Telpon

1273 Words
Terbangun dengan keadaan terburu-buru, Aurora tidak sabar untuk pergi ke Bali dan bersenang senang di sana. “Ma? Kakak semalem pulang gak?” “Udah, di kamar masih tidur kali.” Sebelum turun ke lantai satu, Aurora bergegas masuk kamar saudaranya untuk berpamitan. Dan dia mendapati saudaranya masih tertidur, dengan mengenakan kaos yang dipakainya saat keluar rumah kemarin malam. “Iyuh, pasti gak mandi. Jorok,” gumamnya sebelum mengguncang tubuh saudaranya. “Kak, Rara mau berangkat.” “Hati hati,” ucapnya dengan suara yang parau. “Minta duit ih.” “Nanti di tf.” “Oke makasih,” ucapnya menundukan tubuh untuk memeluk singkat saudaranya. Namun Gerakan itu terhenti ketika dia masih memeluk saudaranya dan mencium aroma perempuan yang begitu asing. Menerka apa yang terjadi sampai akhirnya Aurora sadar dengan apa yang terjadi. BUK! Dia memukul d**a saudaranya. “Aw! Sakit, Ra!” bahkan sosok itu sampai terbangun dibuatnya, menatap Aurora dengan penuh tanda tanya. “Kamu kenapa pukul? Sakit tau! Sana pergi, nanti di transfer kan uangnya.” “Abang semalam ketemu sama yang Namanya Leah Leah itu ya?” “Kenapa emangnya? Udah sana pergi, lagian bukan urusan kamu.” “Tunggu,” ucap Aurora menahan Galaxy yang akan membalikan badan dan menutup wajah dengan bantal. Hingga pria itu kembali terlentang dan membuka matanya secara terpaksa. “Kakak gak serius kan mau pacarana sama Kak Leah itu?” “Emangnya kenapa?” “Kok nanya kenapa?” BUK! Aurora menyempatkan kembali memukul tubuh saudaranya. “Itu si Cici kan suka sama Kakak! Nanti kalau dia sakit hati gimana? Kalau mau sama Kak Leah, sama si Cici di jaga jarak dong. Tolong jaga perasaannya, Kakak.” “Emang si Cici kenapa? lagian selama ini Cuma dianggap adek, kan udah biasa kalau skinship sama si Cici. Udah sana keluar.” Meski bagaimanapun, Aurora tidak ingin sahabatnya patah hati dengan kenyataan kalau kakaknya memiliki pacar. Tidak masalah jika Galaxy memiliki pacar, tapi dia kasihan dengan Shuhua yang selalu mengharapkan lebih. Dan karena tau kalau kakaknya tidak akan lagi menanggapi, Aurora memilih untuk turun ke lantai bawah dan sarapan bersama dengan orangtuanya. Baru setelah selesai, dia bergegas keluar untuk berangkat. Tidak lupa dia berteriak pada tetangganya, “Ciciiii!” “Ayoooo!” sosok itu berlari, tapi malah melewati Aurora yang mana membuat sosok itu kebingungan. “Ci, lu mau kemana woy?” “Ketemu Bang Al dulu,” ucapnya sambil terus berlari. Namun terhenti ketika melihat pria pujaannya sedang menuruni tangga sambil mengenakan jaket kulit miliknya. “Abang mau kemana?” tanya Shuhua. “Nganterin kalian. Ayok!” “Huaaa, dianterin Abang,” teriaknya sambil merentangkan tangan dan memeluk pria itu. Aroma khas mandi, wangi mint dan terlihat sangat segar. Mana rambutnya hitam menggoda. “Abang wangi.” “Ayo cepetan, Ci. Nanti Rara marah loh.” CUP. Galaxy mengecup puncak kepala Shuhua sampai akhirnya sosok itu melepaskan dan tersenyum Bahagia. Menggandeng tangan Galaxy saat keluar rumah menuju mobil. Aurora sampai kaget melihatnya, dan hanya dijawab oleh Shuhua dengan kalimat, “Calon suami Cici mau nganterin dong ke bandara.” Bahkan moment menyebalkan untuk Aurora adalah ketika Shuhua dan Galaxy berada di bangku depan, sementara dirinya berada di belakang. Persis saat dirinya ikut orangtua jalan jalan sore saat kecil, terasa seperti melihat orang yang tengah berpacaran, mana tangan keduanya saling bertautan tidak ingin melepaskan satu sama lain. “Yaudah sih, jadian aja kenapa. ini kenapa gue udah kayak obat nyamuk ya?” “Tuh, Bang. Kata Rara harus jadian, yuk jadian yuk.” Galaxy malah tertawa mendengar Shuhua seperti itu. “Masa adek sendiri dipacarin ah.” “Masih dianggap adek,” gumam Shuhua dalam hati. Memilih diam pada akhirnya, dan memainkan tangan Galaxy yang tengah dia genggam. Sampai di bandara yang ramai oleh murid anak SMA. Shuhua segera turun, dimana kedatangannya membat sosok Dewa bergegas mendekat. Dan itu membuat Galaxy tidak suka. “Mau apa?” tanya dia saat sosok ketua osis itu mendekat. “Kumpul di sana ya, Ci. Rara mana? Kalian telat ya?” “Sorry ya, tadi kita agak lama emang,” ucap Shuhua yang menanggapi dengan senyuman. “Ini buat lu, soalnya lu yang paling sibuk.” Bahkan alis Galaxy sudah menukik tajam ketika melihat Shuhua memberikan kotak bekal. Bahkan dia sampai bertanya, “Emang dia gak mampu?” Bukan hanya Shuhua, Aurora juga malu dengan tingkah saudaranya itu. ****** Pada akhirnya, mereka sampai juga di Bali setelah menempuh perjalanan Panjang. Sang pemandu mengajak mereka untuk langsung pergi ke penginapan. Beruntungnya Shuhua berada di kamar yang sama dengan Aurora. mengingat mereka sekolah di tempat yang mahal, jadi tidur tidak harus berdempetan, satu kamar cukup dua orang. Bahkan pemandangan balkon hotel langsung ke arah laut yang menyegarkan. “Ahhhh, gue capek,” ucap Shuhua merebahkan dirinya. Dia merasa pusing dan ingin memejamkan matanya dengan cepat. “Kabarin yang dirumah.” “Ini lagi,” jawab Aurora, kemudian tersenyum sendiri melihat isi ponselnya. “Gue keluar dulu ya.” “Lu mau kemana heh? Baru juga nyampe?” “Gilang ngajak jalan ke depan, ada caffe katanya.” “Dih, lu mau jadian sekarang sama si kapten?” bahkan sekarang Shuhua sudah mendudukan dirinya, merasa sedih melihat sahabatnya akan pergi meninggalkannya sendirian. “Lu kan mau tidur.” “Oh iya, nanti gue titip es ya. Males bayar sendiri, bayarin sama si Gilang. Awas kalau udah jadian gak ngasih tau gue.” “Bawel,” ucap Aurora kemudian berjalan keluar dari kamar, dia tersenyum sendirian. Cara dirinya untuk melupakan sosok yang disukainya adalah dengan memulai bersama dengan orang baru. Dan kebetulan pula saat dirinya hendak memasuki lift, di dalamnya ada Dewa. “Eh, bukannya tempat cowok ada di Gedung sebelah ya?” “Aku tadi nelpon Shuhua, tapi gak diangkat. Dia mabuk kan tadi? Mau ngasih ini.” “Oalah, ada di kamar sana. Aku mau ke depan dulu, udah tau kan nomor kamarnya?” Dewa mengangguk. “Thanks, Ra.” “Sama sama.” Sementara itu di sisi lain, Shuhua tidak bisa memejamkan matanya karena rasa pening di kepala. Jadi dia mengambil ponselnya untuk menelpon obatnya; Galaxy. Berharap suara pria itu mampu mengobati rasa sakit kepalanya. Sambil menatap langit langit, Shuhua menunggu panggilan terjawab. Sampai akhirnya… “Hallo? Bang Al?” “Hallo? Galaxy-nya lagi pesen makanan, mau nitip pesan? Atau nanti dihubungi lagi?” Dan sialnya yang mengangkat panggilan Shuhua adalah seorang perempuan, terlebih lagi memesan? Terlihat jelas kalau mereka sedang bersenang senang di luar, makan bersama? “Nanti suruh hubungi aja lagi. Makasih.” Shuhua mematikan panggilan, menghela napas dalam sebelum berjalan ketika pintu diketuk. “Oitt, Dewa? Kenape?” “Kamu tadi mabuk, aku bawain wedang jahe.” “Eh, masuk sini.” “Eh, gak usah, Ci. Mau ke sana lagi kok.” “Woii tenang aja,” ucap Shuhua melihat wajah panik Dewa. “Mau minta bantuan, itu jendela gak bisa gue tutup. Lu gak mikir gue bakal apa apain lu kan?” “Enggak,” ucapnya sambil melangkah masuk, padahal kenyataannya iya. “Gue ke toilet dulu. Kalau nanti mau keluar ketuk pintunya, biar gue tau.” “Oke.” Dan Shuhua masuk ke toilet, meninggalkan Dewa yang mencoba menutup jendela yang maacet. Dan ternyata itu lumayan keras juga, sulit untuk ditarik. Bahkan membutuhkan waktu, sampai melewatkan tiga panggilan tidak terjawab pada ponsel Shuhua. “Akhirnya…,” ucap Dewa yang berhasil menutup jendela. “Ci, ada telpon.” “Angkat tolong!” Karena mendapatkan izin, Dewa akhirnya mengangkat panggilan dari seseorang Bernama Galaxy tersebut. “Hallo?” Sosok di sana diam, membuat Dewa bingung. “Hallo? Shuhua lagi di kamar mandi.” “Lu di kamar Shuhua? Lu ngapain di sana hah?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD