“Aku yang minta maaf, Sania. Harusnya aku tidak menuduhmu yang tidak-tidak. Aku ….” Pram tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu menunduk ketika tangis Sania makin deras dan ia hanya bisa memeluk wanita itu. Sejujurnya ia merasa kasian pada istri keduanya karena telah terabaikan sejak Sela hamil. Peran Sania juga tidak ada ketika semua keluarga fokus pada calon cucu yang dikandung oleh istri pertamanya. Mungkin itu juga sebabnya Sania memilih kembali ke rumah ini. “Mas Pram harus kembali ke rumah sekarang. Mbak Sela pasti sudah menunggu,” ucap Sania seraya melepas dekapan Pram. Wanita itu juga mengusap air mata yang mengalir di pipinya dengan gusar, lantas membalik badan. Ia tahu bagaimana Sela akan sangat marah jika Pram bersamanya. Lagi-lagi, walaupun tanpa cinta, Sania merasa perlu men