Chapter 8

1036 Words
Hari yang cerah, matahari sudah berada di atas langit dan seorang gadis sedang melakukan tinju kuatnya pada samsak yang tidak bersalah. Keringat menetes di kening dan bagian tubuhnya yang lain namun tidak menghentikan aktifitas olahraga yang menguras keringat itu. Rena memeluk samsak yang tergantung di salah satu pohon belakang rumahnya. Nafasnya ngos ngosan sebelum akhirnya ia berjalan mengambil botol air mineral dan menegaknya. "Capek?" tanya Vino tiba tiba membuat Rena menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya lalu menatap tajam ke arah Vino. "Kamu pengen aku cepet nyusul kamu ya!" ujar Rena marah karena ia nyaris tersedak dengan kedatangan vino yang tak Rena sadari. Lelaki hantu itu kemudian dengan cueknya duduk di atas kursi kayu, "Ini kerjaan kamu kalo hari minggu? Aih membosankan sekali" Ejek Vino sembari sebelah kakinya di topangkan ke kaki yang lain. Rena berdecih, "Emang ngurusin makhluk sepertimu gak butuh tenaga?" sahut Rena malas dan berbalik badan. Rena melemparkan botol air ke arah kursi yang Vino duduki, tentu saja botol itu hanya akan menembus bayangan Vino. Pria itu mengikuti Rena yang terus berjalan masuk ke dalam rumah yang ternyata menuju kolam renang. Rena terlihat melepaskan pakaian yang dia pakai hingga menyisakan tank top dan celana pendek di atas lutut sebelum menceburkan diri. Vino memperhatikan Rena dari tepi kolam renang. Begitu lihainya gadis itu meliuk liukkan badan saat berenang. Tangan Vino di silangkan di depan perut saat melihat Rena mengambang di tengah kolam. Tak lama gadis itu kemudian berenang menepi dan kembali naik dari dalam kolam. Vino masih memperhatikan sampai Rena mengambil kimono dan memakai nya. "kenapa kamu liatin aku kayak gitu?" seru Rena. Vino menggeleng, "Untung aja aku ini arwah mungkin kalo bukan aku sudah bawa kamu ke kamar" Sahut Vino mengerling jahil. Rena berdecih, "Dasar hantu tidak sadar diri!" Maki Rena lalu pergi ke walk ini klosetnya yang sangat jarang ia sentuh. Deretan baju baju masa kecilnya masih terpajang rapih di sana. Bik Kasih juga sering datang untuk membersihkan jadi para baju kenangan itu masih terawat sampai sekarang. Selesai berganti pakaian Rena keluar di situ dia langsung melihat Vino berdiri menghadapnya. "Kapan kamu bantu cari tau masalah ku?" tanya Vino. Rena memutar bola matanya. "Sasa, Darin! Kalian di mana!" teriak Rena mengabaikan Vino. Kemudian tidak lama dari teriak Rena muncul dua anak anak berlarian. "Kamu memanggil kita?" Tanya Sasa, bocah cilik penghuni rumah Rena sudah tinggal di sana sejak Rena bisa melihat makhluk gaib. "Kalian memainkan remot tv lagi?" Tanya Rena. Sasa menunjuk Darin, bocah laki laki seusia Sasa. "Dia yang membawanya aku sudah mengingatkan agar dia tidak membawa remot untuk bermain" tuduh sasa pada Darian. "Kenapa aku yang kau tuduh!" Sahut Darin tidak terima, "Bukan nya kamu yang mengambilnya lebih dulu" lanjut Darin balas menunjuk sasa. "Kalian cepat cari, aku ingin melihat ada media berita apa hari ini," suruh Rena dan kedua bocah tadi langsung berlari meski saling dorong dan mengatakan kalimat ejekan. Rena tertawa geli. "Sejak kapan ada anak anak di rumahmu?" tanya Vino sembari menyusul Rena yang sudah duduk di sofa. "Yang pasti sebelum kau muncul di rumah ini" Sahut Rena tak acuh. "Oh ya. Untuk urusanmu itu kita cari tau nanti sore sekitar pukul tiga. Hari ini aku benar benar ingin istirahat" ucap Rena lagi. Vino tersenyum tipis tidak mempermasalahkan keputusan Rena. Mau nanti atau besok asal gadis itu mau membantunya Vino akan menunggu. "Kau yang menyembunyikan remotnya!" "Kenapa aku. Kan kamu yang membawanya!" Vino menoleh dan dua bocah tadi datang saling menuduh soal siapa yang membawa remot. Rena tersenyum ke arah Sasa dan Darin. "Lain kali jangan memainkan barang barang yang bukan mainan kalian ya," ucapnya halus berbeda sekali saat berbicara pada Vino. "Ah! Rena kita manis sekali!" Seru Darin senang. Sasa di sampingnya langsung memukul Darin dan mereka pergi untuk bermain lagi. "Kenapa mereka tidak menuju surga?" Tanya Vino. Rena menekan tombol power pada remot dan tv di depan sana menyala. "Karena itu pilihan mereka" jawabnya. Vino mengangguk "Jadi kalau aku milih tetap jadi seperti ini aku bisa seperti mereka?" Bahu Rena terangkat dan dia menatap Vino, "Aku bukan Tuhan. Jadi mana aku tau kau akan seperti mereka atau tidak," sahutnya bernada ketus. Vino mencebikkan bibirnya, "Padahal tadi kau begitu baik dengan anak anak tadi lalu kenapa denganku kau sangat angkuh?" decihnya. Gadis itu tidak peduli, dia lebih memilih melihat layar televisi yang menampilkan tayangan talk show sebelum iklan menjeda memperlihatkan sebuah berita kecelakaan. "Itu mobilku!" seru Vino sambil menunjuk tv. Sebuah mobil jazz berwarna kuning, Vino menunjuk layar tv di mana mobil kuning sudah ringsek di bawah pagar. Rena mengernyitkan keningnya, "Yakin?" katanya yang langsung di angguki Vino dengan semangat. Rena mencoba melihat plat mobil namun malah di sensor entah untuk apa fungsinya di tutup tutupi. "Tapi itu kan berita sudah hampir satu bulan kenapa masih di tayangkan?" gumam Rena, padahal biasanya berita kecelakaan seperti itu hanya akan bertahan paling lama dua atau tiga hari. Rena mematikan tv sebelum meraih kunci motornya ,"lebih baik jika kita segera ke lokasi kejadian" ucapnya dan mereka pun pergi. Perjalanan hanya memakan waktu 30 menit sebelum Rena memakirkan motor matic nya. Tapi di lokasi itu sudah di bersihkan karena memang itu adalah jalan raya dan kejadiannya pun sudah sekitar satu bulan lalu. "Aku ingat mobilku menabrak di sini dan jatuh ke sana" Seru Vino. Rena melihat sekitar dan ia pun berjalan ke salah satu rumah penduduk. "Permisi pak" Sapa Rena sopan. "Iya dek. Cari siapa ya?" tanya bapak bapak penduduk di sana. "Ini pak. Kemarin teman saya kecelakaan di daerah sini tapi kendaraan nya belum sempat di ambil. Kira kira siapa yang membersihkan lokasi ini kemarin pak?" ucap Rena. "Oh yang bereskan kemarin itu polisi. Saya juga tidak tau di simpan di mana" jawab bapak itu. "Pas kejadian itu memang ada berapa korban pak yang terluka?" Rena mencoba megoreksi seperti wartawan sedang menggali informasi. Dia harap penduduk sini ada yang tau. "Wah kurang tau itu dek. Soalnya kemarin polisi melarang penduduk buat ikut membantu" "Kalau gitu makasih ya pak" pamit Rena. Dia menatap Vino sekilas yang juga menatapnya dengan mengedikkan bahu. Rena menghela nafas rendah, "Kita menuju ke kantor polisi" katanya dan pergi. Sedangkan bapak bapak yang baru saja Rena ajak bicara tadi kebingungan. Rena bicara sendiri tapi menyebut 'Kita' dalam ucapannya. Bapak itu kemudian bergidik ngeri. ___ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD