Bab 6. Teman Tapi Tukang Tikung

1096 Words
Bab 6. Teman tapi tukang tikung Celline menggandeng lengan dokter Bayu dengan begitu mesra membuat beberapa pasang mata yang mengetahui kalau dokter Bayu sudah beristri menatap keduanya dengan tatapan sinis membuat dokter Bayu risih. Dia ingin melepaskan tangan Celline yang merangkul lengannya dengan begitu erat seakan takut dirinya akan kabur. “Celline, ini masih di rumah sakit. Nggak enak dilihat orang. Nanti ada yang melapor ke Majelis kode etik bisa dicabut ijin praktekku,” ucap Bayu mencoba melepas tangan Celline yang erat merangkulnya. Dengan wajah cemberut Celline melepas rangkulan tangannya dari lengan sang kekasih. “Bilang saja kamu takut ketahuan sama si Larasati, iya kan?” gerutu Celline merajuk. “Jangan katakan itu. Bukankah aku sudah mengatakan akan menceraikan dia secepatnya,” ucap Bayu dengan nada lembut. Tapi kelembutan Bayu tak ada artinya bagi Celline. “Pokoknya kau harus secepatnya mengajukan perceraian kalian. Jangan Cuma bicara saja, kalau itu semua orang juga bisa,” ucap Celline sedikit mencemooh dokter Bayu yang tidak kunjung mendaftarkan perceraiannya ke Pengadilan Agama. “Wah … wah … lihat siapa ini? Suami siapa lagi yang kamu curi? Nggak puas kamu menghancurkan rumah tanggaku? Sebentar … aku seperti mengenal lelaki ini,” ucap seorang wanita dengan penampilan yang mirip dengan Celline. Sangat fasionable dan mementingkan penampilan mereka. Wanita itu menatap dokter Bayu dengan tatapan menyelidik. Merasa pernah mengenal lelaki itu. Akan tetapi dia lupa di mana. Bayu yang tidak mau menimbulkan perhatian banyak orang segera berlalu dari wanita itu dan meninggalkan kedua wanita itu di sana. Bisa gawat kalau ada yang melihatnya. Mungkin benar kata Celline, dia harus segera menceraikan Larasati secara resmi. Jadi, tak ada yang bisa mengatainya berselingkuh dengan pasiennya sendiri. Bisa gawat kalau ada yang melporkan tingkahnya ke majelis kode etik. Sebelum ada yang mencium perselingkuhannya dia harus secepatnya menceraikan Larasati. Harus. *** “Jangan pernah ikut campur dengan urusanku, ambil saja kembali suami kamu. Aku tidak butuh,” ucap Celline sinis ke arah wanita itu. “Kau sungguh kelewat batas Celline, apa kau pikir Tuhan itu tidur? Dia akan membayar semua yang sudah kau perbuat selama ini.” Wanita itu berjalan ke arah Celline tanpa takut apapun. Di saat itu datanglah Larasati yang melihat pertikaian di area parkir. Rencananya dia ingin mengejar suaminya yang pergi dengan seorang wanita. Dia ingin melihat seperti apa wanita yang sudah menjadi selingkuhan suaminya. Kini, bukannya melihat suami dan selingkuhannya. Dia malah melihat pertikaian seorang wanita yang baru kali ini dilihatnya dengan sahabatnya sendiri. Celline. Saat dia akan mendekat, dia terkejut dengan perkataan keduanya. “Oh ya? Kamu ngaca dong? Kenapa sampai suami kamu berpaling padaku? Kamu itu terlalu posesif. Dia merasa terkekang denganmu. Apalagi kau selalu menghina pendapatannya yang tidak sebesar pendapatanmu. Jadi bukan salah aku kan?” tanya Celline. Larasati membeku di tempatnya. Jadi, selama ini Celline menjadi selingkuhan dari lelaki beristri? Ternyata dia tak mengenal sahabatnya dengan baik. “Cih, mencoba berkelit heh? Memang pelakor pasti jurus andalan gitu. Sekarang lelaki mana lagi yang kau curi? Jangan bilang kalau dia suami sahabat kamu?” ejek wanita itu tapi menyentil harga diri Celline. “Kalau iya memang kenapa? Salah dia sendiri kenapa tak becus menjaga suaminya,” ucap Celline membuat Laraasti mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya. Apa yang dimaksud Celline itu dirinya dan juga suaminya? “Aku sih tidak kaget dengan kelakuan kamu, Kasihan sekali sahabat kamu itu. Oh aku sekarang ingat siapa lelaki yang kamu rangkul tadi. Dia dokter kandungan di rumah sakit ini kan? Emm siapa ya namanya … kok aku lupa ya,” ucap wanita itu berusaha mengingat nama dokter yang tadi dirangkul mesra oleh lelaki itu. Tapi belum selesai dia berbicara sebuah mobil berhenti di dekat Celline. Dan Larasati hapal betul mobil siapa itu. Celline dengan langkah anggun memasuki mobil di bagian depan. Hati Larasati kian tercabik melihat semuanya. Ternyata perempuan perebut suaminya tak lain adalah sahabatnya sendiri. Dasar pengkhianat! Dia mengingat ucapan Celline yang memperingatinya supaya menjaga suaminya dengan baik. Ternyata dia punya maksud lain saat mengatakannya. Bagaimana dia tidak menyadarinya selama ini. Dengan langkah mantap dia berlalu kembali ke dalam rumah sakit. Akan tetapi tujuannya jelas. Kalau pernkahannya hancur, maka dia tak mau hancur sendiri. Selama ini dialah yang sudah menopang sang suami disaat-saat sang suami terjatuh dan lemah. Akan tetapi, pengkhianatan yang dia dapat. Dia sungguh tidak akan mempercayai kalau suaminya bisa berselingkuh darinya. Apa dia yang terlalu lugu dan bodoh di sini? Air mata tak henti membasahi pipinya. Kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Tapi dia tahu harus membalas erselingkuhan itu dengan apa. Menghancurkan karir suaminya. Itulah tujuan utamanya. Dia tak rela, keduanya bahagia diatas penderitaan da air matanya. Perawat dan beberapa karyawan di rumah sakit itu yang mengenalnya langsung menyapanya. Ada juga yang tadi memergoki kemesraan dokter Bayu dengan seoarang wanita ikut merasa prihatin apalagi melihat kesedihan yang terpancar dari wajah wanita usia tiga puluhan itu. Ingin mengatakan apa yang tadi dilihatnya tapi merasa rikuh. Merasa itu adalah ranah pribadi mereka berdua. Akan tetapi, kalau tidak dikatakan mereka juga merasa bersalah karena ikut menutupi kebusukan dokter Bayu. “Mbak Laras,” panggil salah satunya yang merasa semua itu tak adil jika tidak mengatakan apa yang tadi dia lihat kepada istri dari sang dokter yang tega berelingkuh. Laras berhenti sembari sekuat tenaga menahan isakan yang nyaris keluar. Dia menghapus air mata yang kembali menetes. “Itu … sebenarnya saya tidak tahu ini boleh saya katakan atau tidak. Ini soal dokter Bayu. Saya tadi tidak sengaja melihatnya berdua dengan salah satu pasiennya dengan sangat intim ke arah parkiran,” ucap suster dengan name tag Lydia. “Bisakah kalian ikut denganku ke Majelis kode etik. Aku ingin melaporkan perselingkuhan mereka. Aku tidak memaksa kalian ikut. Tapi kalau ada saksi, majelis pasti akan lebih mempercayai ucapan aku,” ucap Larasati penuh harap. “Kami mau mbak jadi saksi,” sahut keduanya semangat. “Terima kasih, aku sangat menghargai keberanian kalian berdua. Semoga kebaikan kalian dibalas berkali lipat oleh Tuhan,” ucap Larasati sembari menggenggam kedua tangan keduanya dengan perasaan lega. Setidaknya kini dia tidak sendirian berjuang demi harga dirinya yang tersisa. Dia akan menunjukkan kepada suaminya, kalau menghancurkannya tidaklah semudah itu. Setidaknya, suaminya harus ikut hancur bersamanya. Ketiganya berjalan ke arah ruang majelis kode etik. Kalau tadi air mata deras membashi pipi Larasati. Kini air matanya sudah mengering. Tekadnya kian bulat untuk membalas kan dendamnya kepada suami dan juga teman tapi tukang tikung itu. Ingin rasanya dia mengunyah keduanya dengan giginya hingga halus. Dan melepeh keduanya ke tong sampah. Keduanya memang pasangan yang serasi. Sama-sama tidak punya malu dan tidak punya hati nurani. >>Bersambung>> Gimana nasib Laras dan Bayu selanjutnya. Terus baca hingga akhir bab ya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD