21. Mendadak Jadi Jutawan

1281 Words
Menjadi orang kaya mendadak. Itulah sekiranya gelar baru yang orang-orang sandingkan kepada Kirana. Ketika perempuan itu keluar dari dalam ruangan Pak Damar menenteng tas tempat laptop dan sudah disambut oleh ketua kelasnya saja. "Gimana?" tanya Faisal antusias. Saking niatnya pemuda itu sampai menunggu Kirana di kursi tunggu. Padahal, Kirana tidak berekspektasi apa-apa kalau akan ada yang menunggui di dirinya seperti ini demi sebuah informasi. Dari sudut pandang Faisal sendiri, dia malah senang kalau Kirana yang diminta. Jadi, Faisal tidak perlu bekerja terlalu keras akhir-akhir ini. Karena pengalaman yang sudah berlalu, Faisal suka tidak sabar kalau menghadang Pak Damar yang terkadang suka seenaknya sendiri. Semua orang juga tahu kalau dosen itu maha benar dan mahasiswa-mahasiswinya maha salah. Ketika dosennya yang salah, maka mahasiswanya lebih salah. Itu sudah makanan sehari-hari sekali. Ketika dosen suasana hatinya kurang baik, diam adalah solusi terbaik dari semua solusi yang paling baik. Karena jangankan salah, benar saja disalahkan kalau suasana hatinya dosennya tidak sedang dalam keadaan yang baik. Memang semua orang tidak bisa memukul rata kalau semua dosen seperti Pak Damar yang suka seenaknya saja. Namun, memang tak jarang ditemui dosen seperti Pak Damar yang suka ada-ada saja jika memberikan tugas. Sukanya dadakan. Orang-orang mengatakan kalau menuntut ilmu itu memang berat dan banyak ujiannya. Jadi, sudah sepatutnya para pemuda-pemudi, yang sekarang tengah berstatus sebagai mahasiswa ataupun mahasiswa, sudah sepantasnya hormat kepada seorang dosen atau gurunya terlepas guru itu suka asal memberi tugas. Ambil sisi positifnya ketika dosen memberikan tugas secara mendadak dengan waktu yang singkat. Anggap saja kalian tengah dilatih berkerja dalam tekanan karena dunia pekerjaan memang tidak sesederhana ketika SD, kemudian bertengkar dengan teman sekelas dan beberapa waktu kemudian langsung berpelukan, berbaikan lagi. Dunia pekerjaan memang tidak bisa diajak bercanda. Karena itu, ketika dosen yang terkesan keras kepala dan aneh sekali memberi tugas dadakan dalam waktu yang singkat, seperti yang sudah disebutkan tadi. Anggap saja sebagai ujian atau cobaan ketika menuntut ilmu. Jika tidak bisa berpikir positif demikian, maka berpikirlah saja jika sesungguhnya tengah dilatih bekerja dalam keadaan apapun, termasuk tertekan sekalipun. Kalau di zamab kuliahnya terkesan tenang-tenang saja, di dunia kerja nanti bisa-bisa terkejut ketika mendapati atasan yang begitu otoriter. Kalau semisal terbiasa dengan cara Pak Damar memberi tugas dan suka berpikiran negatif, pasti tidak masalah sama sekali dengan tugas yang dosen berikan "Eh, ditanyain malah diem aja. Gimana?" tanya Faisal lagi karena Kirana juga tak kunjung menjawab pertanyaannya. Kan Faisal ingin mendengar kabar baik, setelah itu benar-benar kembali ke basecamp dan tidur karena semalam juga semua orang bergadang untuk menyelesaikan tugas yang diberikan durasi hanya satu setengah jam seperti kalau sedang ujian tengah semester atau ujian akhir saja. Padahal hanya tugas. "Ya, ini aku sudah dipinjamkan laptopnya. Katanya nanti kalau bapaknya ada waktu luang, akan dikirim materinya. Lewat email." Mendengar itu, Faisal sontak bersorak-sorai. Dia bahagia sekali. Saking bahagianya, dia tidak sengaja berteriak kalau dia bebas dari kutukan setelah sekian lama karena memang kelasnya tidak ada regenerasi dari pejabat-pejabatnya seperti ketua kelas, wakil, bendahara dan sekretaris. Jadi karena ada Kirana yang menjadi tambahan orang yang membantu menjadi kerja Faisal pasti berkurang. Kalau di kelas mereka, ada Pak Damar dan tidak maka semua orang dari empat kelas yang ada di program studi teknik telekomunikasi itu sepakat bahwa jika diberikan pilihan untuk memilih antara diajar secara langsung/diwakilkan meskipun dengan teman sendiri atau tidak diajar sama sekali, maka mereka tentu saja diajar oleh teman mereka. Karena pernah sekali Pak Damar tidak mengisi kelas, tugasnya masya Allah, seakan berantakan tujuh turunan dan itu melibatkan pembuatan web semua. Memprogram semua. Jadi sejak itu, mereka malah trauma kalau ada dosen yang tidak mengajak. Bagi mereka, lebih baik mengantuk meskipun diajar daripada sudah mengantuk, tidak diajar sama sekali. "Yang manut apa kata Bapak ya, Ki. Gue do'akan supaya nggak mimpi buruk, hahaha." Faisal, lelaki itu, benar terlihat senang sekali. "Ya udah, gue cabut duluan ya. Baik-baik pulang-pulang nabrak, baru juga, belum ada sehari taken kontrak sama malaikat pencabut nilai tapi tampan." Kirana hanya geleng-geleng dan pergi setelah Faisal bersama kedua temannya berjalan menjauh lebih dahulu. Sepanjang koridor, di kelas-kelas lain yang kemungkinan kelasnya juga sudah selesai, terdengar serba-serbi perkataan yang jelas-jelas membicarakan dirinya. Kirana hanya menebak kalau berita tentang Pak Damar yang akan pergi selama satu bulan dan akan digantikan oleh anak muridnya sendiri sudah tersebar di mana-mana. Kalau tidak begitu, tidak mungkin mereka sampai melihat Kirana dari atas sampai bawah seakan menilai. Sebenarnya begini, dari empat kelas tersebut, hanya Kirana yang menurut Pak Damar siang memadai dan layak untuk membantu dirinya dalam menyampaikan materinya nanti. Dia memiliki mahasiswa seperti Kirana pasti juga tidak asal memilih, tentu saja ada sebab-sebabnya. Jadi kalau ada yang mempertanyakan kenapa, maka Pak Damar cukup menjawab bahwa nilai Kirana yang paling tinggi dan tugas-tugasnya selalu sempurna. Pekerjaannya selalu lain daripada yang lain karena setiap pemikiran orang berbeda entah benar ataupun salah, tapi Kirana seringnya benar. "Kita nanti beneran diajari sama si cupu kelas sebelah, dong? Yang ditenteng aja bukan maen?!" kata salah mahasiswi yang kebetulan duduk-duduk saja sambil bersedekap d**a. Ya sudah sikapnya sama seperti yang berada di kiei kanannya, terlihat merendahkan sekali hanya karena merasa Kirana adalah seorang cupu. Mereka tidak tahu saja. Kirana diam seperti cupu, bergerak jadi suhu. Buktinya, dari 100 orang yang ada, Kirana yang menjadi pertama dan satu-satunya. Kemampuan yang Kirana miliki akan keluar dengan sendirinya. Perempuan itu akan memperlihatkan bakat tersembunyi. Ini bukan untuk ajang untuk pamer keahlian, tapi kira-kira, Kirana akan menyampaikan apa yang akan Pak Damar amanahkan kepada dirinya kepada semua orang. Berita pembulian itu seakan sirna begitu saja. Namun tak apa, Kirana justru senang. Dengan begitu, tidak akan ada yang mengingat Bianca lagi dan pastinya tidak akan ada yang menjelek-jelekkan Bianca. Karena bagaimanapun, mereka teman satu kelas meski Bianca dan kedua temannya tidak pernah bersedia mengakui Kirana balik sebagai temannya karena kekurangan yang Kirana miliki. "Eh cupu," tiba-tiba ada seorang perempuan lagi datang menghampiri Kirana yang Kirana saja tidak sadar muncul darimana tiba-tiba saja sudah menghadang langkahnya. Kirana yang semula menunduk mengangkat wajahnya untuk menatap lawan bicaranya ini. "Diapain sama Pak Damar lo sampai mau jadi kacungnya?" Kirana yang tidak paham jelas menggeleng dan gelengan jujur yang Kirana berikan ini malah dianggap sebagai penyepelean oleh perempuan yang ada di depannya. "Eh, jangan sok ngartis lu!" katanya sambil mendorong d**a kanan Kirana dengan telunjuknya sampai Kirana terhuyung beberapa langkah ke belakang. "Baru juga dijadiin kacung, dipinjami laptop mahal dong. Jangan sok ngartis!" temannya lagi. Sebenarnya, Kirana juga tidak tahu harus melakukan apa karena sedari dulu, orang tuanya tidak pernah mengajarkan dirinya untuk balik mencela orang-orang yang mencela dirinya. Ibunya selalu mengajarkan arti kesabaran kepada Kirana. Karena sabar adalah perbuatan yang sangat berat, tapi besar sekali pahalanya. Makanya, terkadang Kirana suka bingung kalau menyikapi orang seperti ini. Kalau diam, nanti dikira sombong, menjawab ya dikira sombong juga. Jadi Kirana hanya menjawab seandanya saja, tapi tetap saja salah di mata mereka. Sudahlah, Kirana memang tidak pernah benar. Semoga saja pembulian yang dialaminya tidak terulang lagi meski dengan orang yang berbeda sekalipun. Karena menjadi Kirana itu sudah berat tanpa mereka tambah-tambah beban di pundaknya. "Saya minta maaf. Saya permisi dulu." Kirana berupaya menghindari perdebatan kalau-kalau seandainya memang akan terjadi perdebatan. Dia tidak mau kalau sampai terjadi pembulian seperti waktu itu karena Kirana takut sekali. Padahal, Kirana sudah meminta maaf padahal dia tidak salah. Namun, tetap saja malah orang-orang yang suka sekali mencari gara-gara padanya. "Enak aja maen pergi! Gus belum selesai tau!" Kirana hanya bisa pasrah karena semuanya terjadi begitu cepat di depan matanya. Ketika tas laptopnya yang didalamnya tentu saja berisi laptop yang dipinjamkan oleh Pak Damar direbut paksa oleh perempuan ini, yang Kirana saja tidak tahu namanya siapa, kemudian diangkat tinggi-tinggi dan benar-benar dijatuhkan keras ke arah lantai yang tentu saja Kirana tahan mati-matian agar tidak sampai terjatuh bagaimanapun caranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD