part 2

1351 Words
Alka yang sedang berada di lantai 2 rumahnya mendengar suara mesin mobil berhenti. Ia membuka tirai jendela kamarnya dan melihat sebuah mobil merah berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Ia mengerutkan keningnya karena tak mengenal mobil tersebut.       Alka melihat Kayla, putrinya keluar dari mobil dan masuk. Ia bergegas keluar dari kamarnya dan turun, ia bertanya-tanya siapa yang mengantarkan putri semata wayangnya itu pulang.        "Kay..."        "Papa..."      "Siapa yang mengantarkan kamu pulang? kenal di mana? dari mana kalian? siapa nama laki laki itu?"    "Papa apaan sih, aku baru dari mall pa," jawab Kayla berjalan memasuki kamarnya yang diikuti Alka.     "Papa Kenapa mengikuti Kay?" Kayla meletakkan tasnya di meja belajarnya dan kemudian duduk di tepi ranjang.        Alka berjalan mendekati Kay dan berdiri di depan putrinya itu dengan tangan Bersedekap.         "Siapa yang mengantarkan kamu pulang Kay, teman laki laki?"         "Bukan pa, dia perempuan. Dia tadi nolongin Kay saat..."        "Nolongin kamu dari apa? kamu di ganggu orang jahat sayang?"             "Aku tadi bertemu mama pa, mama memaksa aku ikut pulang ke rumahnya tapi Kay nggak mau, lalu ada kak Ve yang nolongin Kay."          "Kak Ve?"         "Yang anterin Kay pulang pa, namanya kak Ve."        "Oh... kenapa kamu menolak ajakan mama sayang? Dia pasti merindukan kamu."           "Mama kan jahat sama kita pa, kenapa papa masih mau Kay ke rumah mama?" Gerutu Kayla        Alka kemudian duduk disamping Kayla            "Jangan begitu Kay, bagaimanapun juga dia mama kamu nak, kamu harus sayang dan hormat sama dia."   "Papa nih udah dihianati masih aaja membela mama," ucap Kay cemberut dan masuk ke kamar mandi.     Alka hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Kayla.      ~~~      ~~~      Veronika melangkah dengan riang memasuki sebuah cafe dimana ia berjanji bertemu seseorang. Senyumnya mengembang saat melihat seseorang di sudut cafe, ia mempercepat langkahnya kemudian memeluk pria itu.      "Hai honey...," Sapa Veronika pada pria itu.    "Hai baby," pria itu membalas pelukan kekasih hatinya.        Mereka kemudian duduk berdampingan.     "I Miss you honey..."      "I Miss you too baby, gimana pekerjaan kamu di rumah sakit?"      "Baik baik saja, as usually, pekerjaan kamu di kantor gimana?"       "Baik juga, banyak talent baru yang masuk."    "Mmm...berarti lebih banyak gadis cantik dong ya di kantor," ucap Veronika merengut. "Hei...sejak kapan my baby ini jadi pencemburu begini?"       "Ya sejak kamu susah untuk diajak bertemu, hari ini juga kalau aku nggak memaksa juga kamu nggak bakal mau bertemu kan?" gerutu Veronika dengan wajah cemberut.        "Come on baby, kamu tahu kesibukan aku memang berhubungan dengan talent dan gadis cantik, you know from the beginning, kamu tahu pekerjaan aku menyita waktuku."         "Iya, I'm sorry, I don't mean to."     "Sudah kita tidak usah berdebat, let's eat." Kedua sejoli ini makan dengan canda tawa dan banyak pembicaraan. Alvian sudah berpacaran dengan Veronika sejak mereka berdua di bangku kuliah, Alvian adalah kakak tingkat Veronika di kampus, mereka bertemu saat ospek dimana Alvian menjadi panitia ospek.       Keduanya berbeda fakultas, Veronika fakultas kedokteran sedangkan Alvian fakultas ekonomi.    Oooo----oooO        Veronika duduk di meja kerja igd, hari ini ia piket di igd, hari ini adalah weekend dan seharusnya ia libur tapi karena rekannya dokter Lisa izin jadilah ia yang menggantikan dokter Lisa di igd, padahal ia sudah berencana have a date dengan Alvian karena alvian juga free di hari minggu.        Tapi Veronika terlalu sering bertugas menggantikan dokter lain di hari minggu sehingga ia jarang me time bersama Alvian. Terkadang Alvian protes saat Veronika tiba tiba membatalkan janji karens harus menggantikan rekan dokter lain piket. Tapi Veronika tidak bisa berbuat banyak karena ia kerja di rumah sakit milik orang lain bukan milik papanya. Kadang pula Alvian meminta Veronika pindah bekerja di rumah sakit Syailendra agar bisa libur sesuka hati tapi Veronika tidak mau, ia tak ingin jadi orang yang egois.     Veronika berjalan di lorong rumah sakit menuju locker khusus para dokter, saat melewati ruangan pimpinan rumah sakit Veronika mendengar suara orang bertengkar, ia heran kenapa hari minggu seperti ini pimpinan rumah sakit datang, biasanya hanya weekday saja. Pintu ruangan terbuka sedikit membuat Veronika bisa melihat orang yang ada di dalam. Ia Sebenarnya tak ingin mendengarkan pembicaraan orang tapi saat ia akan melangkah pergi, kakinya seperti tak mau digerakkan.       "Kamu jangan mempengaruhi Kay untuk membenciku mas Alka!" "Aku tidak melakukan itu Din."       "Tapi kenapa dia sangat membenci aku dan menolak untuk tinggal bersamaku."         "Jangan menuduh orang sebelum kamu introspeksi dirimu sendiri."         "Apa maksudmu mas?"            "Kamu tahu apa yang aku maksudkan, kamu seharusnya memberikan contoh baik pada Kay, bukan malah..."         "Stop...aku tahu arah pembicaraan kamu mas, kenapa kamu selalu membahas hal ini, pernikahan kita memang sudah tidak dapat dipertahankan lagi, jangan menyalahkan aku untuk hal itu."     "What!!? kamu tidak mau disalahan atas apa yang terjadi dalam pernikahan kita, kamu yang mulai bermain api di luar sana dan kamu tak mau disalahkan?"       "Aku bermain karena ada sebabnya, disini berlaku hukum sebab akibat mas Alka, jika kamu bisa membagi waktu antara aku dan pekerjaan kamu, semua ini tidak akan terjadi mas. Kamu menenggelamkan diri dalam pekerjaan sejak pagi hingga sore, di rumah pun kamu sibuk di ruang kerja kamu, kamu anggap aku ini apa? Boneka kamu yang hanya bisa mendampingi kamu saat bertemu relasi kamu dan kamu biarkan begitu saja saat di rumah?"       Alka menatap tajam pada Andini, mantan istrinya yang mendatanginya di rumah sakit. Sejak perceraiannya ia menenggelamkan diri pada pekerjaannya, baik di rumah sakit maupun di perusahaan export import miliknya. Biarpun hari minggu sekalipun, ia tak ingin berada di rumah dimana setiap sudutnya mengingatkannya pada Andini, wanita yang telah menghinatinya dengan pria muda.        "Aku minta kamu jangan mempengaruhi Kay untuk membenciku, aku ibu kandungnya dan aku berhak juga untuk bersamanya."          Veronika tak ingin mendengar pertengkaran antara dokter Alka dan mantan istrinya, ia segera melangkah pergi menuju locker. Veronika menghela nafas mengingat ia yang telah mencuri dengar pembicaraan orang, ia merasa takut perasaannya gamang. Apakah nasib percintaannya bisa sampai ke pelaminan mengingat ia sudah berhubungan dengan Alvian sudah lebih dari 7 tahun. Dokter Alka yang sudah menikah selama 18 tahun saja bisa bercerai apalagi dengannya yang belum apa apa. Ia menjadi memikirkan kemungkinan terburuk saat ia akan menikah dengan Alvian nantinya.     ~~~     ~~~    Alka duduk dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Ia menghela nafas beberapa kali, terngiang ucapan mantan istrinya beberapa jam yang lalu. Lubuk hati terdalamnya membenarkan ucapan Andini, ia memang terlalu asyik tenggelam dalam pekerjaannya, baik itu di rumah sakit maupun di perusahaan export import miliknya. Ia mengacak rambutnya frustasi saat menyadari kesalahan tak hanya ada pada Andini namun bermula dari dirinya.          Ia akui masih sangat mencintai Andini, hidup selama 18 tahun bersama dan terhempas oleh perselingkuhan Andini membuatnya kecewa, kekecewaan yang sangat dalam. Ia berfikir akan bisa hidup bersama Andini hingga tua bahkan sampai maut memisahkan tapi semua itu hanya impian belaka. Andini lebih memilih bercerai dengannya dan menjalin hubungan dengan pria yang lebih muda, hal itu membuat hatinya remuk berkeping keping.      Tapi nasi sudah menjadi bubur, dan ia tak akan bisa mengulang waktu untuk memperbaiki kesalahannya, yang bisa ia lakukan adalah memberikan kasih sayangnya pada kayla, putri semata wayangnya. Ia tak ingin kayla kehilangan kasih sayang walau hanya tinggal bersamanya tanpa sosok seorang ibu.      Oooo-----oooO       Alka memasukkan mobilnya di garasi rumahnya, ia melangkah masuk ke dalam rumah dan langkahnya terhenti saat melewati ruang keluarga, disana sudah ada mamanya dan Kayla.        "Ma...? Mama kenapa ada disini?" tanya Alka heran melihat mamanya di rumahnya. "Kamu ini Al, mama kesini mbok ya ditanya kabar, malah bertanya seperti itu."      "Maaf ma," Alka mendekati mamanya dan mencium punggung tangan mamanya kemudian duduk di samping mamanya.       "Kayla sayang, Kay ke kamar dulu ya, oma mau bicara dengan papa kamu."      "Iya oma," Kayla berdiri dari duduknya dan melangkah menaiki tangga menuju kamarnya, Alka menyipitkan matanya menatap mamanya.     "Apa yang mau mama bicarakan?"         "Mama mau menjodohkan kamu dengan anak teman mama."   "Hah...?!? mama jangan bercanda ma." "Mama nggak bercanda Al, kamu butuh pendamping dan Kayla butuh sosok seorang ibu." "Tapi Alka baru bercerai 3 bulan yang lalu ma." "Makanya itu, kamu harus segera mencari pengganti Andini." "Aku belum memikirkan pendamping ma." "Tapi fikirkan tumbuh kembang Kayla, dia butuh sosok ibu sebagai panutannya, dia sedang dalam masa mencari jati diri."     Alka menghela nafas panjang, ia membenarkan apa yang dikatakan mamanya, tapi ia masih belum bisa melupakan Andini, kesalahan Andini walau menyakitkan tak dapat menghapus cintanya secepat itu.    Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD