BAB 7: Ketenangan

1785 Words
Yura berdiri termenung di depan jendela, sesekali dia mengusap dadanya merasakan kekhawatiran yang mendalam atas kepergian Helian meski dia tahu akan pergi ke mana puteranya. Namun hati Yura tidak memberikan izin untuk membiarkan Helian sendirian di luar sana dengan keadaan hati yang tidak begitu baik. Sebuah pelukan di rasakan Yura, Julian memeluknya dari belakang dan menjatuhkan kepalanya di pundaknya. Perlahan pelukan Julian mengerat, sudah lebih dari empat jam Yura mendiamkan dirinya. Julian mengusap perut rata Yura dengan lembut, pria itu masih tidak percaya bahwa di dalam perut isterinya itu kembali ada kehidupan baru lagi. “Apa spermaku sangat berkualitas sampai-sampai kau hamil lagi?” bisik Julian penuh tanya. Refleks Yura menyikut perut Julian dengan keras, pria itu sedikit meringis kesakitan. Bukan saatnya untuk Yura mendengar hal-hal aneh lagi dari Julian. “Apa aku sudah keterlaluan?” bisik Julian bertanya. “Syukurlah jika kau sadar, kau seharusnya menenangkan Helian sebagaiamana mestinya.” “Aku panik.” Sebagai seorang ayah, Julian juga menyimpan rasa khawatir meski mulutnya tidak bisa mengungkapkan kekhawatirannya. Yura terdiam tanpa jawaban, sudah dua kali dia melewati kehamilannya, Julian selalu bereaksi berlebihan seperti biasanya, pria itu berada dalam kepanikan yang berlebihan tidak terkontrol setiap kali di hadapkan dengan hal-hal yang berada di luar rencananya. Julian memiliki masa kecilnya yang tidak begitu menyenangkan, lebih tepatnya suram, masa kecilnya yang buruk itu membuat kesehatan mental Julian terbentuk berantakan dan mengalami masalah kejiwaan yang tidak bisa di sembuhkan seumur hidupnya. Julian mencintai anak-anaknya, namun Julian juga selalu takut jika anak-anaknya akan mengalami hal yang sama seperti dirinya karena dia memiliki gangguan kejiwaan karena walau bagaimanapun darah dirinya mengalir di darah anak-anaknya, dis sisi lain Julian juga takut Yura berhenti memperhatikannya. Gila dan tidak masuk akal, namun itu adalah kebenarannya. Tidak ada yang bisa mengobati kejiwaan Julian meski kini dia sedikit menjadi seseorang yang lebih tenang, berkat keluarganya yang hangat. Akan tetapi, tidak ada juga yang bisa menebak isi hatinya dan pikirannya yang sesungguhnya. Masalah kejiwaan Julian yang selalu menjadi boomerang di dalam rumah tangganya bersama Yura sejak puluhan tahun lalu masih berlaku sampai sekarang karena kedua anaknya tidak mengetahui siapa dan seperti apa ayah mereka yang sebenarnya. Endrea maupuh Helian, mereka hanya melihat Julian sebagai ayah yang keren karena terlalu kaya, cerdas, namun juga aneh karena terkadang berbicara tidak masuk akal dan terlalu sombong. Mereka tidak tahu, jika sesungguhnya Julian memiliki kelainan di dalam jiwanya. Hal itulah yang sering kali menjadi penyebab kesalah pahaman di antara Julian dan anak-anaknya. Terutama Helian.. Helian dan Julian bak pinang di belah dua, wajahnya, cara berpikir mereka, kecerdasan dan keanehan mereka yang begitu sama. Hal itu membuat Julian takut bahwa Helian akan memiliki kepribadian yang bruntal juga seperti dirinya. Kekhawatiran Julian sering kali membuat dia memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada Helian, Julian tidak pernah benar-benar marah dengan semua kekacauan yang sering Helian perbuat, Julian selalu membereskannya dengan baik, Julian juga tidak pernah menuntut Helian unggul di sekolahnya. Semua itu dia lakukan agar Helian merasa tenang, Julian tidak ingin apa yang pernah terjadi kepadanya di masa lalu terjadi kepada puteranya juga. Sayangnya, kebebasan yang di berikan Julian terkadang membuat Helian salah paham dan berpikir bahwa Julian tidak peduli kepadanya. “Yu” panggil Julian lagi terdengar begitu lembut karena hanya Yura yang bisa membuatnya tenang, “Kau juga marah padaku?” Yura membalikan tubuhnya dan membalas pelukan Julian. “Aku tidak marah padamu Julian, aku hanya khawatir dengan Helian.” “Aku sudah menghubungi seseorang di Dubai agar mereka menjaga Helian, Deryl juga sudah memberi kabar jika kini Helian menginap di Burj Al-Arab, besok mungkin dia akan menempati salah satu kondominium kita di sana, pihak yang bekerja pasti memberitahu. Jadi, bisakah sekarang kau mengurangi kekhawatiranmu?” bisik Julian dengan napas memberat. Yura mengangguk setuju, menepuk-nepuk bahu Julian agar pria itu juga sedikit lebih relax dengan ketegangan pikirannya sekarang. “Kau tidak akan pergi bekerja?” tanya Yura. “Aku mengantuk.” “Julian.” “Tidur juga pekerjaan, temani aku” Julian melepaskan pelukannya dan segera menarik tangan Yura, membawanya pergi naik ke atas ranjang. Pikirannya yang berkecamuk memikirkan kehadiran anak ke tiga yang akan datang membuat Julian benar-benar tidak dapat memikirkan apapun lagi. Yura segera naik ke atas tempat tidur, mendekatu Julian yang kini terbaring setengah merenung. “Apa sebaiknya aku harus melakukan vasektomi?” tanya Julian yang tiba-tiba kembali duduk, setelah beberapa detik yang lalu dia baru terbaring. Kening Yura mengerut samar, “Kau serius?” Julian melompat turun dari ranjangnya, “Aku harus menemui Stela dan berkonsultasi dengannya sekarang,” jawab Julian dengan tergesa, tubuh Julian sedikit membungkuk, mengecup bibir Yura sekilas, lalu memutuskan pergi keluar dari kamarnya. Yura termangu untuk sesaat, memperhatikan kepergian Julian yang terlihat bersemangat setelah murung beberapa jam. Yura membuang napasnya dengan kasar. Ini melelahkan, batin Yura berkata. Memang melelahkan, meski terbiasa, puluhan tahun dia harus berhadapan dengan Julian yang memiliki suasana hati seperti pelangi, terkadang dia serius, namun di detik selanjutnya meledak-ledak marah, bisa juga menjadi seseorang yang kekanak-kanakan, humoris dan cerdas. Julian selalu tidak bisa Yura tebak, dan semua kepribadian itu menurun pada Helian, puteranya yang kini tengah pergi. *** Lily keluar dari mobilnya begitu dia sampai di depan kediaman Helian, gadis itu terdiam sejenak memperhatikan penampilannya dengan teliti melalui jendela mobilnya. Hari ini Lily ingin menemui Helian, tidak mudah untuk dia meluangkan waktunya seperti ini hingga bisa bebas sendirian di negeri orang tanpa pantauan orang tuanya. Masa liburan Lily hanya satu bulan, dia ingin menyempatkan waktunya untuk bisa kembali dekat dengan Helian, terlebih kini sudah saatnya dia harus mencari universitas, Lily berencana untuk bisa satu sekolah dengan Helian. Kedatangan Lily di sambut oleh kepala pelayan dan di antar masuk ke dalam rumah. “Lily” sambut Endrea yang sejak tadi hanya duduk termenung menonton kekacauan keluarganya seperti biasa. Lily tersenyum lebar seraya mengangkat sekotak kue strawberry kesukaan Helian, “Endrea,” pekik Lily terlihat senang, dengan cepat Lily memeluk Endrea begitu dia sudah berada dalam jangkauannya. “Bertemu Helian?” “Ya, apa dia ada di rumah?” Bibir Endrea menekan sedikit kuat, gadis itu menggeleng kecil sambil memikirkan kata-kata yang cocok untuk dia ucapkan kepada Lily mengenai Helian. Lily gadis yang memiliki hati lembut, dia kelewatan polos seperti sahabat Endrea, yaitu Arabelle. “Lily, Helian pagi ini pergi ke Dubai untuk liburan,” cerita Endrea. Senyuman indah Lily berubah menjadi sedikit cemberutan, raut kecewa dan sedih terlukis di wajah cantiknya. “Apakah dia akan pergi lama? Jika lama, aku ingin menyusulnya ke sana.” “Hanya beberapa hari, kau bisa tunggu di sini, nanti aku akan mengabarimu jika Helian kembali.” Dengan berat hati Lily mengangguk setuju, meski kecewa namun dia harus bersabar, lagipula tidak ada yang perlu Lily khawatirkan. Ke penjuru dunia manapun Helian pergi, pria itu hanya akan sibuk dengan dirinya sendiri, mencintai dirinya sendiri dan menikmati kesenangan hatinya dengan hal-hal yang santai. *** Suara dentingan gelas terdengar beradu, Helian tersenyum samar duduk di sisi dinding kaca sambil mengelus seekor singa peliharaan Rashid, memiliki kenalan baik beberapa bangsawan di beberapa penjuru negara membuat Helian terbiasa dengan hobby mereka. Salah satunya Rashid yang suka memelihara seekor singa, melakukan sky diving, dan penyuka parfume. Helian menyesap anggurnya, sementara Rashid meminum teh hijau kesukaannya. Perasaan Helian terasa sedikit lebih tenang setelah datang ke Dubai, tidur beberapa jam di atas ranjang berseprai sutera, kini Rashid kembali menjemputnya mengundang Helian untuk makan malam bersama di kediamannya. Rashid menyambutnya dengan baik, Rashid menyukai Helian meski sifat mereka saling bertolak belakang, mereka saling mengenal sejak usia sepuluh tahun karena urusan bisnis orang tua mereka. Rashid meletakan gelasnya di atas meja dan segera beranjak menuju meja kerjanya, pria itu menyalakan komputernya untuk waktu beberapa menit. “Kawan kemarilah.” Tangan Helian yang mengelus singa besar di sisinya terhenti, singa besar itu mengeliat dan sedikit mengaung, kalungnya rantai yang selalu dia kenakan terlepas, singa buas itu bersikap seperti seekor kucing biasanya kepada Helian yang memahami bahasanya. Helian segera beranjak dan mendekati Rashid, Helian berdiri di sisi Rashid dan melihat apa yang di tunjukan oleh temannya itu. “Lihatlah ini, aku akan meluncurkan aplikasi khusus kelas bangsawan yang tidak sembarangan orang bisa mengaksesnya dan bergabung di sini, aplikasi ini menyediakan kebutuhan yang mereka inginkan di sini secara khusus, sudah lebih dari lima belas brand besar yang bersedia bekerja sama. Ngomong-ngomong, aplikasi ini akan menjadi tempat penjual belian yang besar dan terlindungi keasliannya tanpa harus bertemu di tempat, aku berencana di setiap bulannya akan melakukan pelelangan di sini. Seperti minuman langka, lukisan, perhiasan dan kendaraan, bagaimana menurutmu?” Helian terdiam dan hanya memangut-mangut mengerti, ide Rashid cukup menarik untuk Helian dengar. Aplikasi itu tidak memerlukan jutaan pengguna, hanya dengan sepuluh sampai lima puluh ribu saja, bila itu di pakai orang-orang kaya, kolektor dan penggila barang mewah, ini sangat menguntungkan. Helian sendiri tahu rencana Rashid ini sejak dua tahun yang lalu, ternyata rencana itu sudah terealisasikan sekarang. “Idemu sangat luar biasa, tapi kenapa kau menunjukannya padaku?” tanya Helian. Helian tidak paham mengapa Rashid menunjukan rencana rahasia pekerjaannya secara detail kepada Helian, bisa saja Helian sabotasenya. “Aku percaya padamu” kekeh Rashid terdengar tulus. “Aku butuh pertolonganmu, bisakah kau temukan kekurangan dari aplikasi ini?” Helian memiliki kemampuan luar biasa dalam computer, meski dia terlihat seperti pemalas karena terlalu santai dan terlihat tidak memiliki ketertarikan apapun dengan semua hal yang ada di sekitarnya. Hal itu ternyata salah, meski Helian masih sangat muda dan terlihat seperti calon pengangguran kaya raya, dia memiliki kemampuan mengesankan dalam komputer, sering kali Helian juga membantu perusahaan Julian dalam menangani dan menyempurnakan beberapa komponen. Sering kali Julian juga dengan secara sengaja meminta Helian untuk menyerung keamanannya dengan beberapa virus hanya untuk mengetahui kelemahannya. Setiap hari Helian sering melihat bagaimana tergila-gilanya Julian dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan robot , teknologi dan alat-alat canggih perang membuat Helian mau tidak mau melihatnya dan secara tidak langsung hal itu membuat Helian menjadi belajar. “Kau serius?” tanya Helian yang kembali ke meja pertama untuk menuangkan anggur lagi. Helian menuangkan anggur kembali meminumnya. “Aku serius.” Helian tertunduk melihat jari-jarinya yang terawat dengan baik, “Ini akan membutuhkan waktu lama, kepalaku akan membutuhkan refreshing lagi jika mengerjakan ini.” Rashid tersenyum simpul, dia memahami arti kata Helian, sahabatnya itu ingin imbalan dari pekerjaannya karena mencari kelemahan dari sebuah aplikasi tidaklah mudah apalagi Rashid mempersiapkan ini dengan sangat matang karena di dalamnya terdapat barang-barang yang berharga. Rashid harus memperhatikan keamanan aplikasi yang akan di luncurkannya agar membuat rekan bisnisnya semakin percaya. Rashid memutar kursi yang di dudukinya, lalu melihat keluar. “Bagaimana jika kita pergi ke Meydan Racecourse?” Seketika Helian tersenyum, “Baiklah.” Dengan cepat Rashid beranjak dari duduknya dan mempersilahkan Helian untuk memulai pekerjaanya, sangat mudah untuk dia meminta tolong kepada Helian selama dia tahu kegemaran Helian pada hal-hal yang menyenangkan hatinya. To Be Continued..

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD