BAB 8

909 Words
Karena Dara sudah tidak hamil, akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke SMA Nusa Bakti, dan ternyata dia diterima dengan baik oleh kepala sekolah dan guru-guru, anggap saja yang kemarin adalah pelajaran yang berharga dan tidak boleh diulangi lagi. Meskipun Dara sudah tidak memiliki teman, tatapan sinis di mana-mana, itu memang masalah yang harus dipertanyakan jika sudah memiliki citra yang buruk, selamanya akan dianggap buruk. Biasanya dulu Dara akan berjalan di koridor bersama gengnya, tapi sekarang dia hanya sendiri, mulai percaya diri mulai menurun, hanya tidak aman yang sekarang mulai percaya diri , tetapi semua itu harus diselesaikan demi sekolah, biar bisa buka ke perguruan tinggi untuk mendapatkan yang dituju. Seseorang yang datang dari Arah belakang, langsung menggenggam tangan Dara, membuat gadis itu menoleh dan mendapati laki-laki keren yang bahkan enggak senyum, dia terus berjalan tanpa menoleh ke arah Dara. Dara tersenyum, seperti ada kekuatan baru untuknya. Setelah sampai di kelas, Dara langsung ke tempat duduknya, di sana sudah ada Niken. "Lo nggak ada hak, gue udah punya teman duduk baru!" "Siapa?" "Murid pindahan, dia baru masuk pembaruan yang lalu. Lagian bukan teman gue lagi." Kursi yang tersisa hanya yang paling belakang. Dara tidak mau duduk di sana sambil main bersama cowok yang hobinya tidur dan main game . Akan jadi apa nanti kalau duduk bareng cowok suka itu. "Dar!" Varel langsung menghampiri Dara. "Lo duduk bareng gue aja." Navin yang mendengar hal itu langsung protes. "Terus gue gimana?" "Lo kan cowok, duduk aja sama Ucup di belakang!" "Lo aja." "Gue enggak mungkin ya biarin calon istri gue duduk sama cowok lain." Seisi kelas langsung menoleh ke Arah Varel, termasuk Dara kaget dengan penuturan Varel. Di sisi lain, ada Niken yang kesal, dia sudah menyukai Varel dari dulu, tapi Varel enggak pernah melihatnya. Niken : Lele, gue enggak suka ya mantan lo pacaran sama gebetan gue, lo harus hancurin hubungan mereka. "Rel, lo kok bilang gitu, sih?" tanya Dara, setelah dia duduk di tempat duduk Navin. "Biar orang-orang enggak anggap gue gay. " Gue kira karena lo emang udah nerima gue sebagai calon istri lo, Rel. "Gue harap lo enggak baper sama gue, Dar. Karena kita berbeda, gue suka yang sama." "Iya, santai." *** Semenjak pergi dari rumahnya, Varel menginap di rumah Gilang. Mereka sekamar, semakin leluasa untuk bermain-main. Sore ini saat Varel baru masuk kamar, terlihat Gilang yang masih pakai seragam duduk di tepi kasur, sambil memasang wajah datar. "VAREL!" Gilang beranjak dari tempatnya. "Aku enggak suka ya kalau kamu selingkuh!" Varel terdiam. Dia pasti sudah lihat postingan di i********:. "Rel, selama ini aku setia, bahkan aku enggak pernah dekat sama cewek atau cowok lain, karena aku jaga hati aku buat kamu. Lalu sekarang?" Varel menghela napas. "Maaf, Lang. Itu enggak seperti apa yang kamu lihat. Kamu salah paham." "Aku enggak suka kamu, kamu berantem sama orang cuma karena belain cewek lain, aku enggak suka kamu akuin cewek lain jadi pacar kamu. Kamu enggak mikir gimana sakitnya hati aku, Rel?" Gilang meneteskan air matanya, badannya luruh di lantai. Isakan tangis mulai terdengar, lalu Varel berjongkok dan memeluk Gilang, memberikan ketenangan untuk laki-laki itu. "Aku terpaska akuin Dara pacar aku karena aku enggak mau orang-orang bully aku karena aku gay." "Rel, bahkan teman-teman sekolah aku tahu kalau aku itu gay, dan itu enggak masalah. This is my life, orang mau berkata apa juga aku bodo amat." Varel menjauhkan tubuhnya dari Gilang, lalu menatap cowok itu. "Aku enggak bisa, aku enggak mau menghilangkan image cool, aku enggak mau hilangin image aku anak baik-baik." "Persetan dengan pecitraan!" "Aku bakal posting foto kita di i********:, lalu tag akun gosip sekolah kamu, biar semua tahu seorang Varelio Harris yang dipuja-puja adalah gay!" Gilang langsung beranjak dari tempatnya, dan mengambil ponsel dari atas meja. Dia mencari foto mereka yang ada di galeri. "Gilang, kamu jangan gila!" "Biar enggak ada lagi cewek dan cowok b*****t yang godain kamu, aku ingin dunia tahu Varel cuma punya Gilang!" Varel melihat instagramnya, dan terlihat tag dari Varel. Gila dia benar-benar nekad. "Oke, kamu udah ngelakuin apa yang aku benci. Sekarang kita putus, Lang." Varel langsung keluar dari kamar Gilang, mangabaikan Gilang yang terus memanggil namanya. Entah apa yang terjadi di sekolah besok, yang jelas Varel sudah tidak punya muka. Ingin sekali rasanya Varel menghilang dari dunia ini. Varel tidak ingin kembali ke rumahnya. Maka dari itu, tujuannya sekarang adalah rumah Dara. Hanya cewek itu yang bisa menjadi tempatnya berlindung untuk saat ini. *** "Gue udah lihat postingan di IG." Varel terkejut. "Secepat itu?" "Iya, langsung direpost sama akun gosip sekolah, dan mereka langsung hujat lo." "Gue enggak mau lihat." Dara tahu bagaimana situasi hati Varel saat ini. Dara juga tahu apa yang Varel lakukan adalah salah, tapi itu pilihan hidup Varel, orang bebas memilih mau seperti apa. Dara memeluk Varel untuk memberikan ketenangan. "It's okay, semua akan baik-baik aja." "Gue putus dari Gilang." "Itu yang buat lo sedih?" Varel menggeleng. "Bukan, gue benci sama diri gue sendiri yang mencintai sesama jenis." Dara melepaskan pelukannya, dan menatap Varel. "Rel, lo mau berubah? Kalau punya niat, pasti bisa." "Gue mau." "Oke, gue yang ubah lo, pertama lo harus hapus Gilang dari hidup lo." Di saat seperti ini hanya Dara yang berada di sisi Varel, saat semua orang menghujatnya, hanya Dara yang memeluknya dengan tulus, bahkan Varel tak pernah peduli terhadap Dara sebelumnya, tapi justru sekarang Dara yang benar-benar peduli sama Varel. "Makasih, Dar. Lo udah jadi teman yang baik." Boleh enggak sih, gue berharap lo bisa suka sama gue, Rel? ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD