Hari minggu emang paling enak untuk bersantai dan bangun sedikit siang, namun tidak bisa dilakukan oleh gadis cantik tersebut walau sebenarnya ingin sekali ia melakukannya, sahabatnya sudah berada di kamarnya pagi-pagi buta untuk mengajaknya jogging dengan udara yang sejuk. "Lif, cepatan ish lama banget," kata Hani ngedumel.
Alifa yang selesai berganti baju dengan baju hitam polos, dan celana training sontak mendenguskan nafasnya saja. "Yailah Han, ngapain buru-buru si," kata Alifa yang kini sudah ada di hadapan sahabatnya.
Hani sontak beranjak berdiri dari posisi duduknya. "Kalau kesiangan namanya bukan jogging tapi bakar kulit," cetus Hani membuat Alifa hanya menggelengkan kepalanya pelan.
Mereka berdua lalu melangkahkan kakinya keluar kamar sahabatnya lalu menuruni anak tangga dengan perlahan. "Kita jogging dimana?" tanya Alifa.
Hani terdiam sejenak sebelum berkata, "Taman GY aja, ramai jajanan juga disitu." Alifa sontak menoleh ke arah sang sahabatnya lalu menyela, "Lu niat mau jogging apa ngincar makanan?" Hani hanya menyengir kuda saja membuat Alifa hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Yakan sekalian Lif," kata Hani.
"Kiraib belum bangun Kak," ujar Huda tiba-tiba ketika melihat anak gadisnya menuruni tangga bersama sahabatnya.
Hani mencetus, "Kayanya langka banget ngelihat lu bangun pagi di hari minggu." Sambil tertawa pelan membuat Huda juga tertawa, Alifa hanya memutar bola matanya dengan jengah.
"Ish Ayah!" seru Alifa dengan raut wajah yang merajuk karena sang ayah meledeknya. Wanita dengan raut wajah yang masih terlihat muda walau mempunya 3 anao melangkah sambil membawakan secangkir teh untuk diberikan sang suami. "Kalian jadi jogging?" tanya Aning dengan lembut.
"Jadi Bu," balas Alifa.
Hani menyahut, "Jadi dong Tante, masa iya enggak jadi." Aning yang mendengar perkataan sahabat sang anak hanya tertawa pelan.
"Yasudah sana kalian berangkat, nanti keburu siang lagi," kata Huda membuat mereka berdua mengangguk, tidak lupa untuk berpamitan kepada Huda dan Aning.
Alifa dan Aning melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang tidak terlalu megah namun nyaman. "Boncengan aja," kata Hani membuat Alifa hanya mengangguk tipis, gadis tersebut memutuskan untuk menggunakan motornya.
Alifa melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari perkarangan rumahnya, Hani yang diboncengnya tidak lupa membuat story di sosial medianya dan ia juga mentag sahabatnya. Alifa tiba-tiba menghentikan motornya dipinggir jalana membuat Hani sontak mengernyitkan dahinya.
"Kenapa si Lifa?" tanya Hani dengan bingung.
Alifa menoleh ke arah sahabatnya lalu menjawab, "Gue lupa bawa duit lagi." Hani yang mendengar jelas menghela nafasnya gusar.
"Ya Allah Lif, gue kira tuh kenapa. Tenang. Gue bawa duit kok," kata Hani membuat Alifa yang mendengar kini menyengir kuda lalu lanjut melajukan motornya dengan kecepatan standar menuju taman yang mereka tuju.
10 menit kemudian, karena jalanan cukup lenggang mereka bisa sampai lebih cepat dari biasanya, gadis tersebut langsung memarkirkan motornya di tempat parkir yang cukup ramai berjajar motor-motor. "Han, kayanya ramai banget deh," kata Alifa.
Hani turun dari motor lalu berkata, "Ya namanya juga minggu, pasti ramai lah." Alifa turun dari motor lalu diberikan secarik kertas yang di laminating sebagai tanda parkir.
"Nih pegang," kata Alifa, Hani hanya menoleh sejenak lalu mengambil secarik kertas tersebut dan memasukkan kedalam tas selempang yang ia kenakan.
Mereka berdua kini mulai melangkah perlahan menuju masuk taman, dan benar saja keadaan taman benar-benar ramai dengan berbagai macam orang dan aktifitasnya, berjajar pula tukan makanan yang siap untuk dinikmati. "Lif, ada bubur Lif," kata Hani.
Gadis tersebut hanya menggelengkan kepala pelan lalu mulai berlari kecil meninggalkan sahabatnya yang masih menatap ke arah gerobak coklat yang berjualan bubur ayam tersebut. "Lif, ayuk makan." Ia meraba namun sahabatnya tak tersentuh sama sekali, ia menoleh dan terkejut ketika sang sahabat sudah tidak ada disampingnya.
"Lif!"
"Alifa! Tungguin," kata Hani ketika melihat sang sahabat sudah berlari kecil, tanpa pikir panjang ia langsung berlari untuk menyusul sahabatnya tersebut.
Alifa tersenyum tipis ketika melirik sang sahabat audah berada di sampingnya dengan nafasnya tersenggal karena berlari cepat. "Ntar dulu Lif, cape banget gue," kata Hani seraya menyerah.
"Baru mulai udah cape aja," kata Alifa yang masih meneruskan lari kecilnya namun tidak meninggalkan sahabatnya tersebut, gadis tersebut kini membalikkan badannya melihat sahabatnya yang sedang lelah dengan posisi seperti rukuk. "Ayuk jogging, tadi aja dirumah semangat banget," kata Alifa sambil berjalan mundur.
Hani hanya menunjuk-nunjuk saja membuat Alifa hanya tersenyum, hingga dimana gadis tersebut tidak sengaja menubruk tubuh bidang yang membuatnya reflek menoleh lalu berkata, "Sorry."
"Eh jodoh kok disini, tuh benarkan kita ditakdirin buat saling berhubungan." Raut wajah yang bersalah dan bersahabat kini menjadi raut wajah datar dengan tatapan dingin, Hani menghampiri perlahan sahabatnya.
"Lu enggak papa Lif?" tanya Hani, gadis tersebut melihat ke arah sahabatnya dengan anggukan.
"Kalian berdua saja?"
Hani menjawab, "Iya Ron." Yaps, laki-laki tersebut adalah Eron seorang yang sudah mengganggu Alifa dan terkadang merusak moodnya.
Gadis tersebut sama sekali tidak tertarik untuk mengobrol dengan laki-laki dihadapannya tersebut, Alifa ingin melangkah untuk menjauh dari laki-laki tersebut namun sangat disayangkan Eron dengan cepat menggenggam tangan gadis tersebut membuat Alifa menatap dengan tajam. "Lepasin enggak?!" seru Alifa.
"Enggak," balas Eron dengan senyuman tipis.
Tanpa pikir panjang gadis tersebut menghempaskan dengan kasar membuat Hani mendekat ke arahnya lalu merangkul tangan sahabatnya untuk menenangkan. Eron hanya mengulumkan senyum tipis dibibirnya melihat raut wajah gadis yang kesal terhadapnya. "Ngerusak mood pagi gue aja lu!" seru Alifa dengan ketus, lalu ia melangkah menjauh dari Eron yang tiada hentinya tersenyum menyeringai menatap punggu gadis tersebut yang menjauh.
"Makin lu nolak, makin gue ngerasa ketantang buat deketin lu," kata Eron, ia lalu melanjutkan joggingnya yang berbeda arah dengan gadis tersebut.
Sedangkan Alifa kini dengan mood yang tidak baik terbukti dengan Hani yang meringis karena dicengkram kencang sahabatnya. "Awksh, Lif! Sakit," kata Hani yang membuat gadis tersebut menoleh lalu melepas cengkraman tangannya. "Maaf Han, kelepasan," ujar Alifa dengan rasa bersalah.
Hani memegang pergelangan tangannya lalu berkata, "Kesal sama siapa gue yang kena tulahnya." Gadis tersebut jelas menatap sahabatnya dengan raut wajah bersalah, ia mengerucutkan bibirnya membuat Hani yang melihat jelas terkekeh sejenak
"Iya iya gue maafin, lagi lu kenapa si gitu banget sama Eron, dia baik loh, kayanya juga suka sama lu," kata Hani.
Alifa menarik nafasnya dalam-dalam lalu berkata, "Lu enggak lihat trek rekornya dia? Terus lu mau sahabat lu ini masuk perangkap buaya kaya dia." Sambil melangkah perlahan menyusuri taman tersebut, Hani terdiam mendengar perkataan sahabatnya.
"Ya gue enggak mau, cuman siapa tau sama lu dia berubah dan luluh," kata Hani.
Gadis tersebut tertawa pelan membuat Hani jelas mengerutkan keningnya dengan heran. "Han, berubah itu cuman mitos, suatu waktu bisa kambuh," cetus Alifa.
"Kalau nantinya lu jatuh hati gimana?" tanya Hani to the point, kini Alifa terdiam atas pertanyaan sahabatnya. "Lu bisa aja bilang enggak mungkin, tapi hati mana ada yang tahu Lif," lanjut Hani membuat gadis tersebut semakin membisu.
Alifa mengelak, "Udah ah, kenapa jadi ngomongin tuh cowok si!" Ia merangkul tangan sang sahabat untuk kembali melangkah menyusur taman, jujur saja ia hanya ingin menghindar dari pertanyaan yang tak mungkin ia jawab, karena ia tidak ingin kena tulah atas perkataannya nanti.
30 menit berlalu mereka berlari kecil.
"Lif, udah udah nyerah gue, serasa mau pingsan nih gue," kata Hani membuat Alifa menghentikan lari kecilnya, ia tersenyum lalu menghampiri sahabatnya yang nafasnya sudah tersenggal.
Alifa berkata, "Yaudah kita makan, lain kali jangan ngajak-ngajak gini kalau lunya aja enggak kuat." Hani hanya menyengir kuda saja dengan keringat yang mengucur deras di wajahnya.
"Ayuk kita makan," kata Hani membuat gadis tersebut menatapnya heran ketika wajah sahabatnya berubah menjadi segar ketika di ajak makan.
Alifa menggelengkan kepalanya pelan ketika Hani merangkul tangannya dan berjalan cepat ke arah tukang jajanan yang penuh dengan para pembeli yang berada ditaman tersebut. "Lu mau beli apa?" tanya Alifa, Hani terdiam melihat tukang jajanan yang berjajar di hadapannya.
"Tadi mau bubur katanya," cetus Alifa.
"Oke bubur, habis itu beli cemilan lainnya," ujar Hani membuat Alifa yang melongo sebentar.
Alifa menggelengkan kepalanya ketika melihat sang sahabat sudah melangkah ke arah tukang bubur. "Emang kesini niatnya jajan dia mah," gumam Alifa sambil terkekeh kecil.
Gadis tersebut lantas menghampiri sahabatnya yang sudah duduk manis di meja kosong. "Lu udah gue pesanin, tanpa kacang kan," kata Hani ketika Alifa mendaratkan pantatnya di bangku plastik.
"Makasih ya," ujar Alifa membuat Hani hanya mengangguk dengan senyuman.
Gadis tersebut hanya terdiam saja menunggu pesanannya, karena ia lupa membawa handphonenya. "Lu enggak bawa handphone?" tanya Hani sambil menoleh ke arag sahabatnya.
Alifa menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Lupa." Hani menatap jengah ke sahabatnya lalu menyahut, "Pantesan lu kaya orang pengo." Sambil tertawa membuat gadis tersebut menatap kesal namun setelahnya ia juga tertawa.
Dua bubur dengan kerupuk diatasnya terhidang di hadapan mereka. "Bang, bubur satu tanpa kacang ya." Alifa yang sedang menuangkan sambel ke buburnya jelas mengernyitkan dahinya ketika ia mengenal suara bass tersebut.
Alifa mendongak dan jelas terkejut ketika melihat Eron sudah berada di hadapannya dengan senyum manis dibibirnya. "Tenang, gue kesini cuman mau makan bubur kok, enggak akan ganggu," kata Eron sebelum ia di caci maki oleh gadis dihadapannya.
Gadis tersebut menoleh kesana kemari membuat Eron berkata, "Ini doang meja yang kosong, lain sudah penuh." Alifa yang mendengsr jelas menatap tajam.
"Udah Lif, makan aja. Dia enggak ganggu ini," kata Hani sedikit berbisik, Alifa menoleh ke arah sahabatnya yang mengangguk seolah memberi kode agar membiarkan. Gadis tersebut menghela nafasnya, lalu memutar bola matanya dengan jengah.
Eron tersenyum tipis, tanpa sengaja ia memotret gadis tersebut tanpa diketahui namun Hani mengetahui dan tersenyum tipis. "Lif lu ikut buat camping nanti?" tanya Hani.
Alifa terdiam sejenak lalu menghendikkan bahunya membuat Eron menatap gemas. "Enggak tahu, males gue," kata Alifa dengan santai.
Eron menimbrung, "Eh ikut dong, biar ketemu gue nanti." Gadis tersebut hanya menatapnya dengan sorot mata yang tajam membuat Eron hanya tersenyum menampilkan gigi rapihnya.
"Kalau lu enggak ikut, gue sama siapa?" tanya Hani dengan sorot mata yang membinar, membuat Alifa menghela nafasnya.
"Lagi juga masih sebulan lagi kan nanti gue pikirin lagi gimana mood gue," balas Alifa mmebuat Hani tersenyum kemenangan, setidaknya ia sudah merubah prinsip sahabatnya yang malas menjadi nanti dipikirin lagi.
Laki-laki tersebut sudah selesai dengan makan ia beranjak berdiri dan melangkah untuk membayar buburnya tersebut, setelah itu ia berpamitan kepada kedua gadis tersebut. "Han, duluan ya." Hani hanya mengangguk tipis.
"Calon pacar, aku duluan ya," kata Eron dengan lembut membuat Alifa melotot tak percaya atas perkataan Eron yang kini sudah tidak ada lagi dipandangannya.
Hani tertawa lalu menggoda sahabatnya. "Cie calon pacar banget enggak tuh," kata Hani lalu kembali tertawa membuat Alifa menatap jengah ke sahabatnya.
"Puas lu?!" seru Alifa sambil beranjak berdiri membuat Hani juga ikut berdiri.
"Cie," kata Hani sambil menaikkan kedua alisnya membuat Alifa menatap malas lalu mencetus, "Gue tinggal nih. Udah sana bayar!"
"Iya iya," jawab Hani yang kini melangkah ke tukang bubur untuk membayar.
Alifa menunggu disebrang dengan raut wajah heran ketika sahabatnya menoleh ke arah lain, Hani kini melangkah mendekat ke arah sahabatnya yang menunggu. "Kenapa Han? Kurang?" tanya Alifa.
"Eron ngebayarin," jawab Hani membuat Alifa jelas menatap tidak percaya. "Serius?" tanya Alifa dengan tidak percaya, Hani mengangguk untuk menjawabnya.
"Tuh cowok maunya apa si?!" seru Alifa dengan kesal.
Hani menyela, "Bukannya harus bersyukur kita dibayarin."
"Enggak kalau dibayarin dia mah, gue tahu dia ada maunya!" seru Alifa.
"Su'udzon mulu lu sama dia, siapa tahu emang dia lagi banyak rejekinya," kata Hani.
Mereka berdua kini melangkahkan kakinya menuju tempat parkir taman tersebut, lalu melajukan motornya meninggalkan perkarangan taman tersebut setelah memberikan kertas parkir tadi.
***
Eron telah sampai di perkarangan rumah megahnya, ia memarkirkan motor sportnya tepat di garasi rumahnya setelah itu ia turun dan melangkah masuk ke dalam rumahnya sambil memelas hoodie yang ia kenakan tadi. "Bang, sudah selesai joggingnya?" tanya Jiya - Sang Mamih.
"Udah Mih," balas Eron sambil kini mengecup punggung tangan Mamihnya.
Jiya tersenyum tipis lalu berkata, "Yasudah sana kamu bersih-bersih." Eron mengangguk pelan, lalu melangkahlan kaki menaiki anak tangga menuju kamarnya.
"Abang baru pulang Mih?" tanya Akila - adik perempuan satu-satunya Eron.
Jiya menoleh ke anak gadisnya lalu mengelus pucuk rambut Akila sambil menjawab, "Iya sayang."
Eron merebahkan tubuhnya di sofa kamar pribadinya sebelum memutuskan untuk bersih-bersih tubuhnya dari keringat yang menempel. Laki-laki tersebut kini mengambil handphone di saku celananya, ia membuka galeri dan melihat foto yang ia ambil tanpa sepengetahuan gadis tersebut. "Masa iya lu enggak bisa takluk sama gue?" tanya Eron dengan senyuman penuh arti.
Eron kini membuka sosial medianya yang tidak pernah sepi dari notifikasi pesan dan yang memfollownya, dengan sengaja ia mengupload story foto gadis tersebut dengan caption 'Calon' dengan emoticon love merah, dan setelah itu ia tinggalkan handphonenya begitu saja di atas sofa dan ia melangkah untuk ke kamar mandi.
Handphone Eron tiada hentinya mendapat notifikasi pesan yang mempertanyakan soal hubungan dengan gadis tersebut, sedangkan akun hits sekolah tersebut jelas tidak menyianyiakan akan gosip tersebut.
Sedangkan di sisi lain Alifa merebahkan tubuhnya kembali setelah mengantarkan sahabatnya kedepan rumahnya untuk pulang karena waktu sudah semakin siang. Hingga ketukan pintu kamarnya membuat gadis tersebut berkata, "Masuk."
Alifa melirik sejenak untuk melihat siapa yang masuk kedalam rumahnya, dan ia langsung memposisikan dirinya untuk duduk. "Ibu, kenapa?" tanya Alifa dengan lembut.
Aning menghampiri sang anak lalu mengelus pelan pucuk rambut sang anak gadisnya. "Ayuk makan sayang, kamu belum makan kan?" tanya Aning.
"Aku udah makan Bu," kata Alifa membuat Aning jelas mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Makan apa kamu Kak?"
"Makan bubur," balas Alifa.
Aning tersenyum tipis lalu berkata, "Itukan tadi pagi sayang, ini sudah siang loh Kakak, emang cacing diperut kamu enggak demo." Gadis tersebut kini melihat ke arah perutnya yang sudah berbunyi, ia mendongak ke arah sang Ibu lalu menyengir kuda jelas membuat Aning tersenyum geli.
"Yasudah ayuk kita makan," kata Aning membuat Alifa kini beranjak berdiri lalu mengangguk pelan, ia merangkul pinggang sang ibu dengan manjanya.
Kedua wanita tersebut melangka menuruni anak tangga sambil bersendau gurau membuat sang Ayah yang berada di ruang meja makan mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Ngobrolin apa si kalian, kayanya seru banget."
Alifa menjawab, "Kepo nih Ayah." Huda yang mendengar jawaban dari sang anak hanya terkekeh kecil sambil menatap anak gadisnya.
Gadis tersebut duduk sambil melihat ke arah meja makan yang sudah terhidang masakan sang ibu yang pasti menggugah selera. Mereka menikmati makan siang bareng di ruang makan yang menghangat karena kedekatan mereka sebagai keluarga benar-benar terasa. "Yah, Bu, sekolah Kakak bakal ngadain camping," kata Alifa.
"Aku ikut dong Kak," sela Kean dengan cengiran khasnya, Alifa sontak tertawa pelan lalu menjawab, "Nanti kalau kamu sudah besar baru boleh ikut."
Kean jelas mengerucutkan bibirnya lalu berkata, "Yaah Kaka mah pelit." Alifa hanya terkekeh melihat sang adik bertingkah seperti itu, terlebih sang adik ini natanya sangat bulat, wajahnya tampan pokoknya bibit unggul.
"Kapan Kak?" tanya Huda.
Alifa menoleh ke arah sang Ayahnya lalu berkata, "Sebulan lagi si Yah mungkin."
"Yeuh baru sebulan lagi, bilangnya sekarang," cetus Agung.
"Yeuh ngiri aja lu," kata Alifa meledek sang adik pertamanya.
Aning memperingati, "Kak." Alifa kini tersenyum tipis mendengarnya peringatan sang Ibu.
"Terus Kakak boleh ikut enggak nih?" tanya Alifa.
"Ya Ayah mah terserah kamu Kak, kamu yang enggak bisa ditebakkan mood pas keberangkatan," jelas Huda membuat Alifa menyengir kuda saja, karena sang Ayah sudah sangat paham bagaimana sang anak.
"Emang camping kemana Kak?" tanya Aning dengan penasaran.
"Lupa aku, nanti aku kasih suratnya deh," jawab Alifa.
Agung menyela, "Pikun dasar, masih mudah padahal." Alifa memandang tajam ke arah adik pertamanya membuat kedua orang tuanya hanya menggelengkan kepala melihat mereka bertingkah saling meledek.
"Yah, aku mau mobil-mobilan," ujar Kean tiba-tiba membuat Huda mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Bukannya kemarin kamu habis beli?"
Kean menyengir kuda lalu menjawab, "Rusak."
"Astaga Kean," ujar Alifa sambil menggelengkan kepalanya pelan mendengar jawaban sang adik yang sangat boros soal mainan.
"Yasudah nanti kita beli," kata Huda membuat Kean kini bersorak gembira mendengarnya.
Waktu sangat cepat berlalu hingga dimana siang berganti sore, dan langit teduh berubah menjadi langit gelap yang cantik di sianri beberapa bintang dan satu bulan yang terang menerang, Alifa berada di dalam kamarnya setelah makan malam bersama keluarganya.
"Nonton drama apalagi nih yang seru, stok drama gue sudah pada habis," gumam Alifa ketika menatap laptopnya yang menampilkan aplikasi untuk mencari drama.
Gadis tersebut memutuskan untuk menonton drama yang sedang menjadi bahan perbincangan di sosial media dan ia sering kali melihat spoilernya lewat di aplikasih tok-tok. Hingga tak terasa matanya mulai berat dan mengantuk, gadis tersebut memutuskan untuk menyudahi setelah menonton 2 episode. Gadis tersebut menguap beberapa kali, ia melirik ke arah jam dindingnya yang sudah menunjukkan waktu semakin larut.
***
Sinar mentari kini kembali bertugas untuk menyinari perkotaan yang padat akan penduduk, gadis tersebut terbangun dari tidur nyenyaknya karena alarm yang berbunyi dari handphonenya, ia meraba untuk mematikan alarm tersebut. Alifa beranjak memposisikan dirinya agar terduduk, ia mengucek matanya perlahan lalu merentangkan tangannya.
Alifa melangkahkan kakinya membuka hordeng agar cahaya mentari masuk ke kamarnya. Suara ketukan pintu membuatnya menyahut, "Siapa?"
"Kak ini gue, lu udah bangun belum?" Alifa hanya memutar bola matanya jengah ketika tahu suara siapa tersebut, ia sedang membereskan kasur tempat ia tidur. "Sudah, duluan aja. Gue mau mandi dulu," kata Alifa dengan sedikit lantang, tak ada lagi sahutan karena adik pertamanya sudah berlalu setelah mendengar jawaban dari sang kakak.
Alifa memutuskan untuk melangkah ke kamar mandi untuk bergegas membersihkan tubuhnya dan rapih-rapih karena waktu semakin berlalu. Setelah selesai dengan aktifitas mandinya dan memakai seragam yang diselimuti oleh hoodie cream oversize, ia keluar dari kamar dan melangkah menuruni anak tangga menuju ruang makan yang ada adik pertamanya dan sang ibu saja.
"Ayah mana Bu?" tanya Alifa sambil mendaratkan tubuhnya ke kursi makan untuk duduk.
Aning menjawab, "Ayah sudah berangkat Kak, katanya ada meeting." Alifa hanya ber oh ria lalu mengambil sarapan untuk mengisi perutnya.
"Lah si Agung berangkat sama siapa?" tanya Alifa.
Agung menjawab, "Ya sama lu lah."
"Kamu anterin ya Kak, kan searah juga," kata Aning dengab lembut.
Alifa memutar bola matanya dengan jengah lalu menjawab, "Yaudah, terpaksa nih karena Ibu aja." Agung yang mendengar sontak bermenye-menye, membuat Aning hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat kedua anaknya tersebut.
Waktu semakin berlalu, kini Alifa dan Agung berpamitan untuk berangkat sekolah lalu melangkah keluar rumah. Gadis tersebut kini melajukan motornya dengan kecepatan standar keluar dari perkarangan rumahnya, ia menuju sekolah adiknya yang kebetulan biasa ia juga.
10 menit kemudian ia menghentikan laju motornya di gerbang tempat sekolah Agung. "Sekolah lu yang benar," kata Alifa dengan serius.
"Iya, udah sana lu ah," balas Agung membuat Alifa kini kembali melajukan motornya untuk menuju ke sekolahannya.
Hanya butuh waktu 15 menit jika tidak terjebak macet untuk mencapai sekolahnya, gadis tersebut kini masuk ke gerbang sekolahannya dan menuju parkiran, seperti biasanya parkiran sudah cukup ramai dan padat hingga ia harus mencari untuk memarkirkan motornya.
Alifa melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolahan, ia mengenakan airpods untuk mendengarkan lagu. Gadis tersebut mengernyitkan dahinya ketika semua yang berada di koridor sekolahan seolah memperhatikan dirinya. "Lagi pada sakit kali ya nih semua orang," gumam Alifa yang kini tidak memperdulikan mereka.
Gadis tersebut kini masuk ke dalam kelas dan tentu ia melihat mereka yang menatap ke arahnya dengan mulut yang seolah membicarakannya, ia melepas airpodsnya dan melangkah ke tempat duduk yang ternyata sudah ada sahabatnya. "Han, semua orang pada kenap si? Emang ada yang salah dari gue?" tanya Alifa dengan bingung.
Hani berkata, "Lu duduk dulu sini." Alifa lantas langsung beranjak duduk di kursinya, ia mengernyitkan dahinya menatao sahabatnya.
"Ada apa si?" tanya Alifa to the point.
"Lu enggak lihat handphone lu dari kemarin?" tanya Hani.
Alifa menjawab, "Kayanya enggak si, kenapa emang?" Gadis tersebut masih saja menatap untuk mendengarkan jawaban dari sahabatnya. Alifa melepas hoodienya, untuk mengambil handphone yang ada di saku seragamnya.
"Lu lihat coba," kata Hani.
Alifa berkata, "Gue lupa belum beli paket." Hani yang mendengar jelas menghela nafasnya gusar menatap jengah sahabatnya, tanpa pikir panjang ia memperlihatkan sosial media yang tengah ramai akan Alifa.
"Ini gue? Siapa yang motoin? Ntar dulu, ini sosial media siapa?" tanya Alifa bertubi-tubui, ia menzoom nama sosial media yang menguplod fotonya hingga terpampang di sosial media sekolah hits. Alifa menatap sahabatnya dengan rasa tidak percaya. "Ya, itu sosial medianya Eron," ucap Hani pelan.
Alifa menggebrak meja dengan rasa emosi yang benar-benar muncak. "Tuh cowok maunya apa si?! Enggak ada capeknya bikin gue emosi!" seru Alifa dengan nafas yang memburu, sedangkan semua yang berada di kels menoleh ke arah sumber gebrakan tersebut.
"Kenapa lu pada lihatin? Mau gue colok tuh mata?!" seru Alifa dengan ketusnya.
Hani mengelus punggung sang sahabat lalu berkata, "Lif sabar."
"Gimana bisa sabar, gilaa aja lu hidup gue di ganggu mulu loh, ini lagi dia diam-diam foto gue!" seru Alifa mencak-mencak.
Baru saja wanita ingin melangkah keluar namun bell masuk sudah berbunyi membuat ia mengurungkan niatnya. "Awas aja tuh cowok!" seru Alifa dengan tangan yang mengepal di atas meja, Hani yang melihat sontak bergidik ngeri, pasalnya sahabatnya kali ini sepertinya benar-benar emosi.
Pelajaran dimulai, namun gadis tersebut tidak konsen dalam belajar, ia ingin sekali meluapkan emosinya. Sedangkan di sisi lain Eron memasuki kelas yang semua teman sekelasnya menatapnya seolah minta penjeladan atas foto yang ia upload kemarin. "Nah ini biang keroknya," kata Kiky.
Aldy menyela, "Ron, Ron, suka banget buat heboh sekolahan si lu."
Eron berkata, "Ada apa si kawand, bawa santai aja brodi."
"Lu kemarin habis dari mana sama dia? Jogging bareng?" tanya Tian, laki-laki tersebut yang di tanya hanya menyeringai kecil saja lalu duduk di kursinya.
"Seriusan lu jogging sama dia?" tanya Aldy dengan penasaran.
"Enggak sengaja ketemu," balas Eron dengan santainya.
Ketiga sahabatnya jelas mengerutkan dahinya saling menatap satu sama lain. "Tapi kok bisa makan bareng?" tanya Kiky.
"Kalau itu gue sengaja duduk di depan dia," kata Eron membuat ketiga sahabatnya menggelengkan kepalanya pelan.
"Lu yakin dia enggak masalah? Dicakar tahu rasa lu," kata Tian lalu tertawa membuat kedua sahabatnya juga tertawa mendengarnya.
Eron menyela, "Bukannya dia harusnya senang ya gue upload kaya gitu."
"Hei Zeroun! Dia beda dari para wanita lu ya jangan samain si Alifa kaya yang lainnya," cetus Aldy.
Kiky menyela, "Nah setuju gue."
Eron sontak tersenyum miring membuat ketiga sahabatnya menatap dengan tatapan jengah ke arahnya. "Gue yakin nanti ada yang mencak-mencak si," ujar Tian. Kiky dan Aldy manggut-manggut seraya setuju atas perkataan Tian.
Bell istirahat berbunyi membuat mereka berhamburan keluar kelas untuk bermain, atau ingin mengenyangkan perutnya. Alifa masih berada di dalam kelas dengan amarah yang ia pendam, ia keluar kelas dengan buru-buru. "Alifa tungguin!" seru Hani yang kini menyusul sahabatnya tersebut.
Alifa melangkah dengan sorot mata yang tajam, wajah yang datar dan cenderung judes, membuat siapapun pasti mengetahui dalam mode apa gadis tersebut.