menatap tajam melihat punggung gadis tersebut yang semakin menjauh dari pandangannya, ia mengepalkan tangannya dengan sangat erat lalu tersenyum menyeringai. "Lihat aja, dia bakal habis di tangan gue," kata Genanda membuat teman-temannya mengangguk dengan senyuman liciknya. Alifa dan Hani kini telah sampai di ruang kelasnya, ia melangkah ketempat duduknya, Alifa mendaratkan tubuhnya di bangku duduknya sambil bersandar, helaan nafasnya gusar membuat Hani berkata, "Lif, kayanya sekarang kita harus hati-hati." Alifa yang mendengar sontak menoleh ke arah sumber sang sahabat sambil mengernyitkan dahinya. "Hati-hati kenapa? Mau nyebrang emangnya kita," kata Alifa membuat Hani kini menghela nafasnya gusar, ia duduk menghadap ke sahabatnya dengan satu airpods yang masih bertengger di telinga Alifa. "Lif, lu tahu dia siapakan?" tanya Hani dengan nada serius. "Yang gue tahu dia kelas 11 sama kaya kita, yang pernah tampil ssat pensi sekolah," jawab Alifa. Hani menyela, "Dia Genanda, ketua fans garis keras Eron, dan ia ketua geng dari BG juga." Alifa terdiam sejenak lalu melirik ke arah sahabatnya, bukan karena dia ketua geng sekolahnya nsmun karena kalimat kedua setelah nama yang disebutkan. "Fans garis keras Eron?" tanya Alifa dengan raut wajah tidak percaya, sahabatnya mengangguk membuat Alifa semakin mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Tuh cowok punys fans garis keras?" tanya Alifa, Hani kembali mengangguk meyakinkan pertanyaan sahabatnya. Hani kini mengambil handphoennya lalu menunjukkan sosial media dengan username @FansgkEron_ Alifa yang melihat jelas seolah tidak percaya, ia tertawa pelan membuat Hani mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa ketawa lu?" tanya Hani. "Lucu aja, nih orang-orang yang ikut tuh akun waras apa enggak? Cowok kaya dia kok di idolain, artis bukan, seleb bukan," cetus Alifa dengan santainya. Hani mengerucutkan bibirnya lalu berkata, "Ish Alifa mah! Gue kan ikutin akun itu, berarti gue enggak waras dong." Alifa yang mendengarnya sontak menoleh ke arah sahabatnya lalu berkata, "Ya siapa suruh lu ngikutin." "Ya kan kepo juga sama kegiatan Eron, dan foto-foto terbarunya," ujar Hani yang membuat Alifa mengerutkan keningnya, ia bahkan kini bergidik ngeri membuat Hani yang melihatnya bertanya, "Lu kenapa?" Alifa menjawab, "Ya ngeri aja, berarti tuh cowok enggak ada privatenya sama sekali dong." "Kok gitu?" tanya Hani heran. "Ya coba aja lu pikir gimana tuh akun bisa dapet foto-foto terbaru tuh cowok kalau enggak ngikutin dan ngintilin mulu," jelas Alifa yang membuat Hani terdiam sejenak dan sedetik kemudian mengangguk lalu berkata, "Iya juga ya." Bell masuk berbunyi membuat semua berhamburan ke dalam kelasnya masing-masing, sedangkan Alifa kini melepas hoodienya sebelum sang guru datang. Mereka duduk dengan rapih walau mulutnya tidak selalu rapih dan tidak bisa didiamkan, keadaan kelas yang ricuh karena obrolan sesama siswa siswi hening sekektika ketika seorang guru masuk ke kelas. "Selamat pagi semua," ucap guru tersebut. Semua serempak menyapa, "Pagi Pak." "Hari ini Bapak datang tidak untuk mengajar, tapi memberi tabu bahwa dewan guru akan mengadakan rapat namun para siswa-siswi tidak boleh meninggalkan sekolah hingga bell pulang sekolah," kata Guru tersebut. "Wah benar nih Pak?!" "Kalau ke kantin boleh enggak Pak?" "Main basket boleh Pak?" Semua mendadak riweh kembali karena banyak yang bertanya, Guru tersebut kini menggebrak meja pelan menggunakan penghapus papan tulis, dan seketika semua terdiam memperhatikan kembali guru tersebut. "Apapun boleh, asal tidak pulang dan tidak membuat onar selagi guru mengadakan rapat," kata guru tersebut. Semua siswa-siswi bersorak senang mendengarnya. "Sekarang bapak absen dulu," kata Guru tersebut yang kini mulai melakukan absen satu persatu siswa-siswinya, setelah itu sang guru yang merangkap menjadi wali kelas keluar dari ruang kelasnya. "Lif, kantin yuk, laper nih," kata Hani membuat Alifa menoleh ke arah sahabatnya yang kini menampilkan wajah membinarnya seraya memohon. Alifa merebahkan kepalanya dengan kedua tangannya menjadi tumpuan. "Males Han, lu aja deh," kata Alifa membuat Hani menghela nafasnya, ia beranjak berdiri lalu melangkah namun sebelum itu ia kembali bertanya, "Serius nih lu enggak mau kekantin?" Gadis tersebut hanya menganggykan kepalanya tanpa menoleh ke sahabatnya. "Ish enggak like banget akoh sama kamu," kata Hani dengan nada merajuk, Alifa yang mendengarnya jelas tersenyum tipis dengan masih posisi yang sama dan mata yang terpejam, terlebih kini ia memakai airpods-nya untuk mendengarkan lagu. Alifa merasa tenang hanya karena begitu saja. Hingga dimana Hani kembali dan bertepatan dengan Alifa merentangkan tangannya, ia terbelalak melihat keadaan Hani yang berantakan. "Hani! Lu kenapa? Siapa yang lakuin ini?" tanya Alifa dengan sorot mata terkejut, ia lantas berdiri lalu melangkah ke arah Hani yang kini tersenyum tipis. "Siapa yang ngelakuin ini?" tanya Alifa sambil memegang keuda bahu sahabatnya tersebut. Hani benar-benar tidak enak dilihat, bahu yang kotor karena kuah saos, dan rambut yang basah kuyups, sepanjang jalan ia di lihatin oleh para penghuni kelas bahkan yang berada didalam kelas bertanya-tanya apa yang terjadi. Alifa bertanya sekali lagi, "Hani siapa yang ngelakuin ini? Bilang sama gue?!" "Udah enggak papa Lif," kata Hani dengan lembut. Gadis tersebut terdiam sejenak. "Ayuk ke kamar mandi, beresin dulu baju lu," kata Alifa yang kini menuntun sahabatnya dan menemani ke kamar mandi, sepanjang jalan mereka dilihatin terus terutama ke arah Hani yang benar-benar berantakan. "Genanda kan?" tanya Alifa berbisik membuat Hani menoleh ke arah sahabatnya lalu menunduk kembali. "Gue bakal bikin perhitungan nanti!" seru Alifa. Hani menyela, "Enggak usah Lif, gue enggak papa." Setelah beberapa lama Hani membersihkan bajunya, ia melepas seragamnya dan menggunakan hoodie yang sengaja dibawa oleh Alifa. "Lif, maaf ya jadi minjem hoodie lu," kata Hani. Alifa menjawab, "Santuy." Mereka kembali melangkah menuju ruang kelasnya dan langsung duduk di bangku mereka berdua. "Gue ke kantin dulu," kata Alifa yang membuat Hani sontak mendongak lalu menahan tangan sahabatnya. "Gue cuman mau beli makanan kok," ucap Alifa dengan senyuman. Gadis tersebut perlahan melepas genggaman sahabatnya, lalu melangkah keluar kelas raut wajahnya masih biasa namun ketika melangkah menyusuri koridor sekolah raut wajahnya berubah menjadi dingin dan datar. Ketika sudah berada kantin ia langsung melihat ke penjuru sudut untuk mencari keberadaan Genanda dkk. Pandangannya terpaku kepada sudut meja yang ada beberapa gerombolan cewek dan cowok yang jelas ia sangat kenal, tanpa pikir panjang ia menghampiri dengan langkah yang penuh amarah, ia mengambil jus yang berada di meja sebrang lalu ia menyiramkan dengan santai ke kepala Genanda membuat Genanda sontak terkejut. "SHITT! APA-APAN LU?!" seru Genanda sambil berdiri. Tidak hanya Genanda, tapi seluruh penghuni kantin terkejut terlebih kepada keempat cowok yang berada satu meja dengan Genanda. "Gue apa-apaan? Lu yang apa-apaan sama teman gue? Kalau ada masalah sama gue, enggak suka sama gue, incar gue jangan sahabat gue?!" seru Alifa sambil mendorong bahu Genanda dengan jari telunjuknya. "Wah ada apaan nih?" tanya Tian dengan bingung menatap ke arah dua gadis yang ada dihadapannya. Genanda menyeringai lalu menjawab, "Jadi lu mau balas dendam ceritanya atas sahabat lu." "Balas dendam sama lu? Sorry aja enggak minat, gue cuman balas apa yang lu perbuat ke sahabat gue," cetus Alifa dengan sorot mata yang tajam seraya ingin menerkam, Eron yang berada di meja tersebut memperhatikan dengan seksama gadis yang sedang mengomel. Laki-laki tersebut tersenyum tipis terlebih ketika Aldy berbisik, "Incaran lu ganas jug." Eron berkata, "Udah jangan berantem, saling memaafkan saja.". Alifa menoleh ke arah sumber suara yang kini sedang menyeruput minumannya. "Lu berdua cocok tuh jadi patner, sama-sama pengganggu kehidupan orang," kata Alifa dengan sarkas. "Satu hal lagi, sekali lagi gue lihat lu ganggu sahabat gue, gue pastiin lu enggak akan lihat matahari besok pagi!" seru Alifa dengan sorot mata yang serius, bahkan mereka bergidik ngeri mendengar perkataan gadis tersebut. Alifa kini beranjak pergi setelah membalas kelakuan Genanda terhadap sahabatnya, Eron beranjak berdri lalu bertepuk tangan membuat semua penghuni kantin menyorotinya. "ALIFA! LU SEMAKIN BIKIN GUE TERGILA-GILA! GUE PASTIIN LU BAKAL JADI MILIK GUE!" seru Eron dengan lantang membuat ketiga sahabatnya menatap Eron sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan Genanda hanya melihat sambil mengepalkan tangannya erat. Genanda berlalu pergi setelah menghentakkan kakinya dengan kesal. "Lah kenapa tuh orang?" tanya Eron dengan mengernyitkan dahinya ketika kembali duduk. Kiky menyela, "Yeuh segala nanya bambank." "Emang orang ganteng mah bebas," cetus Aldy. "Alifa berani juga ya, setia kawan banget si dia," ujar Tian, Eron menaikkan kedua alisnya membuat ketiga sahabatnya menoleh ke arahnya. "Lu yakin masih mau jadiin dia incaran lu?" tanya Kiky seolah meragukan sahabatnya. Eron tersenyum simpul lalu berkata, "Yakin, justru cewek kaya gitu yang gue cari." "Ntar dulu ntar dulu? Cewek kaya gitu yang gue cari? Jadi Alifa mau lu seriusin?" tanya Tian sambil mengerutkan keningnya. Eron menoleh lalu tertawa terbahak membuat ketiga sahabatnya semakin bingung. "Mana mungkin anju, gue masih setia nunggu dia," balas Eron, ketiga sahabatnya jelas mengerti ketika kata 'dia' disebut oleh sahabatanya. Alifa kembali ke kelas sambil membawa gorengan agar sang sahabat tidak curiga terhadapnya, ia tersenyum ketika melangkah masuk ke kelas membuat Hani yang sedari tadi merasa khawator bernafas lega. "Lif, lu enggak macem-macemkan?" tanya Hani. Alifa yang mendengar pertanyaan sahabatnya sontak mengerutkan keningnya. "Macem-macem kenapa? Gue kan udah bilang ke kantin mau beli makanan, nih gue beli gorengan buat kita," kata Alifa sambil menunjukkan bungkus gorengannya. "Gue takut lu balas perlakuan dia," kata Hani sambil menunduk pelan, Alifa kini duduk di bangkunya. "Enggak kok Han, walau sebenarnya gue mau," kata Alifa dengan cengiran khasnya, Hani sedikit tenang mendengarnya. Hingga rapat guru telah selesai, dan jam pelajaran belum selesai, beberapa guru lantas langsung menunju kelas ngajarnya masing-masing termasuk guru yang berada dikelas Alifa dan Hani. Sang guru masuk dengan langsung terpaku ke arah Hani yang menggunakan hoodie di kelas. "Hani, kenapa kamu tidak melepas sweater kamu? Bukannya sudah saya bilang kalau dikelas saya tidak ada yang boleh menggunakan sweater," kata sang Guru dengan jelas membuat Hani menunduk saja. Alifa mengangkat tangannya dengan satu tangan menahan Hani yang ingin melepas hoodienya. "Ada apa Alifa?" tanya Guru tersebut. "Mohon maaf Pak, Hani tadi terjatuh dan bajunya kotor, jadi saya menyarankan untuk memakai sweater saya," jelas Alifa membuat seisi kelas menoleh ke arahnya, mereka tahu padahal bukan itu yang terjadi. Guru tersebut mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Benar itu Hani?" Alifa menepuk pelan sahabatnya untuk menjawab. "Iya Pak benar," kata Hani pelan. "Yasudah kalau emang itu yang terjadi, saya beri maaf untuk kali ini dan memperbolehkan kamu menggunakan sweater," kata Guru tersebut membuat Hani mengangguk pelan. Pelajaran berjalan dengan khimat, semua siswa-siswi mengikuti pelajaran hingga bell pulang berbunyi. Alifa dan Hani sontak bergegas merapihkan peralatan yang masih berserakan di atas mejanya. "Lif, ini enggak papa gue bawa pulang dulu?" tanya Hani. Alifa menatap sahabatnya dengan sendu lalu menjawab, "Iya Han, santai aja si. Kaya siapa aja lu." Hani tersenyum tipis mendengarnya, mereka berdua sontak melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelas menuju parkiran. "Han, lu enggak papa balik sendiri? Gue kawal dibelakang aja ya," kata Alifa ketika sudah sampai di parkiran. Hani memegang tangan sahabatnya lalu berkata, "Gue enggak papa Lif." Alifa hanya menatap sendu dengan raut wajah khawatir, Hani tersenyum tipis seolah meyakinkan sahabatnya. "Gue nanti bilang kok kalau kenapa-napa," kata Hani. "Benar ya lu?" tanya Alifa dengan posesif. "Iya Alifaku," balas Hani dengan senyuman tipis membuat Alifa kini bernafas lega mendengarnya. "Yaudah lu hati-hati ya," kata Alifa sambil melambaikan tangannya, sedangkan Hani melajukan motornya menjauh dari sahabatnya. Alifa melangkahkan kakinya menuju motor yang ia parkirkan. Tanpa pikir panjang ia melajukan motornta keluar dari gerbang sekolah tersebut, dan tentunya ia mendengarkan lagu menggunakan airpods yang sudah ia gunakan sebelum menaiki motornya. Sedangkan di sisi lain Eron yang sedari tadi memperhatikan gadis tersebut mengikuti perlahan laju motor Alifa dengan sangat hati-hati, selain untuk menjaganya ia juga ingin mengetahui dimana gadis tersebut tinggal. Laki-laki tersebut tersenyum tipis ketika melihat Alifa yang berada di depannya seolah sedang bernyanyi karena iringan kepalanya dan cuap-cuap mulutnya yang terlihat di spion gadis tersebut. Hingga dimana segerombolan motor menyerobot Eron yang membuat laki-laki tersebut mengernyitkan dahinya lalu membuka kaca helm fullface-nya sejenak. "Siapa mereka?" tanya Eron sambil memicingkan matanya, ia kembali menutup helm fullfacenya terlebih ketika melihat segerombolan motor tersebut mepet sekali dengan motor Alifa. Sedangkan di sisi lain Alifa jelas mengerutkan keningnya ketika melihat kanan kiri sudah berada banyak motor yang berjajar seolah mengikutinya, Alifa sengaja memelan namun 2 motor disampingnya juga memelan jelas itu membuatnya cemas, takut. Namun geberan motor membuat gerombolan motor tersebut menoleh dengan kompak. Seketika mereka berhenti begitu juga dengan Alifa yang dihadang untuk tidak melajukan motornya. "LU PADA SIAPA SI?! MINGGIRIN MOTOR LU!" seru Alifa. Eron menghentikan laju motornya ketika melihat mereka juga menghentikan laju motornya, ia turun dari motor lalu melepas helm fullface-nya. "ERON! BILANGIN SAMA TEMEN-TEMEN LU SURUH MINGGIR! GUE MAU BALIK!" seru Alifa dengan sedikit lantang. "Mereka bukan teman gue," kata Eron yang membuat Alifa jelas terkejut, mereka memperhatikan semuanya namun Alifa tidak mengenali satupun dari mereka bahkan jaket yang mereka kenakan tidak sama dengan Eron. "Ngapain kalian ikutin dia," ucap Eron membuat Alifa semakin mengerutkan keningnya. "Eron, kita berjumpa lagi, masih ingat sama gue?" Eron yang mendengar sontak mengerutkan keningnya, namun raut wajahnya berubah ketika mengetahui siapa dibalik helm fullface tersebut. "Viksal," kata Eron berbisik. "Lu mau apa? Minggu besok kita ketemu di area, ternyata lu udah enggak sabar kayanya," ujar Eron meremehkan. Viksal yang mendengarkan sontak mengepalkan tangannya lalu menyeringai berjalan ke arah Alifa yang masih setia duduk di atas motornya. "Sepertinya lu takut banget ini cewek kenapa-napa," kata Viksal sambil berusaha memegang dagu Alifa namun dengan cepat gadis tersebut menepisnya. "Enggak usah pegang-pegang gue!" seru Alifa yang membuat Viksal terkejut dan menatap ke beberapa temannya sambil tertawa. "Wow, kayanya nih cewek cocok banget sama lu," cetus Viksal menatap tajam ke arah Eron yang kini perlahan melangkah mendekat ke dirinya. Alifa menyela, "Lu kalau ada urusan sama tuh cowok jangan gur dibawa-bawa!" Viksal tersenyum menyeringai lalu menyahut, "Bukannya lu pacarnya dia." Baru saha Viksal ingin kembali menyentuh dagu gadis tersebut, tangannya sudah di cengkram kencang oleh Eron. "Jangam berani-beraninya lu sentuh dia!" seru Eron dengan sorot mata yang tajam, ia menghempaskan Viksal hingga membuatnta sedikit terseret mundur. Lawan bicara Eron memegang tangannya sambil menyeringai menatap Eron dengan sengit. "Lu enggak papa?" tanya Eron. Alifa menyahut, "Enggak papa. Mereka siapa si?" "Sekolah sebrang," balas Eron membuat Alifa mengernyitkan dahinya mendongak ke arah laki-laki tersebut. Alifa berbisik, "Lu ada masalah sama mereka?" "Mereka kalah ganteng dari gue," kata Eron membuat Alifa yang mendengar sontak memutar bola matanya jengah ketika jawaban laki-laki tersebut malah terkesan bercanda dan terlalu pede. "Gue serius anju, ngeselin banget lu!" seru Alifa membuat Eron menoleh ke arah sumber gadis yang disebelahnya sambil tersenyum tipis. "Biar enggak tegang, cantik," kata Eron sambil menatao gadis tersebut dengan lekat, seolah ia tidak memperdulikan yang lawannya tersebut. Alifa melihat ke arah Viksal yang bersiap untuk memukul Eron membuat gadis tersebut reflek berteriak, "ERON AWAS!" Laki-lali tersebut reflek menoleh dan belum sempat menghindar pukulan tersebut mendarat mulus di wajah tampan Eron. Eron tersungkur membuat Alifa turun dari motor lalu membantu laki-laki tersebut turun. "Lu enggak papa? Kita pergi aja, gue enggak mau balas budi sama lu gara-gara ini," kata Alifa sambil membantu Eron berdiri. "Khawatir ya sama gue?" tanya Eron sambil menaikkan kedua alisnya membuat Alifa reflek menepuk punggung bahu laki-laki tersebut yang membuat Eron meringis. "Awkssh sakit Lif," kata Eron sambil memegang punggung bahunya. "Lemah banget lu! Dipukul cewek aja ngeringis!" seru Viksal sambil tertawa bersama teman-temannya. Eron hanya menoleh lalu berkata, "Yeuh iri aja lu pada, jomblo ya? Pantes panas." Membuat Viksal dkk sontak menatap terkejut atas perkataan lawan bicaranya tersebut. "Siyalan!" seru Viksal. Alifa melirik sinis ke arah laki-laki yang mempunyai luka memar di sudut bibirnya. "Dih sadar diri lu," kata Alifa. "Sadar diri kenapa?" tanya Eron. "Lu emang enggak jomblo?" tanya Alifa. Eron menggelengkan kepalanya pelan lalu berkata, "Lah aku mah punya kamu yang cantik, pemberani, pokoknya tiada tandingannya." Bukannya bullshing, Alifa malah berlaga muntah ketika mendengarnya. "INI KENAPA JADI MALAH LU YANG BERANTEM SAMA TUH CEWE!" seru Viksal dengan nada kesal. Eron menatap ke arah Viksal dengan raut wajah meremehkan. "Lu mau berantem sama gue? Udah punya nyali? Udah siap kalah?" tanya Eron, tanpa menggubris perkatan laki-laki tersebut Viksal kini berlari membuat Eron juga berlari agar pertarungan mereka sedikit lebih leluasa. "Eron!" seru Alifa seraya memperingati. "KALAU LU ADA LUKA GUE ENGGAK AKAN MAU BALAS BUDI!" Lanjut Alifa dengan lantangnya, membuat Eron yang mendengarnya mengangkat tangan membentuk tanda 'Ok' untuk menjawabnya. Eron dapat menghindar setiap kali mau dipukul, hal hasil wajah tampannta tidak menambah luka yang kecolongan tersebut. Viksal tersungkur jatuh menerima tendangan dari Eron, laki-laki tersebut menghampiri lawannya tersebut lalu menarik kerah baju Viksal dengan kasar. "Gue peringatin sama lu, yang ada dilingkungan gue jangan lu sentuh termasuk dia," kata Eron sambil melihat ke arah Alifa yang sedikit was-was, setelahnya ia menghempaskan Viksal dengan kasar. Laki-laki tersebut kini melangkah menuju motornya lalu melajukan tepat disamping motor gadis tersebut yang masih menatap dengan heran. "Pinggirin motor lu pada, bidadari gue mau lewat!" seru Eron dengan lantang namun tidak ada yang memindahkan satu motorpun. Eron menyeringai menatap ke arah sosok laki-laki yang kini beranjak berdiri, Viksal mengangguk seolah menyuruh kepada gengnya agar membiarkan gadis tersebut pergi. "Udah jalan, gue ikutin dari belakang," kata Eron. Alifa menyela, "Enggak usah." "Nurut sekali aja apa susahnya si lu!" seru Eron membuat Alifa terdiam sejenak, gadis tersebut menaiki motornya lalu perlahan melajukan motornya ketika tidak ada lagi yang menghalang jalannya. Eron menggeberkan motornya seolah memberi tanda salam perpisahan. "Vik lu enggak papa?" tanya Salah satu temannya. "Santai," balas Viksal sambil memegang luka lebam disudut bibirnya. "Lagi lu si enggak ngebiarin kita nyerang," katanya. Viksal tersenyum miring lalu berkata, "Dia bakal ketawain gue kencang kalau main keroyokan, kita balas nanti di area balap." Teman-teman Viksal sontak mengangguk lalu mereka memutuskan untuk melajukan motornya kembali menuju markas untuk membuat rencana mengalahkan Eron. Sedangkan Eron mengikuti gadis tersebut dari belakang walau sebenarnya ia tahu Alifa risih, namun laki-laki tersebut tidak akan menggubris sekalipun gadis tersebut mengomel. Hingga 29 menit berselang, Alifa menghentikan laju motornya di depan rumahnya membuat Eron juga menghentikan laju motornya. "Lu enggak usah nganter lagi, gue usah sampe rumah," kata Alifa membuat laki-laki tersebut menoleh ke arah rumah 1 tingkat tersebut. "Jadi ini rumah calon pacar gue," kata Eron sambil manggut-manggut dan tersenyum manis. Alifa menyela, "Udah sana lu pergi!" Seraya mengusir membuat laki-laki tersebut menatap dengan mata yang tersenyum. "Yaudah gue duluan ya, bilangin sama calon mertua gue enggak mampir," kata Eron sambil menutup helm fullface-nya, ia kini melajukan motornya dengan kecepatan standar menjauh dari hadapan gadis tersebut. Alifa kini memasukan motornya untuk terparkir rapih di garasi rumahnya, dan tanpa di sadar Aning - sang Ibu sedari tadi memperhatikan sang anak. Alifa melangkahkan kakinya setelah turun dari motor untuk masuk ke rumahnya. "Asalamuallaikum, Ibu dari tadi diluar?" Sambil mengecup punggung tangan sang ibu dengan tulus. "Waallaikumsalam Kak, barusan kok. Kamu di antar siapa Kak?" tanya Aning membuat Alifa sontak terkejut. Alifa bertanya, "Ibu ngelihat?" Aning mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya. "Kok kamu enggak suruh mampir si dia," ujar Aning membuat Alifa sontak terdiam sejenak sebelum menyahut, "Ahh dia lagi sibuk katanya Bu, makanya enggak mampir." Aning menatap curiga ke anak gadisnya lalu bertanya, "Siapa Kak? Pacar kamu ya?" Alifa yang mendengar pertanyaan sang ibu sontak reflek menoleh. "Ish apaan si Ibu, amit-amit deh punya pacar kaya dia," ujar Alifa membuat sang Ibu sontak mengerutkan keningnya. "Jangan amit-amit nanti kamu malah amin-amin loh," kata Aning meledek sang anak gadisnya, Alifa yang mendengar sontak melangkah masuk ke dalam rumah meninggalkan Aning yang tertawa pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD