BAB 9

991 Words
Sudah beralih, Varel menjadi topik terhangat di Nusa Bakti, untuk orang-orang yang tidak kenal Varel pun sampai penasaran dengan cowok itu. Namanya juga netizen, jika ada yang melenceng pasti dihujat tanpa rasa sakit hati korban. Sebenarnya mau Varel gay atau enggak itu urusan mereka, toh Varel juga enggak merugikan siapa-siapa, yang dosa siapa sendiri. Varel berusaha sangat bodoh dengan manusia-manusia yang terus membicarakannya terang-terangan, bahkan Navin pun yang katanya adalah teman ikutan hakim. "Gue jadi ngeri dekat sama lo, Rel. Gue masih normal, takut aja digrepe-grepe sama lo," ujar Navin dengan wajah setengah jijik. Entah apa yang dia sukai tentang Varel, yang jelas dia bersyukur sudah tidak satu tempat duduk dengan cowok itu. "Gue belum bisa temanan sama lo, kalau belum sembuh 100% dari kemahoan lo." Varel hanya mengangguk, mengaku terlalu bodoh dengan tanggapan netizen, mau suka ya syukur, enggak juga enggak apa-apa, karena Varel juga enggak meminta makan ke mereka, jadi ya santai saja. Tak lama kemudian Dara yang baru masuk kelas langsung diserbu pertanyaan oleh teman-undangan. "Dar, lo kok mau sih dijadiin tameng buat tutupin aib dia?" "Kalau gue jadi lo sih, gue ogah temanan sama gay . Kok lo betah?" "Kalian benaran jadian atau itu akal-akalan Varel doang?" Dara langsung menggebrak meja dengan keras, rasa emosinya sudah memuncak, ingin merasakan Dara menerjang mulut-mulut jahat yang melukai hati. Enggak sepantasnya Varel mendapat hujatan mendapat rupa. "Mau tahu semua, ya, mau Varel, gay atau bukan, apa urusannya sama kalian? Hal itu ngerugiin kalian? Enggak kan? Jadi buat apa kalian urusin, hah? Dan mau mendapat temanan sama Varel, mau gue sama sama Varel itu hak gue, kalian enggak mencoba sok tahu untuk kehidupan orang lain. " Nadya ikut menyetujui. "Mereka kan sama-sama orang jahat. Dara hamil di luar nikah, gay Varel . Memang benar orang buruk untuk orang jahat." Dara langsung menghampiri Nadya, dia ingih menghajar mulutnya, tapi langsung diambil oleh Varel. "Udah, Dar. Biarin aja mereka mau bilang apa, kalau capek mereka akan diam sendiri, lagian kita enggak minta makan dari mereka kok." Akhirnya Dara berhasil meredamkan emosinya, enggak ngerti lagi dengan Varel kenapa dia bisa mengirim ini, di saat semua orang sedang membicarakan diri. "Dan buat lo, Nadya. Gue kasih tahu ya, lo bisa cari-cari kesalahan gue, tapi jangan Dara." Varel mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas. "Ini berlaku juga buat kalian semua, lo hujat gue sepuas kalian, tapi jangan pernah kaitin sama Dara, karena ini murni kesalahan gue, bukan Dara. Paham?" Varel langsung menggandeng tangan Dara ke taman belakang sekolah, mumpung bel belum berbunyi. Hanya di sana yang jauh dari keramaian. "Dar, sorry, gara-gara gue lo juga kena." Dara menggeleng. "Bukan gara-gara lo, mereka emang dasarnya juga enggak suka sama gue, kebetulan gue teman lo, jadi dikaitin aja." "Kenapa lo tetap mau berteman sama gue? Gue kan citranya buruk, enggak takut lo ikutan buruk juga?" "Kan gue juga udah buruk di mata mereka, Rel. Gue yang hamil di luar nikah pun menjadi hujatan mereka, dan gue enggak mungkin biarin lo sendiri sekarang, karena saat gue terpuruk, lo ada di sisi gue." "Gue kira masa SMA gue akan happy-happy aja, ternyata di tahun terakhir ada masalah ini." "Namanya juga hidup, Rel. Kadang di atas kadang di bawah, kita harus saling bertahan." Varel mengutarakan hal yang dia pikirkan dari semalam. "Dar, lo mau ikut gue enggak?" "Ke mana?" "Pindah ke luar negeri. Gue mau konsultasi ke psikologi  di sana, sekalian menjauh dari netizen juga. Gue pengin sembuh, Dar." Dara senang mendengar hal itu, tapi masalahnya Dara enggak mungkin meninggalkan orang tuanya hanya karena ingin ikut Varel, tapi di sisi lain, Dara juga ingin menjauh dari mulut jahat warga sekolah ini, dan memulai hidup baru di negara orang. "Lo ikut ya, Dar. Lo kan calon istri gue." "Enggak usah bilang gitu, kalau cuma buat becandaan doang." "Iya sorry, jadi lo mau kan?" Dara mengendikkan bahunya. "Asal lo bisa minta izin ke Papa gue aja sih." "Oke, bokap lo kapan pulang dari luar kota?" "Ntar malam. Lagian kan lo nginap di rumah gue juga." Dara, Dara. Lo ke Varel itu bukan friendzone, karena setahu gue friendzone itu sama-sama saling sayang tapi saling enggak tahu, kalau satu orang doang yang sayang itu ngarepzone. Berhenti berharap sebelum itu semakin dalam rasanya. "Rel, gue mau ke toilet dulu, ya. Kan lima menit lagi masuk, kebelet nih." "Gue antar, ya?" "Enggak usah, manja amat." Dara pun ke toilet seorang diri. Dia berpapasan dengan Leon yang baru keluar dari toilet laki-laki, namun Dara tidak peduli, dia ke langsung niat awalnya. Ternyata Leon menunggu Dara sampai selesai buang air kecil. "Dara, gue mau ngomong sama lo." Leon menarik Dara ke tembok samping toilet. "Lo bunuh anak itu?" "Bunuh? Lo yang bunuh!" "Lo aja yang teledor, gitu aja pake jatuh." "Coba aja lo enggak kejar gue." "Ya coba aja lo enggak usah lari." Dara mengembuskan napasnya. Dasar laki-laki yang tidak pernah mau mengalah. "Udah ah, gue mau ke kelas." Leon semakin menipiskan jarak di antara mereka. Hingga napas mint dari mulut Leon tercium begitu saja, salah satu Hal yang Dara suka Leon ini wanginya bisa memabukkan entah dari pafrumnya, samponya, sabunnya, bahkan mulutnya bisa enak. Leon cakep, untuk Sunda campur China emang perpaduan yang enggak diragukan lagi ketampanannya. Sayang saja hatinya busuk. Tak terasa wajah Leon semakin mendekat, langsung membuat Dara tersadar. "Lo jangan macam-macam, Leon!" Tendangan dari samping langsung mendaratkan ke kepala Leon, hingga membuat laki-laki itu tersungkur. "Manusia berengsek, enggak punya otak. Lo jangan pernah sentuh Dara seujung kuku lo, atau lo akan babak belur di tangan gue!" "Emang gay bisa apa, sih?" Leon bangun dan ingin menghajar Varel, namun perutnya langsung di tendang oleh Dara. "Tolong ya jangan sentuh Varel dengan tangan sampah lo itu." Dara dan Varel pun berjalan ke kelas, meninggalkan Leon dengan seribu kekesalan. Lihat aja, gue bakal rebut lo lagi, Dara. Kita putus bukan gue udah enggak sayang sama lo, cuma karena anak itu. Sekarang anak itu udah enggak ada, ya gue bakal rebut lo lagi dari si gay sialan itu. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD