Chapter 10

1172 Words
Vino duduk di pinggiran balkon sambil menatap rembulan yang tengah bersinar terang di temani dengan bintang cantik bertabur di sekelilingnya. "Vino," panggil Rena. Cowok itu menoleh dan tersenyum saat Rena berjalan ke arahnya. "Masih mikirin yang tadi?" Tanya Rena. Vino menggeleng, "Enggak kok. Mungkin mereka melakukan itu karena ada alasannya." Jawab Vino. "Emang kamu sama sekali gak ingat siapa keluargamu sejak kecelakaan itu?" Vino menggeleng, "Anehnya enggak. Selain waktu kejadian saat kecelakaan serta usia dan namaku aku sama sekali tidak ingat." Jawab Vino apa adanya. Keduanya diam tanpa ada kalimat yang terucap sampai beberapa menit. Rena menatap Vino. "Tadi malam anehnya masa aku mimpi kamu bisa megang aku," katanya. Vino membulatkan matanya, tapi Rena tidak melihat itu karena Vino tidak balas menatap Rena. Tangan Rena terulur menyentuh Vino, namun yang terjadi dia malah menembus bayangan itu. Meskipun tau jika Vino adalah arwah bayangan tapi Rena ingin memegang cowok satu ini. "Aku aja gak bisa kamu pegang lalu gimana aku bisa megang kamu?" sahut Vino. Rena menarik tangannya kembali sambil melihat wajah Vino yang tersenyum geli. "Bener juga ya." Rena meringis menyadari kebodohannya, lagian sejak kapan dia penasaran dengan makhluk sejenis Vino ini. Rena kemudian mendongak melihat langit malam. "Untuk beberapa hari ini mungkin aku tidak bisa bantu kamu." katanya lalu kembali melanjutkan kalimatnya saat Vino menoleh. "Aku masih seorang pelajar dan sebentar lagi akan ujian. Sekolah aku juga penting karena itu adalah masa depanku nantinya, aku tau masalahmu juga penting tapi aku harap kamu juga tau tentang posisiku sekarang." Kata Rena menuturkan. Vino tersenyum, "Aku tau. Tidak masalah menunggu sampai kamu selesai dengan ujianmu baru membantuku kembali setidaknya ada orang yang bisa aku ajak bicara dan bisa membantuku," katanya dengan senyum Ramah. Rena menghembuskan nafas panjang. Semoga saja Vino adalah arwah terakhir yang bisa ia bantu dan setelah itu kembali ke kehidupan normalnya. Rena berbalik dia baru saja selesai belajar sebelum menghampiri Vino dan sekarang dirinya ingin istirahat menyiapkan diri untuk kembali ke sekolah esok hari. Rena menarik selimut lalu memejamkan mata sebelum dia kembali membuka mata itu saat merasa ada pergerakan kecil, begitu menoleh Vino ikut berbaring di sampingnya dan mereka saling tatap tatapan. Biasanya tidak ada arwah yang akan Rena ijinkan masuk ke kamarnya, jangankan masuk, memegang pintu nya saja Rena akan mengutuk mereka semua akan masuk neraka. Tapi berbeda dengan Vino. Arwah yang pertama kali ia anggap manusia ini justru membuat nya biasa biasa saja, tidak mempermasalahkan Vino yang selalu mengikuti nya. Lagian Vino adalah bayangan lelaki itu tidak bisa menyentuh nya lalu apa yang Rena takutkan. Vino memiringkan badan sambil menopang sebelah kepalanya. "Apa aku mengenalmu sebelumnya?" tanya Vino. Rena menggeleng, "Kurasa tidak, apa kamu pernah berpikir kita pernah bertemu?" katanya balik. "Tidurlah besok kamu harus pergi ke sekolah, aku juga gak ingat sama sekali." jawab Vino. "Seakan kamu seperti seorang ibu yang memerintahku seperti itu." kekeh Rena. Vino tersenyum tipis sambil mengulurkan tangan ke wajah Rena tapi di urungkan dan di tarik kembali. Rena mengerjap beberapa kali merasakan matanya mulai berat dan perlahan matanya terpejam menuju ke alam mimpi. Vino duduk kembali sambil menatap Rena. Aneh, kenapa jika dirinya yang memegang Rena maka itu berhasil tapi jika Rena yang menyentuh nya itu justru tidak bisa? Tangannya terulur kembali saat sudah memastikan Rena benar-benar tidur. Akhirnya Vino bisa merasakan bagaimana kulit wajah Rena yang begitu lembut bagaikan kulit bayi, padahal sepertinya cewek ini tidak suka perawatan. Di meja riasnya saja hanya ada lotion dan pelembab bibir. Lebih dari itu palingan cuman sisir dan tidak ada yang lain. Tapi wajah Rena terlihat begitu terawat tanpa noda bekas jerawat atau apapun, sangat mulus bagi ukuran seorang cewek yang tidak suka merias wajah. Kulit nya juga putih bersih, bulu mata yang lentik, bibir yang bisa di kata sama seperti rerata orang indonesia pada umumnya namun memiliki ciri khas tersendiri, rambut hitam panjang yang sedikit bergelombang sepertinya itu ukuran pas bagi cewek cantik indonesia, ah lupa jika Rena juga memiliki lesung pipi di bagian kanan. Saat tersenyum itu akan terlihat begitu manis. Mungkin jika ada gingsul akan tambah manis namun nyatanya Rena memiliki deretan Gigi yang rapih. Sentuhan tangan Vino di wajah Rena berhenti. Cukup sudah dia mengagumi wajah perempuan indigo yang satu ini. Jika sampai Rena tiba-tiba bangun dan melihat nya bisa memegang Rena. Yakin cewek itu akan marah besar nanti. Vino berdiri melangkah ke luar dari kamar Rena dengan melompat dari balkon dan mendarat mulus di tanah. Katanya hantu tidak bisa menginjak tanah lalu kenapa dirinya bisa? Vino bertanya tanya tentang hal ini. Kakinya berjalan, ia pergi entah kemana yang pasti tidak jelas arah dan tujuan. Jalanan daerah perumahan Rena sangat sepi karena sekarang menunjukkan pukul sebelas malam. Lampu jalan menerangi, Vino bisa melihat beberapa sosok seliweran terbang kesana kemari. Ada yang berjalan seperti manusia pada umumnya namun kaki tidak menapak tanah. Seketika tempat yang terlihat sepi tadi terasa begitu ramai dengan dunia yang berbeda.  Rata-rata sebagian besar memiliki wajah yang buruk rupa atau lebih parahnya wajahnya tidak ada. Vino sedikit ngeri tapi berusaha berani dan terus melangkah hingga dia tiba tiba di kagetkan dengan sosok perempuan berwajah mengerikan menatapnya tanpa arah yang jelas dan langsung muncul begitu saja. Tentunya Vino di buat kaget dengan kemunculannya tapi perempuan itu tidak mengganggu dan pergi setelah itu. Vino mengusap dadanya lega. Vino kembali berjalan di saat malam semakin larut justru tempat tempat lain semakin ramai dengan makhluk dunia lain. Vino tidak tau mau kemana, tujuannya tidak jelas hingga dia akhirnya memutuskan kembali ke rumah Rena. Duduk di sofa abu-abu sebelum membaringkan diri menatap plafon kamar Rena. "Sebenarnya aku ini apa? Apa yang belum ku selesaikan di dunia ini hingga aku tidak bisa kemana mana?" batin Vino bertanya-tanya. Di helanya nafas rendah sebelum kembali menatap Rena. Remaja yang akan naik kelas tahun ini. Vino sebenarnya tidak mau memberatkan Rena dengan masalahnya tapi cuman perempuan itu yang bisa melihatnya. Sekali lagi Vino menghembuskan nafas. "Jika aku berharap masih hidup apa Tuhan akan mengijinkan?" Vino memejamkan mata. "Itu tidak mungkin. Bagaimanapun juga orang mati tidak bisa hidup kembali." ucapnya mengingatkan dirinya sendiri. Vino bergerak mendekati Rena dan berbaring di samping perempuan itu. Vino kembali menyentuh wajah Rena seakan ia pernah merasakan hal ini sebelumnya tapi tidak ingat dengan siapa. Jika itu Rena maka jawabannya adalah bukan. Vino semakin mendekati Rena lalu memeluk perempuan itu masuk ke dalam dekapannya, Vino merasa tenang dia sungguh merasakan pernah melakukan hal seperti ini. Tapi kenapa otaknya sungguh tidak bisa mengingat apapun. Rena bergerak dalam tidurnya seperti mencari posisi yang nyaman. Tanpa sadar Vino di buat kaget tapi berusaha tidak menimbulkan gerakan tiba-tiba. Rena membalas pelukannya dan sialnya perempuan ini seakan menganggapnya seperti guling? Dalam hati Vino tertawa geli. Ternyata jika dalam keadaan sadar Rena tidak bisa menyentuh nya sedangkan di luar itu perempuan ini justru menganggapnya sebagai guling. Vino tersenyum lalu dia kembali memeluk Rena mencari kedamaian di sana. Meskipun ini tindakan kurang ajar masa bodoh. Toh Rena juga tidak sadar dengan kelakuannya ini, jika sampai perempuan ini tau mungkin Vino sudah habis kena hajar seperti samsak tak bersalah di belakang rumah. Membayangkan itu membuat Vino meringis. ____ Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD