SKA 5

3710 Words
Alifa menyusuri koridor menuju kelas laki-laki yang membuat ia dilihati oleh para siswa-siswi seolah ingin memakannya dengan tatapab tajam, gadis tersebut mengepalkan tangannya dengan jalan yang cepat membuat Hani mengejarnya dengan langkah yang cepat. "Alifa! Tungguin!" seru Hani namun gadis tersebut tidak menggubrisnya. "Dimana Eron?!" seru Alifa ketika sampai dikelas laki-laki tersebut, jelas teman sekelas Eron memandang heran namun mengerti. Sorot matanya tajam menyusuri keberadaan laki-laki tersebut namun ia tidak menemukannya sama sekali. "Kayanya dia dikantin," sahut salah satu teman sekelas Eron. "Lif, udah deh jangan nyari perkara," ucap Hani memperingati dengan nafas yang tersenggal akibat menyusul langkah kaki yang cepat dari sahabatnya. Alifa menoleh ke arah sang sahabat lalu berkata, "Dia yang nyari perkara sama gue!" Gadis tersebut lalu melangkahkan kakinya meninggalkan sahabatnya yang masih terdiam, Hani menggelengkan kepalanya pelan. "Batu banget dah dibilangin," cetus Hani lalu kembali menyusul sahabatnya. "Lifa! Tungguin apa, jangan ngebut jalannya," kata Hani sedikit lantang. Gadis tersebut berjalan dengan langkah yang cepat menuju kantin, raut wajah emosi dengan nafas yang memburu membuat mereka yang melihat sontak berbisik, dan ada yang bergidik ngeri melihat sorot mata tajam gadis yang tak banyak berkata. Alifa kenapa dah? Kayanya bakal ada masalah nih. Bukan masalah, tapi udah perang ini mah. Tapi kenapa.ya? Gue si kalau jadi Alifa malah senang, enggak bisa tidur malah di upload sama ayang beb Eron. Dia beda anjirt. Jual mahal banget si menurut gue, caper banget padahal mah seneng. Kini Alifa sudah sampai di kantin tentunya tidak ada yang melepas pandangannya menatap kehadiran gadis tersebut dan berbisik atas gosip yang tersebar kemarin malam dengan sangat cepat. Sedangkan di sisi lain keempat gerombolan laki-laki bersendau gurau hingga Kiky melihat ke arah Alifa yang melangkah dengan tatapan tajam. "Ron, kayanya lu bakal dapat serangan," kata Kiky membuat mereka semua jelas menoleh ke arah sumber suara. "Hah? Serangan? Siapa anju?" tanya Aldy. Tia menyela, "Emang lu janjian mau ribut?" Eron menyeruput minumnya lalu menggelengkan kepalanya pelan lalu menjawab, "Enggak ada janjian si." "Tuh lihat," kata Kiky pelan, ketiga sahabatnya sontak menoleh mengikuti arah pandang Kiky. Eron yang melihat jelas tersenyum tipis melihat sosok gadis yang menggemaskan tersebut, Alifa sudah ada di hadapan laki-lali tersebut. "Kenapa jodoh? Kangen ya enggak nglihat gue sedetik aja," kata Eron dengan manisnya. "Yah bahaya nih," gumam Tian yang kini beranjak berdiri lalu melangkah untuk pindah duduk di samping kedua sahabatnya. "Gue pindah biar enak lihat dramanya," kaa Tian yang membuat Akifa sontak menoleh dengan sorot mata yang tajam, Tian yang melihat hanya mengangkat tangannya berbentuk V seolah tanda berdamai. "Lu si kalau bacot enggak disaring," bisik Aldy. Kikt menyela, "Enak mah sambil makan basreng nih." Kedua sahabatnya jelas menoleh ke arah Kiky yang berada ditengah mereka, sedangkan Kiky hanya menyengir kuda saja. Eron masih menatap gadis tersebut dengan senyuman yang manis tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Sini duduk samping aku," kata Eron sambil membersihkan tempat duduk yang ada di sebelahnya. Alifa masih memandang tajam laki-laki yang ada dihadapannya, tangannya mengepal. "Gue enggak mau basa-basi, maksud lu apa upload foto gue tanpa seijin gue?" tanya Alifa dengan masih menahan amarahnya. Eron tersenyum simpul lalu berkata, "Maaf deh, besok-besok gue bakal bilang dulu sama calon pacar." Dengan cengiran khasnya yang membuat Alifa jelas semakin tersulut emosi. "Hapus enggak?! Gue enggak mau jadi bahan gosip satu sekolah gara-gara lu!" seru Alifa dengan sorot mata yang tajam. Eron menyela, "Siapa yang berani gosipin kamu?!" "Eron! Gue lagi enggak bercanda ya!" seru Alifa dengan soror mata yang serius. Eron tersenyum manis lalu menyahut, "Sejak kapan aku bercanda sama kamu, aku tuh serius." "Hapus foto gue!" seru Alifa dengan kesabaran yang hampir habis. "Kalau enggak mau gimana?" tanya Eron seraya meledek gadis tersebut, Alifa menatap tajam dengan mata yang melotot hampir keluar. Alifa menyela, "Gue udah ngomong baik-baik ya sama lu! Jangan sampai gue bertindak kasar." Laki-laki tersebut benar-benar tidak menggubris perkataan Alifa, ia kini menyeruput minumnya dengan santai membuat ketiga sahabatnya jelas hanya memandnag berulang kali kedua orang yang ada di hadapan mereka. Gadis tersebut benar-benar sudah hilang kesabaran, ia menarik kerah baju laki-laki tersebut yang jelas membuat mereka semua yang melihat terkejut, Hani yang baru datang langsung menghampiri perlahan sang sahabat. Eron hanya melirik ke arah tangan mungil gadis tersebut lalu mendongak ke Alifa dengan senyum tipis. "Gue peringatin sama lu! Gue enggak mau buat ribut sama lu, gue enggak pernah ganggu lu ya Ron, kenapa lu suka banget ganggu kehidupan gue! Enggak usah caper, lu tahu lu cowok yang paling murah yang pernah gue lihat?!" seru Alifa dengan ketusnya, semua benar-benar terkejut tak jarang banyak yang memegang dadanya karena perkataannya benar-benar menusuk. Eron beranjak berdiri sambil menggenggam tangan gadis tersebut yang membuat Alifa sedikit terkejut. "Jangan kasar-kasar dong sayang," ujar Eron dengan senyuman manis. "Alifa berani banget." "Kayanya benar-benar ada perang nih di antara kubu Alifa dan Eron." "Gue si kalau jadi Alifa diam saja, siapa yang enggak seneng coba digosipin sama mostwanted sekolahan sini." "Menurut lu siapa yang bakal takluk?" Banyak sekali bisikan-bisikan ketika melihat kejadian yang berada di hadapan mereka kini, semua benar-benar masih tidak percaya atas apa yang terjadi, ketika semua orang memuji Eron dkk Alifa malah berani untuk menentang pesona Eron yang katanya tidak pernah gagal untuk menaklukkan para cewek. "Murahnya gue cuman sama lu, jadi bukannya lu harus bersyukur." Lanjut Eron sambil menaikkan kedua alisnya. "Lepasin tangan gue!" seru Alifa, Eron hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum. Alifa menatap tajam lalu menyeringai kecil membuat Eron yang melihat terkejut namun ia bisa menutupinya. Tanpa pikir panjang gadis tersebut menendang kaki Eron hingga membuatnya meringis kesakitan dan melepas genggaman di tangan gadis tersebut. "Lu yang minta gue bertindak kasar," kata Alifa. Gadis tersebut lalu membalikkan badannya untuk melangkah menjauh dari laki-laki yang masih meringis kesakitan. Namun sebelum itu ia menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Eron. "Bersihin nama gue! Gue enggak mau satu sekolah gosipin gue gara-gara lu, dan satu hal lagi gue bukan calon lu!" seru Alifa sambil menunjuk Eron dengan sarkas. "Lif," kata Hani membuat Alifa menoleh ke arah sahabatnya lalu mengangguk ke atas seraya bertanya. "Lif, gue rasa lu keterlaluan, lu lihat tuh Eron kesakitan," ucap Hani membuat Alifa menoleh ke arah laki-laki tersebut yang terduduk sambil memegang kakinya. "Ron lu enggak papa?" tanya Aldy yang lalu menghampiri sahabatnya. Kiky menyela, "Ke dokter dah, kali aja ada yang patah." "Sakit banget ya Ron?" tanya Tian. Alifa menatap dengan sorot mata yang sendu, hingga tanpa sengaja mata kedua insan tersebut saling menatap satu sama lain. "Dia yang mau kaya gitu," kata Alifa lalu melangkah keluar dari area kantin tersebut, jelas ia masih menjadi pusat perhatian bahkan menjadi bahan omongan karena kejadian tersebut. "Ron." Eron yang menatap gadis tersebut semakin menjaug kini kembali fokus dengan kakinya yang nyeri karena tendangan gadis tersebut. "Gila Ron, gue rasa Alifa bukan cewek sembarangan," ujar Aldy. "Sudah gue bilang kalau ada perang, lu malah santai aja nyuruh dia duduk," kata Kiky. Laki-laki tersebut hanya mengulumkan senyum tipisnya membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain sambil mengernyitkan dahinya. "Bocah ditanyain malah senyam-senyum," cetus Tian. "Kesurupan kali dia," balas Aldy. Kiky menyela, "Peon lu Al, mana ada ditendang jadi kesurupan." "Lah ya kali Alifa punya kekuatan super kan," ujar Aldy membuat mereka yang mendengar hanya menggelengkan kepalanya pelan. Di sisi lain Alifa kini berada di taman kecil yang dipunyai sekolahnya, ia duduk di bangku taman bersama sahabatnya. Hani menoleh ke arah Alifa yang menghela nafasnya dengan kasar. "Lif," panggil Hani membuat Alifa menoleh ke Hani. "Kenapa?" tanya Alifa dengan singkat sambil bersandar di bangku panjang tersebut. Hani bertanya, "Lu enggak papa?" Alifa menarik nafasnya lalu menghembuskannya secara perlahan. "Tendangan gue tadi kencang banget enggak si Han, menurut lu?" tanya Alifa dengan raut wajah bersalahnya. Hani tertawa pelan membuat Alifa melirik ke arah sahabatnya sambil mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa? Lu merasa bersalah sekarang?" tanya Hani dengan cengiran membuat Alifa kini memposisikan dirinya duduk dengan tegap. "Enggak, siapa yang ngerasa bersalah coba," elak Alifa membuat Hani semakin tertawa melihat raut wajah sahabatnya yang tidak bisa bohong dengan dirinya. "Minta maaf sana kalau ngerasa bersalah, lu enggak lihat tadi dia meringis kesakitan," kata Hani membuat Alifa langsung reflek menoleh ke arah sahabatnya lalu menyela, "Han, sebenarnya lu sshabatnya siapa si?" Hani menyahut, "Ya sahabatnya Alifa lah." "Terus kenapa kaya ngebela tuh laki-laki banget," cetus Alifa membuat Hani terdiam sejenak lalu menoleh dengan senyuman yang tidak dimengerti sahabatnya. "Kenapa lu senyam-senyum?" tanya Alifa heran. Hani menyela, "Lu cemburu nih ceritanya." Alifa yang mendengar sontak mengerutkan keningnya lalu berlaga seperti muntah ketila mendengarnya. "Yeuh hamil lu?" tanya Hani. "Eh kalo bacot!" seru Alifa lalu memukul pelan lengan sahabatnya yang membuat Hani hanya meringsi pelan lalu tertawa setelahnya. Hani menyela, "Sakit anju, demen banget lu mukul-mukul. Enteng banget tuh tangan." Alifa yang mendengar tertawa pelan saja. "Gara-gara lu nih gue jadi enggak makan di kantin," cetus Hani membuat Alifa menyela, "Ya lu kenapa ikut gue keluar kantin." Hani menyela, "Ya lu mikir aja, mana mungkin gue makan disaat sahabat gue lagi esmosi." Alifa yang mendengar hanya tertawa pelahan lalu menyahut, "Ya kali aja lu enggak setia kawand." Hani hanta bermenye-menye membuat Alifa yang mihat kembali tertawa melihatnya. "Yasudah nanti pulang sekolah kita makan bakso di sebelah," kata Alifa membuat sahabatnya menoleh dengan raut wajah membinar. "Wah serius nih, traktir ya Lif," ucap Hani sambil menaikkan kedua alisnya membuat Alifa berdehem lalu mengangguk pelan. "Nah gitu dong, baru bestai gue," kata Hani lalu memeluk Alifa membuat gadis tersebut hanya menggelengkan kepalanya pelan. Bell masuk berbunyi membuat semua para siswa-siswi sontak berhamburan melangkah menuju kelasnya masing-masing, begitu juga dengan kedua gadis tersebut yang kini beranjak dari taman kecil sekolahnya tersebut lalu melangkah menyusuri koridor. "Berarti nanti lu pulang bareng gue nih?" tanya Alifa. "Gue bawa motor sendiri, motor gue udah turun," kata Hani dengan banggannya. Alifa menyenggol pelan sahabatnya lalu mencetus, "Acie motor balu nih ye." Hani yang mendengar hanya tertawa malu saja. Hingga dimana Alifa dan Eron bertemu dengan saling menatap, terlebih gadis tersebut melihat laki-laki tersebut jalan dengan sedikit pincang. Eron tersenyum simpul menatap gadis tersebut, namun Alifa memutuskan kontak dan langsung masuk kedalam kelasnya membuat Hani menatap heran. "Ron, lu serius enggak papa nih nanti pulang?" tanya Aldy. "It's okay," balas Eron membuat ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain lalu menghendikkan bahunya. Pelajaran kembali dimulai, para siswa-siswi kini kembali fokus mendengarkan sang guru yang tengah menerangkan pelajaran di jam tersebut, Alifa sempat tidak konsen karena tadi melihat laki-laki yang ia tendang berjalan pincang. "Lif, kenapa?" tanya Hani berbisik ketika melihat sang sahabat seraya tidak konsen. Alifa menoleh perlahan ke arah sahabatnya lalu menjawab, "Enggak papa kok." Hani yang mendengar sontak mengerutkan keningnya dengan heran, terlebih ketika sahabatnya kembali fokus melihat lurus ke depan namun dengan sorot mata yang gelisah. "Masa iya gue minta maaf, tapi dia yang mulai," batin Alifa dengan raut wajah tidak tenangnya. Waktu cepat berlalu hingga bell pulang kini berbunyi membuat para siswa-siswi bergegas merapihkan peralatana sekolah yang tadi dikeluarkan, mereka langsung beranjak keluar kelas dan berhamburan menuju parkiran. Hani bertanya, "Lif, jadikan?" Alifa yang sedang membereskan peralatan sekolahnya sontak menoleh lalu menjawab, "Iya Han jadi, takut banget enggak jadi si." "Ya takutnya lu bohong," balas Hani dengan nada cemberut. Alifa kini beranjak untuk memakai hoodie creamnya tersebut, setelahnya ia merangkul sahabatnya lalu berkata, "Lah sejak kapan gue bohong." Hani menghendikkan bahunya membuat Alifa mengerutkan keningnya, sontak Hani tertawa melihat raut wajah sang sahabat. Mereka berdua lalu beranjak keluar dari kelas sambil tertawa pelan hingga menuju parkiran. Sedangkan di sisi lain keempat laki-laki tersebut menuju parkiran dengan Eron yang berjalan perlahan karena pincang. "Ron, lu harus periksa si ini mah," kata Tian. "Nanti dirumah gue minta diurut saja," balas Eron. Aldy menyela, "Lu serius bisa bawa motor? Kalau enggak gue anterin dah." Eron sontak menoleh ke arah sang sahabat. "Lah motor lu gimana?" tanya Eron sambil mengerutkan keningnya. "Pakai motor gue, besok pagi gue jemput lu," cetus Aldy. Laki-laki tersebut menatap sahabatnya dengan tatapan membuat Aldy mengerutkan keningnya bahkan bergidik ngeri. "Ish lu kenapa?" tanya Aldy. "So sweet banget si lu, untung cowok kalau cewek gue sikat lu," kata Eron yang membuat Aldy sontak bergidik merinding, sedangkan kedua sahabat lainnya tertawa. Aldy menyela, "Bangsul lu!" Eron yang mendengar, jelas hanya tertawa pelan. "Tapi seriud enggak papa nih?" tanya Eron. "Ya enggak papa, daripada lu nanti kenapa-napa," kata Aldy membuat Eron kini kembali tersenyum manis membuat Aldy memutar bola matanya dengan jengah. Alifa dan Hani bergegas untuk menaiki motornya masing-masing namun Alifa menghentikan langkahnya membuat Hani mengernyitkan dahinya lalu mengikuti arah pandang sahabatnya yang melihat segerombolan keempat laki-laki yang sedang berjalan ke arah motor sport. "Lif, kalau lu gelisah karena rasa bersalah mending minta maaf saja, minta maaf bukan berarti kalah kok," jelas Hani pelan membuat Alifa menoleh ke arah sahabatnya. Hani hanya mengangguk seolah meyakinkan. "Enggak Han, dia yang buat ulah duluan sama gue," cetus Alifa membuat Hani hanya menatap sendu dengan helaan nafas yang gusar. Eron tidak sengaja melihat gadis tersebut yang juga menatapnya, namun gadis tersebut buru-buru memutuskan kontak mata lalu menaiki motor dan berlalu dari pandangannya. "Ron, sudah kali lihatinnya,", kata Kiky menyadari sorot mata sahabatnya tersebut. "Jadi enggak nih gue anterin," cetus Aldy, Eron manggut-manggut. Keempat laki-laki tersebut melajukan motornya keluar dari gerbang sekolahnya, tentunya dengan Eron yang diboncengi Aldy sahabatnya. *** Kedua motor matic kini terparkir didepan tukang bakso yang terkenal enak, dan tidak pernah sepi akan pembeli, namun saat itu hanya ada beberapa pengunjung yang makan di warung bakso tersebut. "Lu urat apa telur?" tanya Hani. "Urat saja," balas Alifa yang kini melangkah untuk duduk di bangku yang kosong, sedangkan Hani memesan bakso untuk mereka berdua. Dengan sorot mata yang kosong dan raut wajah gelisah Hani dapat melihat kalau sahabatnya sebenarnya khawatir akan laki-laki yang ditendangnya, namun ia sangat tahu bahwa sahabatnya benar-benar keras kepala jika di bilangin. "Lif, soal camping gimana? Om Huda ngijinin enggak?" tanya Hani seolah mengalihkan sang sahabat yang gelisah. "Terserah gue katanya, menurut lu gimana?" tanya Alifa dengan bingung. Hani menghela nafasnya gusar lalu menjawab, "Ya ikut atuh, kapan lagi kits ikut camping anju, pasti ketemu cowok-cowok ganteng nanti." Alifa yang mendengar sontak memutar bola matanya jengah lalu berkata, "Astaga Hani, dari dulu lu enggak pernah berubah, selaly ngincar cowok-cowok ganteng." Hani menyengir kuda saja lalu menyahut, "Eh Lif, jangan kaku banget apa . Kita tuh perlu memanjakan mata biar segar." Alifa terkekeh kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan. Tak lama kemudian, bakso pesanan mereka telah datang dan tidsk lupa mereka mengucapkan terimakasih. "Selsmat makan," kata Hani dengan senyuman manisnya. "Selamat makan juga," balas Alifa, yang kini meracik baksonya agar lebih enak untuk dinikmatin. Mereka kini menikmati baksonya dengan sangat lahap, sambil sesekali mengobrol bahkan bercanda membuat mereka berdua semakin menikmati waktu siang itu. Hingga kini mereka berdua telah selesai memakan baksonya, Alifa beranjak berdiri dan membayar sebelum meninggalkan warung bakso tersebut. "Lif, thank ya traktirannya," kata Hani. Alifa menyahut, "Iya sama-sama." Mereka kini menaiki motornya lalu melajukan motornta masing-masing untuk pulang kerumah. Sedangkan disisi lain Eron kini telah sampai dirumahnya di antarkan oleh ketiga sahabatnya. "Thank ya," kata Eron, ketiga sahabatnya hanya mengangguk pelan lalu kembali menutup helm fullface-nya dan setelah itu mereka melajukan motornta menjauh dari hadapan Eron. Laki-laki tersebut kini melangkah perlahan dengan kaki yang benar-benar nyeri karena tendangan gadis tersebut, Eron masuk ke rumah megahnya dengan kaki yang pincang. "Abang, lu kenapa?" tanya Akila ketika melihat sang abang. Jiya yang mendengar pertanyaan sang anak gadisnya sontak menghampiri keberadaan anak pertamanya dab langsung menyorot ke arah kaki sang anak. "Kamu kenapa Bang?" tanya Jiya. "Jatuh Bu," balas Eron dengan cengiran kudanya. Akila sontak mengernyitkan dahinya dengan curiga. "Ditendang cewek kali," uajr Akila membuat Eron yang mendengar sontak melotot tidak percaya. "Maybe," lanjut Akila. "Mamih panggilin tukang urut ya," kata Jiya. Erona mengangguk pelan lalu melangkah perlahan menuju ruang keluarganta untuk duduk di sofa, ia menghempaskan perlahan tubuhnya untuk duduk dan bersandar di sofa. "Bang, lu bukan jatuhkan?" tanya Akila dengan penasaran. Laki-laki tersebut yang mendengar pertanyaan sang adik lalu menjawab, "Kepo banget anak kecil." Sambil mengacak-ngacak rambut Akila membuat gadis mungil tersebut mengerucutkan bibirnya. "Ish! Rusak nanti rambut gue," cetus Akila yang membuat Eron hanya tertawa pelan saja. Eron kini mengambil handphonenya dan membuka sosial media dengan banyak notifikasi yang benar-benar meledak. Akila penasarana akan kegiatan sang abang, ia mulai mendekatkan perlahan tubuhnya dengan mata yang terus melirik ke handphone snag abang. "Ih anak kecil lihat-lihat aja," kata Eron ketika sadar. Akila jelas terdiam sejenak sambil cemberut, namun kini raut wajahnya kembali penasaran dan bertanya, "Bang, kemarin cewek yang lu upload siapa?" "Calon pacar," balas Eron dengan santainya. "Ah halu kali lu, mana mau tuh cewek cantik sama lu," ujar Akila dengan santainya. Eron menoleh ke arah sang adik yang kini fokus memainkan handphonenya. "Kenapa enggak mau? Gue kan ganteng, keren pula," kata Eron dengan pedenya membuat Akila kini menghentikan jari jemarinya menscroll lalu menoleh dengan raut wajah yang seolah ingin memukul sang abang. "Ganteng dari mana? Dari ujung sedotan iya," cetus Akila yang membuat laki-laki tersebut memegang dadanya dengan wajah yang penuh drama. "Ya Allah sakit hati banget abang," kata Eron yang membuat Akila terkekeh pelan mendengarnya. Akila menyela, "Atau bang, lu ngambil tuh foto di google ya? Biar enggak kelihatan jomblonya banget." Eron yang mendengar jelas merasakan sesak karena perkataan yang enteng sekali di ucapkan sang adik. "Ya Allah de, emang gue lu ama halu sama orang korea noh," kata Eron. "Yeuh gue halu juga sama orang korea yang jelas jauh enggak bisa digapai, nah coba lu halu sama orang dekat, udah dekat enggak mampu di gapai lagi, sakitnya bukan main Bang!" seru Akila dengan sarkas. Eron terdiam membisu tidak membalas perkataan sang adik yang benar namun malah membuat kepikiran dirinya, Akila yang melihat sang abang tidak membalas perkataannya lantas bertanya, "Kenapa Bang? Kepikiran kalau perkataan gue benar?" "Ish dasar anak kecil," cetus Eron sambil mengacak-ngacak rambut sang adik dengan pelan. Sedangkan di sisi lain, Alifa telah sampai diperkarangan rumahnya ia langsung memarkirkan motornya di garasi rumahnya. "Asalamuallaikum," ucap Alifa ketika membuka pintu rumahnya. "Kakak." Kean berlari kecil ketika mengetahui bahwa sang Kakaknya sudah pulang. "Halo anak kecil," kata Alifa sambil mengelus pelan pucuk rambut sang adik bontotnya. Aning yang ternyata sedang menyuapi Kean menghampiri keberadaan Kean. "Kakak sudah pulang? Tumben telat kamu," kata Aning. "Iya Bu, tadi makan bakso dulu baremg Hani," kata Alifa sambil mengecup singkat punggung tangan sang ibu, Aning yang mendengar hanya tersenyum sambil manggut-manggut saja. Aning berkata, "Kamu bersih-bersih sana." Gadis tersebut hanya mengangguk pelan lalu melangkahkan kakinya pelan menuju tamgga untuk bergegas ke kamarnya. "Kean ini makan dulu," kata Aning ketika melihat Kean mulai berlari kembali menghindar untuk disuapi. Alifa melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya, setelah itu ia masuk ke kamarnya, gadis tersebut melempar tasnya di sofa single yang berada dikamarnya lalu ia mendaratkan tubuhnya di sofa tersebut sambil bersandar. "Enak banget ketemu yang empuk," gumam Alifa. "Tendangan gue apa kekencangan ya? Sampai dia pincang gitu? Ah sudahlah, toh dia yang mau gue bertindak kasar kok," cetus Alifa seolah tidak ingin memikirkan sosok laki-laki tersebut. Gadis tersebut kini beranjak berdiri lalu bergumam, "Mending gue mandi, nonton drakor, terus ketiduran deh." Alifa kini melangkah perlahan menuju kamar mandi sambil membuka satu persatu kancing seragamnya. Seperti biasa gadis tersebut akan mandi sambil konser didalam kamar mandi. Beberapa menit kemudia ia telah selesai dengan aktifitas mandinya dan sudah menggunakan celana pendek dan baju oversize, ia beranjak untuk ke kasur king sizenya. "Kemarin sampai episode mana ya," kata Alifa sambil membuka laptopnya dan mencari aplikasi untuk menonton drama. Gadis tersebut kini mengambil cemilan untuk menemaninya menonton drama yang akan ia tonton. Hingga tak terasa waktu cepat berlalu, langit yang teduh kini mulai menggelap namun gadis tersebut masih menonton drama yang belum tuntas tersebut. Ketukan pintu membuat ia hanya menyahut, "Masuk." Sambil ia memakan cemilan yang berada di tangannya. Wanita paruh baya yang masih terlihat muda membuka pintu kamar sang anak gadisnya ketika sudah mendengar jawaban dari dalam kamar, Aning menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum ketika melihat Alifa anak pertamanya sibuk dengan cemilan dan laptopnya. "Kak, ayuk makan malam dulu," kata Aning sambil melangkag menghampiri sang anak. Alifa melihat ke arah sang ibu lalu menjawab, "Iya Bu, sebentar. Tanggung." "Ayah sudah nungguin loh," kata Aning dengan pelan membuat Alifa kini mempause drama yang ia tonton, lalu melipat rapih cemilan yang masih tersisa. Gadis tersebut kini berajak turun dari kasur king sizenya lalu menghadap ke sang ibu dengan senyuman tipis di bibirnya, Aning memgelus pelan pucuk rambut sang anak gadisnya dengan tulus. "Ayuk Bu, nanti Ayah kelamaan nunggu lagi," kata Alifa yang membuat Aning mengangguk pelan. Kedua orang tersebut kini keluar dari kamar lalu melangkah menuruni anak tangga dan menujur ruang makan yang sudah. "Pasti nonton drama ya kamu Kak," kata Huda ketika melihat sang istri dan anak gadisnya melangkah. Alifa sontak langsung memeluk sang ayah lalu mengecup singkat pipi Huda lalu berkata, "Iya Yah, maaf ya nungguin Kakak." Huda tersenyum tipis lalu menjawab, "Hmm bisa banget ngerayunya, yasudah kamu duduk." Gadis tersebut lalu duduk dikursi yang sudah biasa ia duduki. Mereka menikmati makan malam bersama dengan hikmat, sambil sesekali mengobrol dan bercanda dengan hangat. "Bu, lusa Ayah akan kerja diluar kota, kemungkinan paling lama sebulan," kata Huda. Alifa yang mendengar langsung menoleh ke arah sang Ayah lalu bertanya, "Kok mendadak si Yah?" Dengan raut wajah yang cemberut membuat Huda tersenyum tipis lalu menjawab, "Loh ini Ayah kasih tahu sekarang, berarti bukan mendadak dong." "Yasudah Yah nanti Ibu siapin semuanya," balas Aning membuat Huda tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. Kean berkata, "Oleh-oleh buat aku jangan upa ya Yah." "Siap laksanakan bos." Huda menghormat ke arah anak bungsunya membuat mereka yang melihat hanya tertawa begitu juga dengan Kean. Alifa kini menaiki anak tangga setelah selesai makan malam, yaps ia melanjutkan untuk menonton drama yang belum tuntas namun sebelum itu ia menutup hordeng jendela kamarnya, dan melanglah menuju wastafel untuk mencuci makan serta menggosok gigi karena bsia saja nanti ia akan ketiduran. Sedangkan di sisi lain, Eron yang merebahkan tubuhnya di atas kasur king sizenya dengan tangan yang menjadi bantalan untuk kepalanya, ia menatap lurus ke arah langit-langit kamarnya, kakinya sudah sedikit enakan karena di urut. "Dia beda, makanya gue penasaran," gumam Eron dengan senyuman yang penuh arti. Alifa kini sudah mulai sedikit mengantuk, ia melihat ke arah jam dindingnya dan ternyata sudah menunjukkan jam 23.00 malam, ia memutuskan untuk menutup laptopnya dan menaruhnya di atas meja nakas samping kasurnya, tidak lupa ia juga mematikan lampu kamarnya agar dapat tertidur nyenyak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD