TIGA BELAS

1030 Words
QUEEN MADISON POV Aku sudah berada di back stage ketika lampu ruang VVIP yang awalnya sangat terang benderang, terganti dengan cahaya redup. Sudah kukatakan pada Madam Marimar untuk tidak menerima Michael Jones, Gregory Sebastian atau si b******k Filemon White sebagai tamuku malam ini dan entah apakah keinginanku akan terkabul atau tidak. Deg Kurasakan putaran panggung mini dengan dua buah tiang besi, kini mulai bergerak. Namun jantungku seakan tak bisa diajak berkompromi, dan hati kecilku berharap sang tamu adalah Michael Jones. "What? Apa-apain ini? Kenapa tamunya adalah sepasang wanita? Apa Madam Marimar sudah tak waras lagi?!" batinku membulatkan dua bola mataku. Aku ingin sekali bertanya sebelum memulai, namun ternyata musik sudah terlebih dahulu mengalun dan seseorang dari dua wanita itu menyuruhku mulai menari dengan gerakan tangannya. Maka mau tak mau aku pun harus bersikap profesional, dan melakukan kewajibanku. Semua aku awali dengan gerakan erotis bally dance di area pinggul, lalu sedikit frontal dengan naik ke atas tiang besi kemudian berputar, dan satu demi satu kain di tubuhku harus terlepas di menit selanjutnya. "Sial! Apa yang mereka lihat sejak tadi? Apa kedua wanita tua ini bukan pasangan penyuka sesama jenis, sehingga aku dibutuhkan hanya untuk membangkitkan libido seksual mereka?" umpatku sembari bertanya-tanya dalam hati. Keduanya tampak serius memandangi setiap lekukan tubuhku yang sudah tidak terhalang sehelai benang pun, sehingga jelas aku tampak semakin kikuk di atas panggung. "Cukup! Aku menyukainya, Grace. Doorrr... Kau sendiri?" ujar wanita yang memberiku aba-aba tadi, sembari mematikan suara musik dengan senjata api yang entah ia dapatkan dari mana. Deg Jantungku seakan hampir melompat keluar dari tempatnya, namun aku terlihat sangat bodoh karena hanya bisa mematung si atas panggung mini. "Dia sangat cocok, Morena. Jika aku adalah pria, maka sejak tadi aku akan menerkamnya. Karena saat ini milikku sudah basah dan ingin segera bercinta dengan Xavier," ujar wanita yang disebut dengan nama Grace itu. Tak ayal aku semakin bingung dengan maksud dan tujuan kedua wanita itu, namun yang membuatku tersentak adalah langkah kaki mereka. "Hei, apa yang ingin kalian lakukan?!" teriakku saat aku sudah tak dapat bergerak ke mana-mana, akibat papan kayu yang menjadi peyangga antara panggung mini dan juga back stage. "Kau yang kami cari selama ini, Queen Madison. Kau harus berkerja sebagai Strippers di casino milik Daddy. Tugasmu hanyalah mengecohkan seluruh mata p****************g agar mereka tidak fokus dengan permainannya dan Daddy akan membayarmu dua kali lipat dari imbalan yang Marimar berikan. Bagaimana? Kau setuju, kan?" bisik wanita bernama Grace tadi, dan wanita lainnya yang bernama Morena pun menodongkan senjatanya padaku. "Jika Grace masih memintamu untuk berpikir, itu tidak sama denganku!" ujar Morena, membuatku semakin ketakutan akibat ujung pistol yang terasa dingin di pelipisku. "Iy..iya. Ta..tapi bagaimana dengan Madam Marimar, Nyo..nya?" tanyaku terbata. Namun suara tertawa besar langsung menggema ke seluruh ruangan, dan tentu saja ketakutan semakin membuat bulu di sekujur tubuhku meremang. "Dia akan mati jika tidak mengabulkan permintaan kami, Queen Madison!" sahut Morena memasang mata tajamnya padaku. "Maka itu sekarang pakai pakaianmu, dan ikut bersama kami ke pantai teluk Texas. Kau akan mendapatkan segala fasilitas mewah di Sam Houston Race Park, karena Daddy adalah orang yang royal jika benar kau mau berkerja dengan sungguh-sungguh," dan Grace menengahi dengan nada memerintah, namun intonasinya berbeda dari pada Morena hingga membuatku sedikit tergiur. "Pantai teluk Texas? Apa aku boleh keluar untuk membeli sesuatu jika aku membutuhkannya? Maksudku--" "Selama ini hanya tubuh tanpa nyawa yang berhasil keluar dari sana, Queen Madison! Jika kau membutuhkan sesuatu, kau tinggal mengatakan apa saja pada ratusan penjaga yang berada disana!" tegas Morena memotong pertanyaanku, "Kau bisa meminta mereka memasukimu beramai-ramai jika memang lubangmu ini sudah terasa sangat gatal, bahkan itu terjadi secara gratis tanpa perlu kau mengeluarkan lembaran uangmu," tambah Morena berbisik tepat ditelingaku. Deg Mata dan jantungku secepat kilat bereaksi dengan tugasnya masing-masing di tubuh, saat mendengar bisikan Morena, "Oughhh...!" dan satu remasan kasar tangan wanita itu di p******a kananku, membuat aku kembali tersentak ke dunia nyata. "Jangan menganggunya, Morena! Dia bukan Cecilia," kekeh Grace, lagi-lagi membuatku terkejut. "Oh, Tuhan. Mungkinkah dia juga sama dengan Monica yang sangat menyukai lubang merah sejenisnya?" lalu menduga dalam hati. "s**t! Pakai bajumu, Queen Madison! Aku akan meremasnya seperti ini lagi jika kau terus membuatku tergoda!" kesal Morena padaku. "Achhh..." namun mulutku menjawab ocehannya dengan desahan, akibat tangannya meremas daging di pangkal pahaku yang berbulu. Tanpa membuang banyak waktu, aku segera memunguti pakaianku yang tercecer di lantai panggung mini dan memakainya kembali. Kulihat Morena dan Grace menuruni tiga undakan anak tangga yang terdapat di samping panggung mini, lalu kembali menuju sofa dan menyesap smirnoff pesanan mereka. Namun itu tidak lagi menarik dalam pikiranku, setelah bayangan wajah Michael Jones melintas begitu saja. "Apa ini pilihan yang tepat untuk menghindari Mike? Kuakui aku jatuh cinta atas segala yang ada dalam dirinya, bahkan aku sempat berniat untuk terus mengganggu hubungannya dengan wanita sialan itu!" batinku mulai memasang stocking di kedua kakiku. "Apa yang kau lamunkan lagi, Queen Madison? Cepatlah bergerak! Kami sudah sejak kemarin berada di luar dan Daddy pasti akan memberi hukuman berat jika malam ini belum sampai ke sana!" teriak Morena meletakkan gelasnya di atas meja. "Bersabarlah, Adikku yang manis. Jika kita diberi hukuman oleh Daddy, katakan saja kemarin kita tidak menemukan Queen di sini," sahut Grace lagi-lagi membelaku, "Jadi biar hukuman bercinta dengan Diaz itu diberikan pada Queen, dan kita mendapat tontonan gratis bagaimana panjangnya batang si Anjing kesayangan Daddy itu," namun ternyata aku salah menilai sikap manis yang ia tunjukkan sejak tadi. Secepat kilat aku memakai g-string setelah selesai mengenakan stocking, lalu berlari mencari gaun yang kulepaskan di back stage, dan dengan sedikit terengah kupasang lagi high heel di kedua kakiku. "Sudah?" tanya Grace dan aku hanya mengangguk akibat masih merasa kesal dengan ucapannya tadi, "Ini untukmu, ladies night. Karena kau masih baru, maka warnanya masih pink dan kau akan mendapatkan warna lain disetiap tahunnya nanti," lalu ia kembali berbicara seraya menyematkan sesuatu di dadaku. Kurasa mungkin itu adalah identitas mereka di sana, sebagai tanda agar tidak salah satu sama lain dan aku pun pasrah tanpa bisa menolak. "Semoga ini jalan keluar untuk menghilangkan Mike dalam pikiranku," sebaris kalimat itu terus saja berulang-ulang kulontarkan dalam hati, sebagai bentuk rasa kesal sekaligus penyesalan akibat jatuh cinta pada orang yang salah. ???????????? To be continue...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD