Chapter 9

1133 Words
Rena dan Vino sekarang berada di kantor polisi melanjutkan investigasi nya namun yang Rena dapatkan hanya sebuah kekecewaan. Polisi mengatakan pihak keluarga dari mobil kuning ingin merahasiakan masalah kecelakaan itu. Polisi pun tidak bisa berbuat apa-apa jika itu memang keinginan dari pihak keluarga Vino. Bahkan polisi juga tidak memberi tahu siapa keluarga Vino itu. Rena duduk di jok motor scoopy-nya. Di samping Rena ada Vino yang juga terlihat kecewa. "Sudahlah nanti juga bakal ketahuan," ucap Rena. Vino mengangkat wajahnya lalu menghela nafas. "Kenapa mereka melakukan ini?" katanya. Rena mengedikkan bahu, "Aku juga tidak tau. Kamu tenang saja aku pasti akan bantu kok dan mungkin mereka punya alasan kenapa masalahmu sampai di tutup ke publik." jawab Rena. Mereka pulang tanpa hasil yang memuaskan, tiba di rumah waktu menunjukan pukul dua siang, waktunya untuk makan siang. Rena berjalan menuju dapur untuk melihat ada apa saja di sana karena Bik Kasih hanya akan datang sesekali di rumahnya. "Mi instan itu gak sehat loh." ucap Vino mengingatkan saat Rena mengambil bungkusan mi itu dari dalam lemari penyimpanan. "Lebih baik gak sehat dari pada nyusul kamu kayak gini," sahut Rena mencibir. Vino mencebikkan bibirnya. "Kau mau?" Tawar Rena sambil menunjukkan mi instannya. "Kau bilang aku hantu. Mana ada hantu makan mi instan?" ujar Vino bernada ketus. Rena terkekeh pelan, Vino benar juga, mana ada hantu maka mi instan, selama ini Rena belum pernah mendapatkan hal semacam itu. Rena memasak mi instannya dalam air mendidih sambil menunggu mi nya siap dia menyiapkan mangkuk dan membuka bungkus bumbu nya. "Jadi hantu seperti mu tidak makan seperti manusia ya?" Rena menatap Vino sejenak lalu mengangkat mi nya yang sudah jadi. "Mana aku tau. Kamu kan yang sering berurusan dengan arwah harusnya kamu lebih tau." jawab Vino. Cewek yang dia ajak bicara membawa mangkuknya melewati Vino sebelum duduk di kursi meja makan. "Kadang mereka juga makan kadang juga tidak. Aku juga tidak tau pasti tapi yang jelas mereka semua berbeda beda," jelas Rena. Lalu Rena memakan makanannya dengan nikmat pas masih panas. Vino duduk di kursi lain menatap Rena. "Awas giginya retak," Celetuk Vino. Rena melirik cowok itu kesal tapi tidak peduli dan tetap memakan mi nya selagi panas. Lagian selama ini belum ada tuh istilah makan mi panas bisa bikin gigi retak. Ada ada saja. Selesai makan, Rena membersihkan kembali barang yang dia kotori lalu menyimpan ke tempat pengering. "Ingin kemana?" tanya Vino. "Menyiapkan bahan buat tugas," jawab Rena sambil berjalan ke arah lemari mengeluarkan beberapa alat tugas yang dia maksud. Vino memperhatikan Rena yang sibuk membuat sesuatu. Tiba-tiba Rena menoleh saat Sasa dan Darin terlihat berlarian memanggil namanya. "Rena! Rena! Kita menemukan sesuatu!" Teriak Sasa. Gadis hantu itu memperlihatkan apa yang dia bawa. Berbentuk bulat dan berwarna silver. "Cincin?" Rena menerima benda itu dari Sasa. Gadis kecil itu mengangguk. "Darin menemukan di gudang." Sasa menunjuk Darin. Lalu kedua bocah itu pergi lagi entah kemana. Rena melihat cincin dengan permata biru kecil di atasnya. Dia memakai cincin itu, sangat pas namun saat akan di keluarkan cincin itu terkunci. "Ah sial, di pake gampang kenapa malah gak bisa di lepas," Gerutu Rena sambil berusaha melepas cincin itu dari jarinya. "Coba pakai sabun siapa tau bisa," saran Vino. Rena segera ke dapur untuk segera melepaskan cincin itu dari jarinya. Tapi tetap saja tidak bisa, sepertinya cincin itu memang tidak mau pisah dari nya. Rena mendengus kesal, tau akan seperti ini lebih baik tidak dia pakai saja tadi. Vino ingin membantu tapi dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, memegang Rena saja tidak bisa. Rena menyerah, jarinya terasa sakit saat dia mencoba memaksa cincin itu lepas. Lebih baik dia segera melanjutkan tugasnya kembali karena dua hari lagi akan di kumpul. ____ Rena melajukan motornya ke gerbang sekolah lalu memakirkan di tempat biasa. Saat melepaskan helm dia langsung di sambut dengan senyum ramah dari Arham. Tapi bagi rena senyuman itu sangat menyebalkan. "Hai Rena! Selamat pagi!" sapa Arham. Lagi lagi Rena mengabaikan nya. Arham berjalan di samping Rena.  "Kamu sudah sarapan?" tanya cowok itu. Rena tidak menjawab. Arham gemas lalu menarik Rena agar melihat nya. Kedua alis rena terangkat. "Kamu sudah sarapan?" Tanya Arham lagi. "Apa urusanmu, kenapa peduli aku sudah sarapan atau belum?" sahut Rena sambil menepis tangan Arham dari tangannya. Rena sebenarnya tidak ingin bersikap seperti ini pada Arham, lelaki itu baik, tapi jika sampai Arham terus mengganggunya dan mereka sampai berteman, Rena takut, karena jangan sampai hantu jahat melukai orang orang yang dekat dengan nya lagi. Jadi lebih baik bersikap dingin dan sok tak peduli, tapi jujur hatinya sangat ingin menerima Arham menjadi temannya. Rena tau tidak semua roh di luar sana itu baik. Kadang kala Rena juga bertemu dengan yang jahat, sama seperti saat kedua orang tuanya meninggal. Rena tidak mau itu terjadi pada siapapun lagi. Tapi kenapa Arham tidak mau mengerti dan selalu mengganggu nya seperti ini. Beberapa kali juga Rena dapat serangan dari roh jahat itu. Mungkin dia bisa menghindar karena bisa melihatnya tapi ini Arham. Cowok hits yang tidak tau tentang masalah yang sedang Rena hadapi. Cewek itu meninggalkan Arham. Semoga saja Arham sadar dan secepatnya menjauhinya segera. "Aku tau kamu lapar. Ini makanlah." Ucap Arham, cowok itu meninggalkan bekal makanan di tangan Rena lau pergi tanpa menunggu Rena menjawab. Sebenarnya Rena tidak tega melihat Arham yang seperti ini. Tapi jika tujuan cowok itu hanya untuk ikut ke dalam masalah para arwah maka Rena menolak. Itu sangat berbahaya, jangan sampai Arham jadi tujuan keisengan mereka. Rena menatap kotak bekal yang Arham berikan. Bagaimana cowok itu tau kalau dirinya belum sarapan? "Ingin mengatakan terima kasih?" ucap Vino tiba tiba. Rena menatapnya lalu menghela nafas. "Mungkin iya tapi lain kali." jawab Rena lalu melangkah menuju kelas. Rena yakin sekarang banyak yang memusuhinya karena kemarin membentak Arham. Arham termasuk golongan cowok hits di sekolah itu. Banyak penggemarnya yang selalu memuji cowok itu. Tapi anehnya kenapa Arham malah selalu mengejar Rena yang termasuk dalam kategori cewek ternistakan sekaligus terkucilkan?. Rena juga heran dengan pikiran Arham. Kira-kira kenapa dia sangat tertarik padanya selain tentang hantu? Rata-rata orang takut dengan hantu tapi cowok itu justru terang terangan menginginkan agar dapat berurusan dengan hantu. Bukannya itu aneh? "Mereka membulimu lagi?" tanya Vino saat melihat bangku Rena. "Tidak masalah. Aku hanya perlu membersihkan saja." jawab Rena. Vino mendengus, Rena yang di jahili tapi dia yang marah. Cowok itu melihat meja di mana beberapa anak cewek tengah bergosip membicarakan Rena. Tanpa sepengetahuan Rena, Vino berjalan ke deretan anak-anak cewek itu lalu membuat mereka takut dengan mengangkat pulpen yang tadinya hanya diam saja di atas meja. Sontak kerumunan anak-anak cewek itu langsung bubar lari entah kemana. Rena menoleh, ia melihat Vino sepertinya puas sudah bertingkah usil. Vino sendiri masih di sana sedang tertawa terbahak bahak melihat hasil keisengannya mengerjai anak anak yang sok sok’an mau membuli Rena. Kalau mau buli Rena Lawan dulu nih bodyguardnya. Batin Vino. ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD