Selamat Pagi ?
.
Vines Up
Yang sayang Vines mana nih?
Kasih ? dong
.
Dari kota mana saja?
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat ?
.
Happy reading ?
.
.
.
.
"Mau?" Goda Ines lagi.
Vino langsung menggeleng dengan cepat, kemudian mengangguk, tak lama menggeleng kembali, Vino bingung dengan apa yang dia lakukan, sejujurnya dia amat sangat menginginkannya lagi, tapi sisi waras Vino menolak tegas, melihat Ines yang genit saja membuat Vino sulit bernafas, apalagi jika menerima tawaran Ines yang ada akan lepas kendali, meski nyeri luka jahitan masih berasa, untuk urusan satu itu jika Vino mau, masih bisa lah menahan rasa sakit, sayangnya Vino tak mau sesuatu terjadi pada mereka berdua sebelum sah di hadapan penghulu.
"Jangan goda saya." Kata Vino, memalingkan wajahnya, jantungnya sudah bergemuruh dengan hebatnya, bahkan diruang berAC keringat Vino makin bercucuran, membuat Ines tertawa geli melihat atasannya yang biasa sok bossy saat ini tak bisa apa - apa, wajah Vino tampak merah merona, sungguh sangat lucu dan hal itu bisa menjadi hiburan tersendiri untuk Ines, kapan lagi bisa mengerjai atasannya yang paling menyebalkan itu.
"Kenapa?" Tanya Ines lagi dengan suara yang mendayu, tangannya tak ketinggalan menyentuh d**a bidang Vino, membuat Vino makin sulit bernafas. Sangat memalukan memang, biasanya Vino yang sukses membuat Ines jantungan, kali ini semua berbalik, Ines sukses membuat Vino jantungan karena tingkah genit dan liarnya yang baru pertama kali Vino lihat.
Sialan, gadis nakal ini benar - benar niat banget mau menyiksa gue, ayo Vino pikirkan cara agar gadis nakal ini tak lagi menggoda, tahan semua Vino jangan sampai kepancing dengan godaannya, batin Vino.
Seulas senyum terbit di bibirnya yang tipis, membuat Ines mulai was - was, Ines sudah mulai siaga melihat perubahan wajah atasannya itu.
Kini semuanya berbalik, perlahan Vino mendekati Ines, membuat jantung Ines perlahan namun pasti makin cepat detaknya, Ines akan mundur menjauhi Vino, tapi dia kalah cepat dengan gerakan tangan Vino yang langsung mengunci pinggangnya.
"Mau kemana?" Tanya Vino, senyumnya di buat semanis mungkin, sengaja menggoda Ines yang saat ini sudah gemetar, Ines merutuki kebodohannya yang sudah berani membangunkan singa yang sedari tadi terdiam, Ines lupa jika atasannya ini manusia dengan sejuta keunikan yang tak pernah bisa di tebak, dia bisa berubah dalam hitungan detik, kini Ines terjebak dalam permainnnya sendiri.
"Sa ... saya mau ke toilet pak ... eh mas." Kata Ines gugup membuat Vino makin tersenyum puas, sekarang dia berhasil menguasai keadaan.
"Mau apa? Bukannya tadi, kamu menawarkan ini?" Kata Vino, tangannya yang lain dengan jempolnya mengusap pelan bibir Ines.
"Sa ... saya."
"Jangan bilang hanya becanda, saya nggak suka jawaban itu Ines, sekarang saya menginginkannya, bahkan lebih dari sekedar ciuman." Kata Vino tersenyum, matanya terus berpusat pada bibir Ines, membuat mata Ines langsung melebar karena terkejut mendengar perkataan Vino.
"Le ... lebih?" Cicit Ines, Vino mengangguk.
"Ya, lebih dari sekedar ciuman, saya mau ..." Vino sengaja menggantung kalimatnya, Ines jelas langsung di buat gelagapan tak karuan, ingin rasanya detik ini juga menghilang dari hadapan Vino, andai saja punya kekuatan untuk menghilang dengan cepat, Ines akan sangat bersyukur, sayangnya dia tidak memilikinya, bukannya menghilang tapi tarikan di pinggangnya agar bisa lebih dekat dengan tubuh Vino kini Ines rasakan.
Sejujurnya bukan hanya Ines yang saat ini lemas karena jantungnya berdebar tak beraturan, Vino juga sama. Dia takut jika permainan yang dia lakukan akan menjadi s*****a makan tuan, bagaimana kalau Ines setuju dengan kata lebih dari sekedar ciuman, meski jika di lihat dari wajahhya yang gugup jelas sekali dia akan menolak, tapi hati dan pikiran manusia tak ada yang tahu, apalagi dalam hal seperti ini pastinya para setan juga bekerja sama ikut menggoyahkan hati dan pikiran Ines.
"Ma ... maaf pak, eh mas ... sa ... saya berani bersumpah hanya bermain - main saja, saya nggak sungguh - sungguh." Kata Ines gugup.
"Benarkah?" Tanya Vino, mengangkat satu alisnya.
Ines mengangguk dengan cepat, "Ya, maaf."
Senyum kembali terbit di bibir tipis Vino, dia benar - benar berhasil menguasai keadaan, dia sudah membuat gadis nakal di depannya diam tak berkutik. Menggoda wanita sampai sejauh ini bukanlah Vino banget, tapi mau bagaimana lagi, Vino tak ingin kalah untuk kesekian kalinya dari Ines.
"Tiada maaf bagimu, saya mau kamu menepati ucapanmu." Kata Vino menatap Ines, membuat gadis yang dia tatap langsung salah tingkah.
"Pak ... mmm mas, maaf saya benar - benar becanda, maaf." Katanya dengan suara yang bergetar, Vino jelas tertawa puas dalam hati, dia bisa membuat Ines langsung diam tak bisa berbuat apa - apa.
Vino menggeleng, "Harus kasih." Kata Vino membuat mata Ines melebar dengan sempurna, keringat Ines saat ini sudah bercucuran, Vino makin tertawa bahagia penuh kemenangan dalam hati.
Ines menarik nafas panjang dari hidung dan membuangnya perlahan dari mulut, Ines pasrah karena salahnya sendiri yang sudah menggoda Vino.
"Oke." Jawab Ines, jawaban yang tak Vino sangka akan keluar dari bibirnya, Vino pikir Ines akan dengan sangat tegas menolak, tak tahunya dia menyetujui, jelas saja jawaban Ines juga menjadi bumerang untuk Vino, maju kena mundur kena, Vino dibuat panik saat Ines mulai memejamkan matanya, mendekatkan wajahnya pada Vino.
Bukannya menerima apa yang di lakukan Ines, Vino justru mundur, sekarang dia bingung sendiri harus berbuat apa.
Niat hati mengerjai Ines tapi sekarang dia kena batunya, benar - benar s*****a makan tuan untuk mereka berdua. Tanpa mereka sadari niat mengerjai satu sama lain malah berbuntut panjang, jika Vino tidak menerima apa yang Ines sodorkan, sudah dipastikan Ines akan menertawainya dan terus menerus meledeknya, tapi jika menerimanya Vino takut akan kebablasan dan terjadi sesuatu yang tak di inginkan, Vino juga takut akan selalu ketagihan.
Rasa manis dan hangat itu masih bisa Vino rasakan, semuanya masih terekam dengan sangat rapi di kepalanya. Tidak ada pilihan lain, demi menyelamatkan harga dirinya sebagai seorang pria, Vino harus melakukan sesuatu, sebuah Ide muncul dalam otak cerdasnya, senyumpun langsung terkembang di bibir tipisnya.
Vino mendekatkan wajahnya pada wajah Ines, menatap bibir Ines yang ranum seakan meminta untuk dicecap. Jantung Vino bergemuruh hebat, belum melakukan saja jantungnya sudah nggak santai, apalagi sampai bisa melakukan, jelas Vino makin takut akan lepas kendali.
Vino mengecup kening Ines, satu kali, dua kali hingga ketiga kalinya cukup lama, Ines perlahan membuka matanya, dia bingung dengan apa yang dilakukan Vino.
Bukannya pak Vino ingin mencium bibirku? Kenapa hanya kening? Batin Ines bertanya - tanya.
Gila, cium kening saja bikin panas dingin begini, apalagi kalau cium bibir, bisa - bisa gue bikin bunting Ines saat ini juga, please Nes jangan lagi - lagi menantang gue, jangan sampai gue lepas kendali, batin Vino.
Vino melepas bibirnya dari kening Ines, menatap wajah gadis nakal yang sudah menggodanya itu. Vino tersenyum, "Cukup itu saja, jangan lagi pancing saya kalau kamu nggak mau punya anak dari saya sebelum sah di mata hukum dan agama." Kata Vino, wajahnya masih berada di depan wajah Ines, hembusan nafasnya yang hangat bisa Ines rasakan.
Ines mengangguk, bukan hanya Vino yang sudah panas dingin tapi Ines juga merasakan hal yang sama. Mata mereka berdua saling menatap dan mengunci, ada rasa tenang dan nyaman yang Ines rasakan setiap kali Vino menatapnya, begitu juga dengan Vino, baru kali ini dia merasakan sesuatu yang beda pada wanita dan itu hanya pada Ines.
"O ... oo kalian ketahuan, habis ciuman." Suara tepukan tangan dan juga nyanyian yang ramai menyadarkan mereka berdua, jika di dalam ruang rawat inap Vino saat ini sudah ada orang lain selain mereka berdua, Ines jelas gelagapan sampai sempoyongan hampir terjatuh saking kagetnya, untung saja Vino segera menarik tangan Ines yang jatuh tepat di d**a bidang Vino.
"Cieeee, uhuuuyy lah pejuang cinta."
"Gila! Gila! Pejuang cinta kita sudah dapat pelabuhan hatinya."
"Mbak Ines selamat datang di keluarga Abhimanyu, segera urus pengajuan ya."
"Vino, kamu nakal ya."
Dan masih banyak lagi celotehan dari mereka yang masuk ke ruang rawat inap Vino, para pelakunya siapa lagi kalau bukan member family D2R.
Vino hanya tersenyum saja mendengar ledekan saudaranya, berbeda dengan Ines yang saat ini sudah lemas, dia merasa seperti tertangkap satpol PP saat sedang berduaan dengan pria yang bukan suaminya.
"Apa sih, Vino sama Ines nggak ngapa - ngapain, nggak usah mikir aneh - aneh." Elak Vino sambil menatap wajah Ines. Vino tak mau Ines makin malu, jadi sebisa mungkin Vino mengelak untuk menyelamatkan Ines.
"Mmm ... ma ... maaf sepertinya saya harus undur diri." Kata Ines tiba - tiba membuat Vino terkejut, Vino tak mau Ines pergi meninggalkannya.
"Kamu lupa?" Tanya Vino pada Ines.
"Lupa?" Cicit Ines dan Vino mengangguk.
"Kamu sudah di tugaskan ayah saya, menjaga dan merawat saya selama saya masih sakit." Kata Vino menatap Ines.
"Betul itu, mbak Ines lupa ya? Ayah sudah minta tolong ke mbak Ines 'kan?" Sela Vina, membuat Ines menoleh pada Vina dan mau tak mau Ines mengangguk, karena ayah dari atasannya ini memang sudah meminta tolong padanya untuk menjaga dan merawat atasannya selama masih sakit, bahkan Joko sudah diperintahkan langsung untuk menggantikan semua pekerjaan Ines.
"Jadi?" Tanya Vino, Ines mengalihkan tatapannya pada Vino.
Ines menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, kali ini dia kembali kalah dan dengan amat sangat terpaksa akhirnya mengangguk, menyetujui apa yang di katakan dua manusia kembar di hadapannya itu. Vino jelas senang, senyum manisnya langsung terbit, membuat Ines kesal karena lagi - lagi dia kalah debat.
"Mbak Ines belum makan 'kan?" Tanya Vina dan lagi, Ines hanya mengangguk saja karena dia memang belum makan.
"Kebetulan, kami bawa makanan, ayo makan bersama." Ajak Vina akan meraih tangan Ines tapi lamgsung di tepis Vino, tangan Ines langsung di genggam Vino, bukan hanya Vina yang terkejut tapi juga Ines yang saat ini menatap Vino, bahkan semua yang berada di dalam ruangan ikut menatap Vino.
"Kalian makan saja di sofa, ambilkan buat Ines, dia makan di sini karena harus jaga gue." Jawab Vino, membuat Vina mendengkus kesal dan Ines memutar bola matanya dengan kesal karena mendengar perkataan dari atasannya itu.
"Kenapa?" Tanya Vino menatap satu persatu semua orang yang ada di ruang rawat inapnya, terkhusus Ines.
Jika saja di dalam ruang rawat inap sepi, hanya ada mereka berdua. Sudah pasti Ines akan dengan senang hati memberi kultum pada Vino, sayangnya ruang rawat inap ramai dan semua berisi anggota keluarga atasannya itu, jadi dengan terpaksa lagi Ines hanya bisa diam dan terus mengumpat dalam hati, Vino mana peduli Ines mau marah atau tidak, karena dia hanya mau Ines selalu ada di sampingnya dengan suka rela atau paksaan.
"Kalian sudah pacaran?"
???
Terima kasih
Yang sudah memberi Votement
??
.
.
Bagaimana part kali ini?
.
.
Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc
??