Bab 7. Kenyataan Yang Menyakitkan

1112 Words
Bab 7. Kenyataan yang menyakitkan Bangun di pagi hari setelah semalaman menangis bukanlah hal yang bagus ternyata. Matanya membengkak. Entah dia bisa menyamarkannya atau tidak nanti. Semalam, lagi-lagi suaminya belum pulang. Dia bahkan mencoba beberapa kali menelpon suaminya tapi panggilanya malah ditolak. Sebegitu tidak berartinya dirinya lagi di mata sang suami? Kemana perginya cinta yang dulu selalu didengung-dengungkan suaminya? Lelaki itu rela melakukan apapun demi dirinya. Bahkan menjadikannya ratu di rumahnya. Menentang ibunya demi menikahinya. Tapi sekarang? Semua itu kemana perginya? Larasati menyesal kenapa dia menyarankan Celline untuk berobat ke suaminya saat wanita itu mengeluk ada benjolan di perutnya. Dia takut itu kanker. Sungguh, kalau bisa waktu diputar kembali. Laras pasti menyarankan sahabatnya untuk berobat ke dokter yang jauh sekalian. Biar wanita itu tidak pernah bertemu dengan suaminya. Sehingga saat ini, rumah tangganya pasti baik-baik saja. Saat sudah siap dengan seragam kerjanya, Laras bersiap turun ke ruang makan. Di sana sudah ada ibu mertuanya yang menatapnya sinis. Dan dia tak menyangka kalau suaminya juga duduk di tempatnya biasa duduk. Mereka makan dengan tenang. “Bayu bilang, dia akan menceraikan kamu. Kok kamu masih tinggal di sini? Keenakan menggunakan fasilitas rumah ini ya? Dasar tak tahu malu,” sembur ibu mertuanya dengan wajah sinisnya. Padahal di dalam mulutnya ada makanan yang belum dia telan hingga beberapa nasi muncrat dari mulutnya. Membuat Laras begidik ngeri. “Ibu kalau bicara itu, telan dulu makanan yang ada di mulut. Kan jorok itu. Laras nggak akan kabur kok,” ucap Laras tak mengindahkan apa yhang diucapkan oleh sang mertua. “Lagipula, saya belum sepenuhnya bercerai dari mas Bayu kok, bu,” ucap Larasati memasang muka badaknya sembari menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Mulai sekarang dia bertekad memulai hari yang baru. Dia akan mulai dengan menghargai dirinya dan merawat dirinya sendiri Percuma juga mengurusi suami yang sudah tidak lagi peduli padaya. Laras makan dengan tenang tanpa mempedulikan suami dan mertuanya, seakan makanan yang dia telan adalah mahakarya yang tidak boleh terlewat sedikitpun. Padahal dengan susah payah dia menelan nasi dan lauk yang ada di mulutnya karena kemarahannya kepada sang suami yang tidak bisa dia kemukakan. Belum. Setidaknya, setelah majelis kode etik memberi hukuman kepada suaminya itu. Lelaki itu pasti akan tahu sendiri kalau dirinya sudah mengetahui perselingkuhannya hingga tidak bisa memandang dunia dengan wajah pongah seperti saat ini. Lelaki itu bahkan tidak menyapanya, sangat romantis bukan? Namun, itu semua sudah tidak berarti bagi Larasati. Biar saja mereka semua hancur bersama-sama. Tak akan dia biarkan dirinya lebur seorang diri. ”Aku sudah mengajukan perceraian kita ke pengadilan agama,” ucap Bayu setelah usai dengan acara makannya. Dia membersihkan mulutnya dengan tisu saat Larasati akhirnya menatap sang suami. “Baguslah, aku akan meminta harta gono-gini yang pantas,” ucap Larasati berani. Ucapannya membuat ibu dokter Bayu murka. “Harta gono gini kamu bilang? Kamu kan kerjanya Cuma jadi pelayan di café. Apa yang bisa kamu banggakan?” ucap wanita itu dengan amarah memenuhi wajahnya. “Bu, jangan suka marah-marah nanti makin kelihatan tua lo,” balas Larasti kalem, “lagipula ya bu, selama belum menikah dengan saya, mas Bayu belum memiliki ini semua. Jadi menurut undang-undang ada hak saya di sini. Toh ini semua juga bukan dapat warisan dari ibu. Kami membangun semuanya berdua. Terlepas uang siapa yang dipakai. Asal ibu tahu, tanah ini atas nama saya.” Larasati berdiri tanpa mempedulikan delikan tajam dari sang ibu mertua. Sedang Bayu hanya bisa pasrah dengan pertengkaran di pagi hari. Dialah yang membawa masalah di sini. Larasati bahkan tidak perlu lagi berpamitan kepadanya sebelum pergi. Wanita itu begitu dingin kepadanya. Hal yang tidak pernah dilakukan Larasati selama ini. Sebenarnya apa yang dia harapkan? “Bayu, kamu harus bereskan hal ini. Rumah ini tidak boleh jatuh ke tangan si Laras. Kita mau ke mana kalau rumah ini sampai jatuh ke tangan Laras?” ucap Ibunya membuat kepala Bayu tiba-tiba pening. *** “Hei, gimana kemarin? Berhasil kan? Benar kan, suamimu itu sangat mencintaimu,” ucap Sekar begitu melihat arasati memasuki café tempat mereka bekerja. Belum sempat Laras menjawab, bos nya datang memanggil. “Kamu kemana saja kemarin pas jam makan siang? Jam makan siang bukannya stay di tempat kamu malah kelayapan. Mau saya pecat?” gerutu Mona sang owner. ”Sebelumnya kamu meminta Celline untuk memberimu waktu untuk ke salon, aku beri ijin. Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya pergi tanpa ijin dari saya hanya karena kamu teman Celline,” bentak Mona lagi. Begitu mendengar nama Celline diucapkan oleh Mona tatapan Larasti yang tadinya hanya bisa menunduk pasrah kini wanita itu menatap tajam ke arah Mona. “Kalau ibu mau memecat saya silakan. Tapi jangan pernah menyebut nama wanita perebut suami orang itu di depan saya. Oh ya, saya peringatkan kepada ibu. Jangan pernah perkenalkan suami ibu kepada pelakor itu atau ibu akan merasakan apa yang saat ini saya rasakan. Oh ya, ibu tidak perlu repot-repot memecat saya, karena hari ini saya mengundurkan diri,” ucap Larasati langsung menuju tempat penyimapanan barang-barangnya. Dia sudah muak dengan semua yang berhubungan dengan suami dan juga mantan sahabatnya itu. Semua membuatnya tiba-tiba darah tinggi. Dia tak peduli dengan keberadaan Sekar yang sedari tadi menjadi penonton. Wanita itu serba salah karena dialah yang menyuruh Larasati untuk menemui suaminya. “Bu, sebenarnya sayalah yang menyuruh Larasati pergi menemui suaminya pas jam makan siang. Dia mau pamitan sama ibu, tapi ibu tidak ada makanya dia ijin sama pak Marvel. Ini juga salah saya, bu. Jadi ijinkan saya mengundurkan diri juga,” ucap Sekar sembari membuka celemeknya dan menyerahkan kepada Mona yang hanya diam membeku melihat dua barista terbaiknya malah mengundurkan diri. Ini semua karena aduan dari Sinta. Sialan anak itu. Niatnya hanya ingin menggertak saja malah semua jadi begini. Dia akan mencari pengganti mereka berdua di mana? Sekar berderap ke arah ruang penyimpanan barang-barangnya. Di sana masih ada Larasati yang sibuk memasukkan beberapa barangnya yang memang sengaja dia simpan di loker. Begitupun dengan Sekar. “Kemarin tidak berjalan dengan baik ya? Maaf ya, gara-gara saranku kamu malah kena masalah,” ucap Sekar serba salah karena Larasati hanya diam membisu. “Celline lah selingkuhan mas Bayu,” ucap Larasati tak bisa menahan laju air mata yang sedari tadi dia tahan. “Kamu pasti salah, tidak mungkin dia yang—" ”Aku MELIHATNYA!” bentak Larasati, “kau pikir aku tidak bisa membedakan mana yang Celline dan bukan? Aku mengenalnya sejak lama, aku bahkan tahu detail mana yang palsu dan yang asli darinya. Tapi kenapa dia begitu tega!” Sekar langsung memeluk Larasati yang emosional. Keduanya berpelukan dan menagis bersama. “Bagaimana dia bisa setega itu,” gerung Larasati dengan isak tangisnya. Sekar ikut merasakan kehancuran Larasati. Keduanya larut dalam kesedihan. >>Bersambung>> Jangan lupa baca ceritaku yang lain ya ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD