" Maaf aku meninggalkanmu, nanti aku minta pak Wisnu menjemputmu " Nada suaranya terdengar penuh rasa bersalah. Segera kusingkirkan perasaaan yang berprasangka kalau dia takut aku marah.
" Tidak apa apa pak Darren, saya bisa pulang naik Busway, Bayu adalah Project Manajer saya. Kami satu tim, saya akan bahas pekerjaan saya sambil menunggu Kevin pulang "
" In......." panggilnya. Setelah itu dia diam.
" Ya pak "
" Hati hati pulangnya, nanti malam aku akan masak yang enak buat kalian " ucapnya tergesa, ia mematikan panggilan. Aku hanya termangu mencerna ucapannya tadi. Permintaannya agar aku tinggal di rumahnya membuatku bingung. Kami bukan suami istri lagi. Tinggal dirumahnya dengan status sebagai mantan, ini adalah sesuatu yang janggal jika dipandang secara etika.
" Lu jangan ngehindar lagi, ide dokumenter ini dari lu Intan Anindita, soal pembiayaan gue akan bujuk CEO sombong itu mister Darren atau Lu bujuk Hans, CEO Paprik baja itu agar mau menjadi investor kita, lihat malam ini undangan untuk kita untuk menghadiri acara ulang tahunnya " Bayu menunjukkan dua buah kartu undangan.
" Dia naksir Lu Intan ! sampai kapan lu nggak peka terhadap perasaannya. Dia ngejar Lu, kok lu nggak nyadar soal aksinya membela kita di acara Charity tempo hari "
Aku masuk ke mobil Bayu dan tak memperdulikan ocehannya. Aku sudah dengar kalau Hans adalah seorang playboy. Pacarnya terkenal cantik cantik, mustahil dia naksir orang sepertiku. Apalagi kalau aku adalah seorang Janda.
Aku dan Bayu memilih Cafe yang tidak jauh dari sekolah Kevin. Aku menyelesaikan semua skrip yang diminta Dimas.
" In...telpon dari Hans " Bayu menyerahkan hpnya ke tanganku. Ragu aku letakkan ketelinga, sejak kami berdebat hebat dengan seorang manajer sebuah perusahaan yang mau mengganti sepihak kontrak kerja sama, seorang pria yang mengaku sebagai CEO perusahaan yang menyewa kami terus saja membangun komunikasi denganku meski berbagai cara aku menghindar.
" Haloo..." ucapku sedikit gugup
" Haloo.., dengan nona Intan. Maaf saya menganggu kerjanya, saya mengundang anda khusus untuk acara ulang tahun saya nanti malam. Apa undangannya sudah ditunjukan Bayu ? "
" Sudah " jawabku pendek.
" Datang ya, kedatangan anda sangat diharapkan di pesta nanti malam, kalau anda tidak datang acara akan bubar " suaranya terdengar serius. aku tertawa menyangka ini hanya candaan.
" Ini serius nona, acara ini dibuat untuk anda "
" Anda bisa saja merayu saya pak Hans, oke saya akan datang "
Kuberikan lagi hp Bayu, ia memandangku dengan tatapan aneh. Aku mengetuk kepala Bayu dengan map yang aku pegang.
" Lu belum percaya kalau dia suka sok cuek kaya lu Tan Tan " Teriaknya saat aku berdiri dan melangkah santai meninggalkan kafe. Saat ini aku tak ingin terjebak oleh cinta para laki-laki kaya itu. aku hanya ingin mewujudkan mimpiku menjadi seorang sinematografi.
Aku kembali ke sekolah Kevin dan melihat mobil Darren sudah terpakir di halaman sekolah. Aku melihat pak Wisnu turun dan menegurku.
" Bu Intan, tadi bapak pesan untuk mengantarkan ibu pulang ke rumah "
" Saya tidak ikut pulang pak Wisnu, ada kerjaan yang harus saya kerjakan sampai malam "
" Tapi bu " Aku mengabaikan sanggahan pak Wisnu. Setelah menjemput Kevin di kelasnya, aku mengantarkan dia masuk kedalam mobil ayahnya.
" Bunda hari ini ada pekerjaan, Lusa bunda datang lagi " ucapku setelah menutup pintu. Ku lihat gurat kecewa di wajah Kevin mapun pak Wisnu.
" Bunda kenapa tidak pulang ? Kevin akan marahi papa kalau papa usir bunda lagi " Langkahku terhenti mendengar kata-kata menghiba Kevin. Ku pejamkan mata dan menarik nafas sedalam mungkin. Aku sudah berusaha melupakan semua yang terjadi di masa lalu. Melupakan semua perlakuan Darren yang begitu membenciku saat itu. Aku berusaha tak terpengaruh oleh perubahan yang terjadi pada laki-laki yang dulu begitu ku harapkan cintanya.
" Jalan pak " ucapku. Aku melambaikan tangan pada Bayu yang menungguku di gerbang sekolah. Bayu tidak tahu kalau Kevin adalah anak Darren, teman kuliahnya dan sama sekali kututup rapat aku adalah mantan istri Darren hanya Dimas yang tahu masa laluku. Mobil Bayu melaju kencang menuju kantor.
Semua orang kudengar grasak grusuk tentang pesta yang akan diadakan Hans. Kami memang merasa diistimewakan oleh mantan klien perusahaan. Entah kenapa, pria yang masih melajang di usia 35 tahun itu sering menanyakanku. Apa karna aku berhasil membuat ibunya tersenyum saat acara Charity yang diadakan perusahaannya.
" In...ini bagianmu " Dimas memberikan amplop coklat ke tanganku. Proyek dokumentasi di perusahaan Darren baru saja selesai dan segala p********n yang sesuai kontrak sudah mereka bayarkan.
" Tapi aku mengundurkan diri Dim.., aku tak berhak menerima ini " ucapku sambil mengembalikan amplop yang diberikan Dimas.
" Jangan keras kepala, menerima ini bukan berarti kamu dibayar untuk merawat Kevin. Ini hakmu In, dia sudah mengambil waktu kerjamu " Aku tak bisa membantah Dimas. Sepupuku itu tahu kalau saat ini aku sangat butuh uang untuk melanjutkan studiku.
Aku dengan malas mengikuti rekan kerjaku memilih gaun pesta. Ku biarkan saja Bayu memilihkan untukku sementara aku sibuk melakukan riset data untuk film dokumenterku.
Malam pesta aku datang bersama rekan rekan kerjaku. Saat menikmati dekorasi pesta yang mewah, panggilan suara membuatku menghindari teman-temanku. Pak Wisnu menghubungiku.
" Bu....kenapa tidak pulang ?, Bapak dan Kevin sudah menunggu ibu untuk makan malam "
" Pak Wisnu...aku....." panggilan terputus sepihak. Aku memandang layar hp, sebuah foto dikirim pak Wisnu, aku melihat Kevin duduk termenung di meja makan bersama ayahnya yang sedang mengiriskan stik. Dulu, aku suka stik itu. Kevin selalu membawakan sisa makanan yang dibuatkan ayahnya untukku. Aku tak bisa menikmati stik itu karena tak pernah mengizinkan aku makan semeja dengannya.
Hpku sudah low baterai, aku mematikannya dan kembali bergabung dengan teman-teman. Acaranya tampak segera dimulai, Hans berdiri ditengah pesta, didepan sebuah meja dengan cake berbentuk hati. Aku ikut dengan teman temanku, ikut bertepuk tangan. Setelah sambutan sang pemilik pesta, MC menunda acara potong kue karena ada tamu istimewa datang. Ku kira itu adalah pacar Hans. Aku terkejut dengan tamu istimewa yang di sampaikan MC. Laki-laki berbalut jas casual itu amat ku kenal. Darren.
" Mari kita sambut Cool Investor kita, Pak Darren Emir Fattan " sambut MC saat mantan suamiku itu mendekati Hans, mereka saling berjabat tangan. Mereka saling berbisik. Aku semakin menyembunyikan diriku dibalik tubuh Bayu. Ku lihat Dimas melihat kearahku. Ia memijit pelipisnya, seperti ada yang memusingkan kepalanya.
" Kepada siapa pak Hans, kue pertamanya ?" tanya MC. Aku yang sudah nyaman berdiri dibelakang Bayu, tiba tiba melihat kerumunan itu menyibak. Tinggal aku dan Bayu. Bayu mencubit lenganku yang sedang menganalisa gerak bibir Dimas.
" Sudah ku bilang, pesta ini untukmu nona Intan Anindita, irisan pertama ini untuk anda " riuh tepuk tangan mengiringi gerakan tangan Hans menyendokkan kue ke mulutku. Aku tercekat saat melihat sorot tajam Darren ke arah kami. Ku lihat dia mencelos saat Hans menarik tanganku mendekatinya.
" Kamu ingin tahu kan siapa wanita yang sering mengganggu pikiranku saat ini, kenalkan ini Intan " Hans mengenalkanku pada Darren. Kami saling menatap. Sama sama menaikan tangan untuk berjabat tangan. Kulihat Dimas geleng geleng kepala.
" Dia lebih istimewa daripada Anne mu " ucap Hans membuatku menoleh pada Darren yang belum melepaskan tanganku. Aku menyentak tanganku. Hatiku sakit ketika ada yang menyebut wanita yang pernah merebut suamiku itu.
" Aku permisi " ucapku seraya berbalik. Dengan tergesa aku meninggalkan pesta. Aku memesan ojek online untuk pulang ke rumah kontrakanku. Kejadian malam ini membuatku pusing. Aku terkejut karena melihat pak Wahyu dan Kevin berada di depan pagar rumahku.