Mata mata

1249 Words
Karena jam berkumpul dan dimulainya acara akan dimulai nanti malam, jadi Shuhua memutuskan untuk memejamkan matanya sepanjang dia memiliki waktu. Sebelumnya Aurora menghubungi kalau dia akan pulang saat acara tiba, dia sedang bersenang senang bersama kapten basket itu. Sementara Shuhua terlelap karena Lelah diperjalanan, dan juga karena kesal Galaxy tidak lagi menghubunginya. Padahal sebelumnya pria itu menelpon, dan Dewa bilang kalau Galaxy tidak mengatakan apapun saat pria itu mengangkatnya. TOK. TOK. TOK. “Camilan!” teriak sosok yang ada di luar pintu. Tahu para petugas hotel sedang melaksanakan tugas, Shuhua langsung membuka matanya dan berlari membuka pintu. Meskipun waktunya jam istirahat, mereka tetap disuplay makanan menuju kamar. “Terima kasih,” ucap Shuhua ketika dia menerima dua box besar yang isinya snack dan juga camilan, terdapat minuman juga. Sejenak Shuhua memakan bagiannya sambil duduk di balkon dan menatap ke arah pantai dimana banyak teman temannya yang sedang bermain air. Sedari tadi ponselnya juga berbunyi, teman temannya mengajak jalan jalan. Tapi Shuhua memilih tinggal di kamar, lagipula dirinya sudah tidak asing lagi dengan Bali. Jadi tidak ada yang harus dicari tahu, sebenarnya alasan utamanya karena Shuhua tidak mood. Dia perlu Galaxy. Selesai makan, Shuhua kembali merebahkan diri di ranjang miliknya; tepat di pinggir jendela. sambil menatap pantai, dia kembali memejamkan matanya dan terlelap dengan begitu mudah. Sampai Shuhua tidak sadar, ada seseorang yang masuk ke kamarnya, dan itu bukanlah Aurora. Tebak siapa? Yups, itu adalag Galaxy, si pemilik rambut hitam dan hidung mancung itu tengah menatap Shuhua yang terlelap begitu dalam. Galaxy menyimpan ranselnya di pinggir ranjang, juga membuka topi serta jaket. Bukan hal sulit untuknya ke Bali, apalagi dia memiliki landasan dan juga jet pribadi. Kekayaan Papahnya yang bernilai millyar dollar itu memudahkan Galaxy meminta bawahan Papahnya untuk menyiapkan hal hal seperti ini, dengan alasan, “Kakak harus ke Bali, lagi lapangan bisnis di sana. Sekalian nengok Rara juga, biar itu anak gak habisin duit Papah ‘kan?” Karena alasan itulah, akhirnya Galaxy diberikan izin. Padahal pada kenyataanya, dia ingin memastikan Shuhua tidak macam macam di sini. “Bocah nakal, ngundang laki masuk. Apa maksud itu?” tanya Galaxy dengan kesal, sambil merangkak naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Shuhua. Kasur itu sempit, hanya berukuran 120x200 sehingga Galaxy harus memeluk Shuhua supaya tidak jatuh. Terusik dengan kehadiran seseorang yang memeluknya, Shuhua bergerak dalam tidurnya. “Minggir gak, Ra! Gue tending nih!” “Emang berani nendang?” Saat itulah Shuhua membuka matanya, dan menoleh ke sumber suara; sosok yang tengah memeluknya. “Abang!” teriaknya sambil memeluk Galaxy erat. “Eh, ini mimpi ya?” Galaxy tertawa dan mencubit pipi Shuhua. “Aw!” “Sakit?” “Sakit!” “Berarti bukan mimpi.” “Ih Abangggg!” teriaknya lagi sambil kembali memeluk Galaxy dengan erat, bahkan kini posisi Shuhua ada di atas tubuh Galaxy. Pria itu tertawa melihat tingkah Shuhua. “Kok bisa di sini sih? Gak bisa jauh jauh dari Cici ya, Bang?” tanya gadis itu dengan angkuh. PLETAK! “Aw! Kok Cici dijitak sih!” “Abang tadi nelpon kamu, yang ngangkat cowok. Kenapa ada cowok di kamar kamu?” “Oh, itu si Dewa Cuma mau nganterin wedang jahe doang, Abang.” “Harus gitu masuk ke kamar?” Shuhua tertawa, dirinya masih berada di atas tubuh Galaxy. Kedua tangannya bertumpu di d**a pria itu supaya memberi jarak diantara mereka. “Abang cemburu ya?” “Enggak ya, Abang Cuma wanti wanti kamu biar gak salah pergaulan, apalagi sama cowok.” “Bohong ah. Abang….. Abang anggap Cici apa?” “Adek.” “Dih boong, nanti Cici diambil cicak loh.” “Emang Cicak mau sama kamu? Apa yang harus dibanggain coba?” “Abang!” “Hahahaha!” Galaxy mengusak rambut Shuhua dan menariknya ke dalam pelukan. Hingga wajahnya bersandar pada d**a bidang milik Galaxy. “Tadi Dewa ke sini mau benerin jendela yang gak bisa ketutup. Soalnya angin pantai dingin banget. Kebetulan Cici di kamar mandi, jadi minta angkatin sama si Dewa,” jelasnya tidak ingin Galaxy salah paham. “Emang Abang nanya?” “Ih abang mah!” “Hahahaha! Bercanda, udah gini dulu. Abang capek dijalan, mau tidur,” ucapnya sambil menahan Shuhua agar tidak bergerak pergi. ****** Aurora dikejutkan dengan dua orang yang sedang makan bersama, sambil bersenda gurau di balkon. Siapa lagi kalau bukan Galaxy dan juga Shuhua. Yang membuat Aurora kesal adalah saat Galaxy terlihat memakan camilan dari dalam boox miliknya. “Kakak!” BUK! BUK! BUK! Sosok itu langsung memukuli saudaranya dengan menggunakan guling. “Itu punya Raraaaaa!” “Nanti diganti, Ra! Di transfer langsung dua kali lipat.” Barulah Aurora berhenti mukuli, dia berdehem. “Tapi sekarang Rara laper mau camilan. Nanti tagihan kamar Rara, dibayar sama Kakak ya.” “Tukang rampok dasar,” ucapnya kembali membuka mulut dan menerima suapan dari Shuhua. Aurora yang melihat itu merasa bergidik ngeri, padahal dia dan juga kapten basket alias pacarnya juga melakukan hal itu tadi. “Udah kayak orang pacaran aja.” “Kita OTW! Iya gak bang?!” tanya Shuhua dengan antusias. Seperti biasa, Galaxy hanya tertawa kemudian berucap, “Kan sama adik harus banyak perhatian, harus deket kayak gini.” “Hilih, sama Rara kok enggak? Sama Cici mulu?” “Orang kamunya pacaran. Iyakan? Mau diem atau Kakak kasih tau Mama sama Papah?” tanya Galaxy mengancam, dia malas Aurora mengganggu kebersamaannya bersama dengan Shuhua. Akhirnya sang adik menyerah, dia mendengus kesal dan menidurkan tubuhnya di ranjang setelah meminta layanan kamar mengantarkan beberapa makanan. Sementara Galaxy sibuk dengan Shuhua. “Abang nginep di hotel ini gak?” “Enggak, Ci. Abang mau ketemu temen.” “Cewek?” “Cowok, mau ngomongin buka bisnis di Bali. Tongkrongan anak muda.” Karena Galaxy tidak mau sepenuhnya berbohong, jadi dia akan menemui salah satu temannya yang berpotensi untuk berbisnis dengannya. “Terus tadi yang angkat telpon Cici siapa? Cewek itu?” “Temen, tadi lagi makan bareng sekalian bahas tentang beasiswa. Abang ini kan orang penting, masa ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa gak ada kerjaan. Ya sibuklah.” Benar juga, Galaxy itu adalah orang penting di kampusnya. “Tapi kok malah ngurus bisnis ke sini? Gak sibuk di kampus?” “Uhuk! Uhuk!” galaxy tersedak, yang langsung diberi air oleh Shuhua. Jangan lupakan gadis itu yang mengusap punggung Galaxy sambil berkata, “Calon suami, pelan pelan makannya.” Mengabaikan kalimat itu, Galaxy menjawab, “Ya kan beda lagi jadwalnya.” Kemudian dia menatap jam di tangan. “Abang janjinya pas jam makan malem sana dia. Abang nginep di hotel deket sini kok, nanti Abang share lock ya.” “Share lock buat apaan?” “Ya…., buat kamu ke sana nanti. Emang gak mau ketemu sama Abang lagi?” “Hehehehe, iyadah nanti ke sana. Nih jaketnya,” ucap Shuhua membawakan jaket milik Galaxy. “Hati hati di jalan ya.” Dia memeluk erat Galaxy, kemudian Shuhua kembali duduk dan memakan sisa makanan mereka. “Bye, Abang.” Dan sebelum benar benar keluar, Galaxy mendekati Aurora dan mengguncang tubuh adiknya. “Apaan sih?” tanya Aurora kesal. “Nanti jangan jauh jauh dari si Cici, jangan biarin dia deket deket sama si Dewa itu,” bisik Galaxy supaya Shuhua tidak mendengar. “Lha, emang kenapa?” “Itu kayaknya bukan cowok baik baik. Kalau kamu ninggalin Shuhua, Kakak kasih tau Mama kalau kamu pacarana,” ancamnya dengan mata yang menatap tajam. “Paham gak?” “Iya paham.” “Nanti Kakak kasih gaji kalau kamu awasi Shuhua.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD