Malam ini adalah malam pembukaan, di mana semua orang Tengah berada disebuah ballroom hotel. Acara yang dimulai dengan beberapa sambutan, makan malam sampai akhirnya pesta dansa. Shuhua merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh penanggung jawab acara ini.
Lebih baik menyalakan api unggun di pesisir pantai daripada pesta dansa ala orang barat. Shuhua lebih menyukai jagung bakar dari pada stik yang tersaji di atas meja miliknya. Bukannya dia tidak menyukai acara ini, hanya saja semuanya terlihat sedikit aneh.
"Lu nggak mau dansa?" tanya Aurora.
Yang dibalas gelengan kepala oleh Shuhua. "Lu aja sana."
"Emang gue mau," ucap Aurora sambil melangkah pergi meninggalkan meja, meninggalkan Shuhua yang tidak percaya melihat sahabatnya kini tengah berdansa bersama seorang kapten basket. Ini semua membosankan, Shuhua ingin pergi dari sini.
Tapi niatnya tertahan ketika Dewa mendekatinya; berjalan ke arahnya. Bukannya percaya diri, tapi pria itu menjadikannya sebagai objek tatapan saat ini.
"Hai," ucap Dewa.
"Tayo," balas Shuhua.
Yang mana membuat pria itu terdiam, tergagap bingung dengan apa yang harus saya katakan selanjutnya.
"Nggak usah sok formal gitu, mau ngapain?"
"Dansa, mau?"
"Sorry, gue gak bisa."
"Kamu bisa injak kaki aku."
"Maksudnya gue nggak bisa dansa sama lu karena lagi nggak mood. Sorry ya, gue mau nyari udara segar," ucapnya sambil berdiri dan membawa segelas jus.
"Aku ikut ya? Temenin kamu."
"Gak usah, Dewa. Lu yang punya acara, lebih baik lu diam di sini dan awasi keadaan sekitar. Please jangan jadiin gue beban lu, gue nggak bakal ngapa-ngapain aku."
Setelahnya Shuhua melangkah pergi dari sana, dia benar-benar butuh udara segar. Tempat formal seperti itu bukanlah tempat yang cocok untuknya, dia butuh sesuatu yang menyenangkan di sini.
Contohnya seperti duduk di balkon menatap hamparan bintang yang bertaburan di atas langit, kemudian memantul lewat air laut. Itu terlihat begitu indah, dan Shuhua menikmatinya sendirian sambil meminum jus miliknya. Jangan lupakan tangannya yang sibuk menekan nomor Galaxy, dia ingin menghubungi pria itu, menanyakan di mana keberadaannya. Bukankah ini waktu yang cocok untuk bertemu? Shuhua rindu pada pria itu meskipun mereka baru saja bertemu.
Namun sayangnya, Galaxy tidak kunjung angkat teleponnya. Membuat Shuhua semakin kesal saja.
"Males ah, gue nggak bakalan telepon si Abang lagi. Mau jalan-jalan sendiri aja."
Karena pintu masuk dan pintu keluar hanya ada satu, daun pintu tersebut dijaga oleh salah satu petugas dari acara ini, Shuhua harus memikirkan cara supaya dirinya bisa keluar.
Sampai satu ide menyangkut di kepalanya. Dia berjalan kearah pintu, kemudian dihadang oleh salah satu penjaga di sana. "Mau ke mana? Ini tempat asing, Jangan pergi sembarangan."
Bullshit, Shuhua sering ke sini bersama dengan keluarganya. Acara yang diadakan oleh Dewa benar-benar membosankan. "Aku ingin ke kamar karena merasa tidak enak badan."
"Astaga, kamu sekamar dengan Aurora kan?"
"Iya, Bu," jawab Shuhua. "Teman saya sedang dansa, jadi tidak bisa mengantar saya."
"Ayo ibu yang antar," ucapnya sambil merangkul tubuh Shuhua untuk ikut berjalan bersama dengannya. "Pusing atau gimana?"
"Pusing saja, Bu. Nanti juga sembuh kalau tidur, setelah ini tidak ada acara lagi bukan?"
"Tidak ada, lebih baik kamu istirahat saja di dalam kamar. Jangan kemana-mana oke?"
"Baik, bu."
Sosok itu benar-benar mengantarkannya sampai ke depan pintu, kemudian memastikan Shuhua untuk masuk ke dalam kamar. Bahkan setelah semua masuk pun, sosok itu masih berada di luar pintu Shuhua.
Bagaimana Gadis itu tahu? Karena Shuhua mengintip dari lubang pintu untuk memastikan gurunya pergi dari sana.
Namun sepertinya rencana itu harus terhalang selama beberapa menit kedepan. Dan Saat itu pula, dirinya berganti pakaian supaya terlihat berbeda dari anak-anak SMA.
Sengaja untuk mengelabui penjaga yang juga ada di bagian lobby. Untuk siang hari Biasanya pencegahan tidak sekitar dini. Namun karena ini malam hari, para guru sepertinya takut anak-anak akan berbuat hal yang aneh. Seperti yang akan dilakukan oleh Shuhua saat ini.
****
Sesuai rencana, Shuhua telah berganti pakaian dan tampak seperti orang yang lebih dewasa. Mengapa demikian? Shuhua ternyata mengambil salah satu pakaian milik Mamih nya. Dia sudah beranggapan hal ini akan terjadi, wisata yang sedikit membosankan.
Prinsip Shuhua adalah, dia harus menemukan pengalaman yang baru dan juga menyenangkan di tempat selain rumahnya.
Maka dari itu dia berani keluar saat ini, melewati penjaga dengan begitu mudah karena tidak ada yang menyangka kalau dia adalah anak SMA. Dengan wajahnya yang penuh make up, Shuhua terlihat seperti seorang wanita karir.
"Untung aja maling baju punya mami," ucapnya sambil berlari.
Kostumnya saat ini adalah pakaian kantor perempuan. Mamih nya memakai ini, padahal tidak bekerja di kantoran. Alasannya karena ingin gaul dan seperti wanita pada umumnya, padahal pekerjaannya hanyalah duduk di belakang etalase perhiasan emas, tapi tampilannya selalu seperti wanita kantoran.
Merasa sudah jauh dari area hotel, Shuhua membuka jas dan juga rok yang menempel di tubuhnya hingga menyisakan dirinya yang memakai kaos polos dengan celana pendek. Dia mengikat rambutnya, hingga kini tampilannya seperti remaja pada umumnya.
Jangan lupakan pesan yang dia kirimkan pada Aurora agar tidak khawatir. "Gue jalan-jalan sebentar di luar. Have fun sama si Kapten basket, nanti gue pulang kok sebelum tengah malam."
Kemudian dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dan berjalan-jalan di sekitar pantai. Rasanya menyenangkan Ketika angin pantai menerpa wajah, dengan telinga yang mendengarkan deburan ombak.
Semua mampir di salah satu kafe yang mempersilahkan pengunjungnya untuk melukis dinding kafe tersebut Sesuka Hati.
Sambil makan cemilan di sana, semua kembali mencoba menghubungi Galaxy.
Dan ketika melakukan hal tersebut, mata Shuhua secara tidak sengaja melihat sosok yang tidak asing sedang melangkah menuju mobil, dan Shuhua yakin kalau itu adalah Galaxy.
"Abang!" teriaknya sambil berlari mencoba mengejar sosok tersebut. "Abang tungguin!"
Namun kenyataannya dia tidak bisa mengejar, pria itu lebih dulu masuk ke dalam mobil dan melajukan nya. Sambil berdiri menatap kepergian mobil tersebut, Shuhua secara tidak sengaja melihat sosok perempuan di dalam mobil itu.
"Enggak mungkin Abang Galaxy, Masa dia sama cewek," ucapnya mencoba menenangkan diri sendiri.
Karena perasaan yang tidak enak, Shuhua memilih pulang dan berhenti menjelajah. Dia melangkah pergi setelah membayar tagihan Cafe.
Karena ingin sampai lebih cepat, Shuhua memilih untuk mengambil jalan pintas. Dia bahkan mengirimkan pesan kepada Aurora.
"Ra, gue nggak jadi jelajah. Ini lagi di jalan mau pulang, mau cepet-cepet sampai. Ada yang bikin gue khawatir."
Setelah mengirimkan pesan itu, Shuhua memasukkan kembali ponselnya dan berjalan di dalam gang. Namun sialnya, dia melihat segerombolan pria yang ada di dalam kegelapan. Ini bukanlah hal yang baik, Apalagi pria-pria itu terlihat sedang meminum alkohol.
"Mau kemana, cantik?" tanya salah satu dari mereka.
Seperti dalam film-film yang pernah Shuhua tonton, ini benar-benar menjengkelkan.
"Tolong, Bang. Saya cuma mau pulang, jangan halangi jalan saya, Nanti kalian nyesel."
Namun sepertinya pria-pria itu tidak menghiraukan sama sekali. Dan Shuhua sedang tidak ingin terlibat perkelahian, jadi dia mencoba untuk menghubungi nomor darurat di ponselnya.
Hanya dengan menekan angka satu dengan cukup lama, panggilan langsung tersambung pada Galaxy.
"Halo, Bang. Tolongin Cici."
"Kenapa ya?" dan itu adalah suara perempuan.
Membuat Shuhua langsung mematikan panggilan dengan wajahnya yang jengkel.
"Gelut dah," gumamnya dan mulai melayangkan tinjuan pada pria yang mendekat.
BUGH!
BUGH!
Terpental cukup jauh, dengan luka di wajah mereka. Shuhua membela dirinya sendiri. Mungkin jika dirinya menunggu Galaxy, dia tidak akan bisa selamat.
"Gue kesel sama Bang Galaxy!" Teriaknya sambil memukuli preman tersebut sampai babak belur. Menyalurkan rasa kesalnya.
"Ampun, Mbak! Ampun!" Teriak mereka.