5

1875 Words
Dan saat itu juga aku mengerti apa alasan dari semua teror ini. Uriel tidak bisa mengubah Ordinacione Caeli tanpa melakukan pertemuan dengan seluruh Archangel dan Seraphim. Dia tidak punya alasan tepat untuk mengubah peraturan itu. Semua yang dia lakukan bukan untuk merebut kekuasaan dari Jade. Tidak. Wilayah kekuasaan Uriel jauh lebih luas. Uriel melakukan ini untuk memancingku keluar. Dan dia akan mendapatkannya. Uriel terkenal dengan kebiasaannya menghancurkan siapapun yang menjatuhkan anak-anaknya, terutama Icarus, anak kesayangannya. “Aku pergi, Kairav.” Bisikku pelan sebelum berteleport ke pinggiran Sungai Hudson dan menelusuri jejak Katia sambil terbang mulai dari sana. Aku tidak membutuhkan waktu lama untuk menemukan tempat Katia di sandera. Sebuah rumah kosong yang mungil tepat di pinggir sungai. Kekuatan Uriel bahkan sudah bisa kurasakan dari jarak yang sangat jauh. Aku menemukanmu. Dimana kau? Lurus dari pintu. Kau bodoh, El Rey. Anggap saja aku memaafkanmu kali ini. Jade akan mengulitiku hidup-hidup kalau aku melukaimu. Aku sama sekali tidak menahan kekuatanku saat menciptakan bola api yang kemudian kulempar ke arah rumah mungil di hulu Sungai Hudson itu. Uriel yang pastinya sudah merasakan keberadaanku melayang terbang tidak jauh dari tempatku. “Cara yang sangat licik, kotor, tidak beradab dan paling menjijikkan yang pernah kutemui, Uriel.” Malaikat tampan bersayap ungu itu menyeringai. “Ternyata tidak perlu mengorbankan Jade untuk memancingmu keluar, El Rey.” Ujarnya dingin. Entah kenapa cara Uriel mengucapkan panggilanku itu seperti sedang mengejekku. Dan aku yang tidak suka dipanggil dengan sebutan itu semakin tidak menyukai panggilan itu. “Aku tahu kenapa kau melakukan ini, Uriel.” “Kau tidak tahu rasanya menjadi orangtua yang sangat membanggakan anaknya tapi anaknya sama sekali tidak berdaya menghadapi malaikat tanpa posisi sepertimu.” “Kau salah memandang masalah ini.” Tukasku saat sebuah bola api melesat ke arahku diiringi panah-panah malaikat. Secepat mungkin aku berusaha menghindari semua itu tanpa membalas serangan Uriel. “Kalau kau melihatnya dari sudut pandang Archangel, kau akan mengerti kenapa aku mengatakan kalau Icarus-lah yang bersalah.” Uriel kembali menyeringai. “Bukan Icarus yang kusesalkan. Dia selalu menjadi kebanggaanku. Reynard lah yang membuat keluargaku dipandang sebelah mata. Kekuatannya tidak pernah meningkat walaupun usianya semakin bertambah. Dia noda dalam sejarah keluargaku. Dan kegagalannya waktu itu semakin membuatnya dipandang Rendah.” “Kau sudah melewati batas, Uriel. Semua teror ini... Dan apa yang baru saja kau katakan tentang Reynard... Aku tidak bisa mengampunimu.” “Aku tidak butuh pengampunanmu, anak muda. Aku akan mengalahkanmu dan membuat Reynard terbebas dari mantra-mu. Dia terlalu mengobsesikan dirimu hingga tidak bisa menggali kekuatannya sendiri. Dia selalu ingin berada di dekatmu agar dia bisa menjadi ‘sesuatu’ di mata Seraphim!” Geram Uriel sambil melancarkan beberapa serangan ke arahku, dan kali ini aku terlalu terkejut dengan apa yang Uriel pikirkan hingga tidak sempat menghindari salah satu panah malaikat yang menembus sayapku dan membuatku jatuh berputar ke arah gudang kapal yang ada dibawah kami. Tubuhku menghantam gudang kapal dengan sangat keras dan membuat dinding-dindingnya berderak retak sebelum mulai runtuh. Uriel sudah menghabiskan kesabaranku. “Reynard tidak pernah terobsesi padaku. Dia hanya memanfaatkanku, kekuatannya tidak akan meningkat kalau dia terus berada dibawah bayang-bayang dan racun Icarus.”   *Author POV* Navaro bangkit dari reruntuhan gudang kapal yang ada di pinggir sungan Hudson. Dengan sengaja dia mengembalikan warna asli kedua sayapnya. Seandainya Uriel terkejut, dia bisa menyembunyikan keterkejutannya dengan sangat baik. Navaro terbang vertikal untuk menghadapi Uriel dengan serius. Uriel kembali melemparkan bola api ke arah Navaro saat bola api itu meledak di udara akibat berbenturan dengan bola api yang Navaro lepaskan. Kedua malaikat itu terbang dengan kecepatan menakjubkan sambil terus-menerus melemparkan bola api. Beberapa kali Navaro berhasil mengenai Uriel dan membuat sayap lembayung Uriel mengucurkan darah segar. Uriel sepertinya sudah kehabisan kekuatan alamnya hingga dia tidak bisa membentuk bola api malaikat lagi. Tangannya meraih pedang panjang yang selalu tergantung di pinggangnya dan mulai menyerang Navaro. Keistimewaan pedang Uriel adalah pedang itu tidak memiliki bentuk sejati. Bentuknya bisa berubah sesuai dengan keinginan si pemilik dan itu jelas menyusahkan lawan. Sambil berusaha menghindari sabetan pedang Uriel dengan sayap cedera, Navaro menggapai ke punggungnya, ke celah diantara kedua pangkal sayapnya dan menarik keluar Theos Spathi. Dalam satu ayunan, Theos Spathi berhasil melukai sisi sayap Uriel yang lain dan membuat Archangel itu murka. Navaro sama sekali tidak terkejut melihat perubahan bentuk pedang Uriel yang kini berwujud sangat lentur hingga bisa meliuk-liuk mengikuti Navaro. Navaro sendiri mulai frustasi karena terus menghindari pedang Uriel yang sangat menyusahkan itu. Akhirnya Navaro memutuskan untuk menguji kekuatan asli Theos Spathi. Navaro berteleport cukup jauh untuk menghindari serangan Uriel dan memusatkan kekuatannya pada Theos Spathi, membuat pedang itu melayang diantara kedua tangannya. Navaro menggerakkan kedua tangannya saling menjauh, dan seiring gerakan itu, muncul beberapa Theos Spathi yang lain. Dan dalam sekejap, beberapa Theos Spathi itu kini mengeliling Uriel dengan jumlah tak terhitung. Ratusan Theos Spathi itu mengurung Uriel, siap menghujam tubuh sang Archangel itu. “Menyerahlah, dan aku akan mengampunimu.” “Mari kita coba kekuatanmu anak muda.” Tantang Uriel angkuh. Dalam sekejap pedangnya sudah mengelilingi tubuhnya dan membentuk pertahanan sempurna. “Milia Lux.” Bisik Navaro dan saat itu juga ratusan Theos Spathi yang mengelilingi Uriel melesat bagaikan cahaya menghujam tubuh sang Archangel. Pertahanan Uriel tidak berguna dibawah kekuatan Theos Spathi. Tubuh malaikat itu tercabik-cabik dan kemudian meledak tanpa menyisakan sedikitpun abu. Theos Spathi yang asli langsung kembali ke tangan Navaro. Malaikat itu mengembalikan Theos Spathi ke dalam sarungnya yang tak kasat mata di punggungnya lalu terbang ke tempat jejak aura Uriel. Sehelai bulu melayang indah di udara dan jatuh di telapak tangan Navaro. “Istirahatlah, Uriel. Aku selalu mengagumimu sebagai seorang Archangel dan sebagai seorang ayah. Reynard akan menjadi lebih hebat darimu saat dia sadar kalau Icarus bukan hal baik dalam hidupnya. Dan aku harap dia tidak memiliki sifat haus darahmu dan kesombongan Icarus.” Bisik Navaro nyaris berdoa sebelum membakar bulu itu dengan api malaikat.   *Navaro POV* Aku tidak menyangka kalau pada akhirnya aku harus menghabisi Uriel dengan tanganku sendiri. Tapi Uriel sudah melewati batas. Kalau dia tidak dihentikan sekarang, Uriel hanya akan menjadi malaikat haus Darah yang akan selalu berusaha memuaskan keinginannya akan darah malaikat lain. Setelah memastikan tidak ada pengikut Uriel yang berjaga di sekitar Sungai Hudson yang akan menyerangku tiba-tiba, aku menghampiri Katia yang masih duduk diam di sudut rumah dengan tangan dan kaki terikat. Sayapnya tergores dimana-mana dan terjepit diantara kedua tangannya yang terikat di belakang. Aku membuka ikatan di tangan dan kaki Katia. Katia langsung memelukku erat. Dia tidak menangis. Katia tidak akan menangis. Dia malaikat yang kuat. “Aku kira aku akan berakhir di tempat kotor ini, El Rey. Aku tidak menduga kalau kau yang akan menolongku.” Bisiknya sangat pelan, walaupun dia tidak menangis, aku tahu kalau dia terguncang dengan apa yang terjadi dan apa yang dia saksikan baru saja. Aku baru saja menghabisi seorang Archangel. “Aku akan mengantarmu pulang.” Ujarku sambil menggendong Katia dan membawanya terbang bersamaku. Katia meletakkan kepalanya di bahuku dan berbisik lembut. “Bisakah kita memulai segalanya dari awal?” “Aku tidak ingin terikat, Milady. Tidak denganmu, tidak dengan siapapun.” “Aku tahu. Tapi aku juga tahu kalau kau akan memilihku diantara malaikat-malaikat itu.” Aku menatap wajah Katia. Dia cantik. Sangat cantik. Dia mungkin salah satu malaikat favoritku di Regia Horto dan dia kemungkinan besar akan menggantikan posisi salah seorang Archangel kalau sudah tiba waktunya. “Kau benar. Karena itu, jangan buat aku mengubah keputusanku menjadikanmu malaikat favoritku.” Katia mengecup leherku lembut. “Baiklah. Tapi izinkan aku mengunjungimu di Inggris. Kau melarang semua malaikat mengunjungimu.” “Kau boleh datang kapan saja. Asal tidak membuat masalah dengan makhluk setempat.” Sahutku ringan. *** 6 bulan waktu manusia yang kubutuhkan untuk menyelesaikan misi yang Seraphim berikan padaku. Selama 6 bulan itu aku mengirim banyak malaikat ke Tartarus dengan tanganku sendiri. Demi kebebasan, aku akan melakukan apapun. Walaupun itu artinya aku harus melumuri tanganku dengan Darah malaikat lain. Atas permintaanku, semua misiku itu akhirnya dirahasiakan. Misi-misi itu hanya diketahui oleh Seraphim, aku dan orang yang bersangkutan. Aku tidak ingin malaikat lain melihatnya sebagai Adamang untuk membuktikan siapa yang lebih hebat dan berpikir kalau ini cara yang kugunakan untuk menjadi malaikat terdekat Seraphim. Dan hari ini aku akan kembali membicarakan kesepakatanku dengan Seraphim. Hak atas Inggris Raya, itu yang aku inginkan.   Pertemuanku dengan Seraphim satu jam lalu berlangsung sangat mulus. Seraphim berjanji akan ‘menutup mata’ atas kejadian di London selama aku yang bertanggung jawab atas Inggris. Dia memutuskan kalau aku sudah cukup ‘dewasa’ untuk dapat memiliki wilayah kekuasaan sendiri setelah semua misi yang dia berikan aku selesaikan dengan sempurna. Mungkin sudah saatnya aku mengambil posisi secara nyata dalam Regnum Angelorum setelah menolaknya sepanjang keabadianku hingga kini. Kini, aku punya hak untuk merahasiakan apapun dari siapapun selama masalah itu berada dalam teritoriku. “Bersiaplah menghadapi perang kecil, anakku. Inggris selalu menjadi daerah netral yang seharusnya masuk dalam teritori Azalel, penguasa Eropa Saratan, setelah Uriel kau eksekusi. Kepemilikan tiba-tiba ini akan membuatmu menjadi sasaran serangan. Kau hanya pantas memiliki Inggris kalau kau bertahan dari semua itu” Itu adalah ucapan Seraphim sebelum aku meninggalkan ruang duduk di curianya. Perang... Tidak masalah setelah apa yang aku lakukan kalau dengan begitu aku bisa mengklaim Inggris Raya berada di teritoriku. Wren pasti akan terkejut kalau mengetahui Inggris yang selama ini berjaya tanpa malaikat pelindung akan menjadi wilayahku. Rasanya menarik melihat aku juga bisa membuat Wren frustasi selain teman-teman vampirnya itu. Kieran, panggilku berusaha melakukan kontak pikiran pada pimpinan Cadre-ku. My Lord. Sahutnya cepat. Kumpulkan Cadre 7. Kita akan pindah ke bumi segera. Inggris akan menjadi tugas sepanjang keabadian kalian. Baik, Milord. Pemandangan Regia Horto dari beranda curia Seraphim memang yang paling indah. Tidak akan ada yang menyangka, dibalik salah satu awan yang terus melayang di permukaan bumi, terdapat sebuah tempat yang menjadi Kerajaan Para Malaikat, Regnum Angelorum. Bangunan-bangunan berkilau seperti emas yang ditimpa cahaya matahari. Bahkan air terjun kebanggaan para malaikat dapat terlihat dari curia Seraphim. Aku merentangkan sayapku selebar mungkin. Beberapa waktu belakangan ini aku menyadari, warna biru sayapku yang selalu nyaris tak terlihat di bawah cahaya matahari kini terlihat semakin jelas. Dan corak emas itu semakin jelas tercetak menghiasi birunya sayapku. Pengaruh pertempuran itu. Pikirku masam. Semakin banyak pertempuran yang dihadapi seorang malaikat, sayapnya akan terus berubah seiring pertambahan kekuatan mereka. Aku tahu Seraphim sedang memperhatikan sayapku tidak jauh dibelakang, dan dengan sengaja aku memperlihatkan semuanya itu sebelum terjun dari beranda Seraphim dan terbang naik dalam posisi vertikal. “Aku tidak akan membuatmu kecewa.” Gumamku lalu langsung melesat kembali ke curiaku sendiri. Karena itu aku mempercayaimu. Jawaban Seraphim terdengar begitu tulus. Tapi entah kenapa aku berpikir kalau Seraphim tidak pernah tulus pada apapun. Walaupun kami malaikat, tapi sedikit sekali dari kami yang benar-benar tulus terhadap sesuatu. Aku terbang dengan sangat cepat melintasi barisan rumah-rumah di bawahku, rumah-rumah malaikat yang berada dalam teritori Seraphim. Tidak jauh lagi aku akan memasuki teritori Icarus. Tidak ada batas udara, tidak ada batas tanah dan tidak ada perjanjian tertulis. Batas teritori hanya berupa kesadaran tiap malaikat. Tapi itu lebih efektif dari perjanjian manapun. Yang melanggar batas teritori harus siap menerima segala konsekuensinya. Begitu memasuki teritori Icarus, aku nyaris mempercepat terbangku, tapi apa yang aku lihat sekilas membuatku berhenti dan melayang di atas curia mungil dengan hamparan tanah hijau yang luas itu. Bangunan putih dua tingkat itu terlihat sepi. Rumah Reynard.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD