SEPULUH

1058 Words
MICHAEL JONES POV Aku bangun dari tidurku, karena sengatan terik matahari yang mengenai wajahku. Awalnya tanganku meraba ke bagian depan tempat tidur, namun aku sama sekali tidak merasakan Queen ada di sana. Maka dengan sangat terpaksa aku membuka kedua mataku yang masih terasa berat, namun aku tetap saja tidak melihat keberadaan kekasihku di sana. Kekasih? Heh, aku sempat tertawa dalam hati ketika mengingat hal itu. Semua tentu saja karena pernyataan cintaku pada Queen yang kemarin tak bisa lagi kubendung, dan juga sosok Elisabeth Mayer yang tiba-tiba saja terbayang di benakku saat ini. Ya, katakanlah aku adalah laki-laki b***t yang akan membuat seorang wanita sakit hati. Tapi aku tak bisa berbohong dengan perasaanku pada Queen, dan tak ingin kehilangan dia lagi. "Queennnn...!" teriakku turun dari tempat tidur, "Queen kau di mana, Babyyy..." dan terus saja mencarinya saat sampai di bagian luar kamar. Akan tetapi aku sama sekali tidak menemukan di mana keberadaan Queen, sehingga aku semakin cepat melangkah agar segera melihat wajah cantiknya. "Oh, my Godness! Kau di mana, Sayang?! Queennn...! Queennn...!" Namun jangan berharap aku bisa berhenti meneriakkan namanya, karena jantungku seperti akan melompat keluar dari tempatnya saat ini. Lima menit aku memutari seluruh mansion, bahkan sampai ke ruang bawah tanah yang baru ku ketahui keberadaan tempat tersebut di sini, akan tetapi tetap saja aku tak menemukan Queen di mana pun juga. "Ya, Tuhannn... Apalagi ini?" batinku semakin tak bisa berpikir jernih. Akan tetapi aku langsung teringat akan ponselku yang berada di kamar tidur utama, saat mataku tak sengaja menatap pesawat telepon, dan dengan secepat kilat kakiku berlari di undakan anak tangga. BRAKKK... Aku bahkan membanting pintu sampai berbunyi keras di dinding, namun apa peduliku ketika nyatanya Queen yang lebih penting saat ini? Oh, s**t! Dengan cepat pula kedua ibu jariku bermain di layar ponsel pintarku, lalu tak sampai tujuh detik aku sudah mencoba untuk menghubungi Queen. "The number you are calling is not active--" "Arghhh... Shittt...! Kenapa dia mematikan ponselnyaaa...!" teriakku membanting ponsel ke atas tempat tidur, saat terdengar suara operator telepon. Dengan cepat aku mengambil kemeja dan juga celana jeans milikku yang tercecer di lantai kamar, memakainya dan berlalu dari sana. "s**t! Di mana kunci mobilnya?" umpatku saat akan turun ke lantai satu. Secepat kilat aku kembali naik ke kamar utama dan meraih kunci mobilku, namun aku juga sempat mengambil ponsel yang tadi berada di atas tempat tidur. "Apa mungkin Queen sedang mengemasi semua barang-barang yang dia katakan di kondominium miliknya?" batinku saat menutup pintu utama mansion. Namun tak ada tempat lain yang bisa aku tuju ketika nyatanya ponsel Queen tidak aktif seperti sekarang ini, jadi aku pun mengendarai mobilku menuju ke sana. Bip bip bip bip bip bip bip bip Akan tetapi sebuah panggilan masuk dari nomor baru tiba-tiba saja membuat ponselku berdering, dan membuat pikiranku terpecah. "Queen? Kau dimana, Sayang? Aku mencarimu di--" "Siapa Queen?! Ini aku Elisabeth! Kenapa kau memblokir nomor ponselku, hah?! Lalu tidur dimana kau semalam?!" teriak seseorang yang ternyata itu adalah suara Elisabeth Mayer, "Apa kau lupa semalam adalah hari anniversary kita?! Apa kau ingin menghindar dariku?! Aku hamil, Michael Jones! Kau harus segera menemui ayahku dan bertanggung jawab untuk menikahiku seperti janjimu saat kau ingin mengambil keperawananku!" Deg Dan duniaku terasa runtuh seketika. Aku bahkan segera menjauhkan benda pipih itu dari telingaku, walau pun suara berbisik tetap terdengar dari ponselku. "Hamil? Elis hamil? Itu tidak mungkin! Bukankah aku sudah membawanya menemui dokter kandungan untuk memasang alat kontrasepsi? Bagaimana dia bisa sampai hamil? s**t! Dia menipuku!" batinku tersentak, lalu kembali fokus dengan ponselku. Akan tetapi aku belum mau berbicara dengan Elis kembali, melainkan mematikan panggilan tersebut dan beralih ke kotak pesan yang masih berada di dalam ponselku. "Brengsekkk...! Queen pasti pergi sehabis membaca semua pesan gila yang dikirimkan Elis padaku ini! Brakkk..." teriakku sembari memukul stir mobil. Hal itu karena aku tak merasa pernah membaca beberapa pesan terbaru yang Elis kirimkan, dan sudah jelas dugaanku jika ini masih ada sangkut pautnya. Maka dengan cepat jempolku menutup layar handphone yang menunjukkan aplikasi pesan tadi, lalu membuka nomor ponsel elis yang katanya sudah terblokir tadi, dan segera saja aku menghubunginya. Saat panggilan itu sudah tersambung, aku segera mengeluarkan semua kata-kata yang ada dalam benakku, "Siapa yang menyuruhmu berbohong Elisabeth Mayer?! Kenapa kau mengirimkan belasan pesan gila ini padaku, hah? Apa kau pikir aku lupa dengan alat kontrasepsi yang dipasang oleh dokter kandungan beberapa bulan lalu itu?! Aku yang mengantarkanmu, Elis! Kau brengsekkk...!" dan aku juga mencacinya. Sayangnya aku melupakan bahwa Elisabeth Mayer adalah anak tunggal dari orang gila bernama Jhonson Mayer, sehingga tentu saja perempuan itu tak akan tinggal diam ketika aku sedang naik pitam seperti saat ini. "Kenapa memangnya, Mike?! Kenapa jika aku mengirimkan pesan itu padamu, hah? Apa kau pikir menunggumu hampir dua puluh empat jam itu menyenangkan? Aku ini kekasihmu, Michael Jones! Jadi aku perlu tahu kau berada di mana saat ini?!" Dia mengamuk dan isi ucapannya memang adalah sesuatu yang berisi kesalahanku. Namun karena Queen Madison, aku berusaha tak memedulikan itu lagi. Klik Kumatikan sambungan telepon tersebut dan membuang benda pipih itu ke atas dash board mobilku, dan kali ini aku mulai meragukan jika Queen sedang berada di kondominium miliknya. Akan tetapi sekali lagi aku tak punya tempat lain yang bisa aku datangi selain kondominium itu, sehingga mesin mobil pun kuhidupkan segera. "Aku mohon, Queen. Tolong jangan tinggalkan aku tanpa penjelasan secara terus menerus seperti ini. Aku akan segera mengakhiri hubungan gilaku ini dengan Elis, jadi tolong bertahanlah sedikit lagi!" batinku terus menatap ke arah jalan. Bip bip bip bip bip bip bip bip Akan tetapi ponsel yang berada di atas dash board mobil itu kembali lagi berdering, dan benar-benar membuat kepalaku pusing seketika. "Elisabeth, Brengsekkk...! Aku akan membuat kau menyesal karena sudah mengirimkan seluruh pesan gila itu, perempuan t***l!" umpatku sekali lagi memukul stir mobil. Dan apa yang kukatakan itu adalah sebuah kebenaran, karena saat ini aku sudah mematikan panggilan masuk dari Elis, namun aku mencari nomor ponsel Filemon dan menghubunginya. "Hallo, Brother? Kemana saja kau sejak kemarin? Elis menghubungiku untuk mencarimu. Aku jawab saja jika aku tak tahu di mana keberadaanmu," sahut Filemon di ujung telepon, saat panggilan telah tersambung. "Aku sudah tahu, Brother. Maka itu aku menghubungi kau sekarang dan tolong kirimkan seseorang untuk memperkosa atau membunuhnya saat ini, karena aku tidak ingin melihatnya berkeliaran lagi di muka bumi ini! Klik," dan aku pun membalas ucapannya tanpa berpikir secara jernih lagi. ???????????? To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD