Selamat malam
.
Vines up
.
Ada yang belum tidur?
.
Kalian baca part ini di jam berapa?
.
Semoga suka
.
Jangan lupa Votement'a
Agar author tahu kalian semua suka ceritanya atau nggak
Nggak sulit kok cuman tekan ☆ doang
Kalau sudi comment juga boleh, biar author makin semangat
.
Happy reading
.
.
.
.
"Ngapain lu kesini?" Tanya Vino sinis pada wanita yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat inapnya.
"Honey, bicaranya ko begitu sih? Aku sudah jauh - jauh datang ke sini, pas tahu kamu terluka." Kata wanita itu, berjalan mendekati Vino yang berada di atas bed. Niat hati ingin cipika cipiki dengan Vino, tapi apa daya, belum juga nempel Vino langsung mundur menghindar, menarik Ines yang berdiri di sisi lain bed membuat Ines terkejut.
Wanita itu langsung menatap Ines dengan tatapan membunuhnya, dia memicingkan matanya penuh curiga, memindai Ines yang menempel pada Vino membuat Ines jadi salah tingkah. Ines berusaha melepaskan diri, tapi tangan Vino yang terbebas dari selang infus dengan kuatnya memeluk pinggang Ines.
Ines menggerutu tiada henti dalam hati, bukan hanya posisinya yang bikin jantung berdebar tak karuan tapi juga pinggang Ines yang berasa encok karena menunduk. Vino mana tahu penderitaan Ines, karena yang ada dalam pikirannya hanya satu, membuat wanita yang baru saja datang cemburu dengan kehadiran Ines, Vino ingin memberitahu jika saat ini dia milik Ines, begitu juga Ines milik Vino meski belum ada acara nembak, masih sebatas inginnya Vino saja.
"Stop! Jangan dekat - dekat, please hargai pasangan gue!" Kata Vino lantang, membuat wanita itu mendengus kesal karena kehadirannya di abaiakan Vino.
"Pasangan? Aku nggak salah dengar 'kan honey? Kamu suka perempuan ini? Serius? Kamu tolak kehadiranku demi dia? Luar biasa." Kata wanita itu lagi di sertai dengan seringai mengejek dan juga tepukan tangan, membuat d**a Vino bergemuruh panas, karena ada yang berani meremehkan Ines.
"Jaga mulut kamu Carla! Dia wanita gue, dia pilihan gue, dia lebih baik dari lu!" Kata Vino menatap Carla dengan tatapan khasnya yang membuat lawan bicaranya langsung menciut. Ya, wanita yang baru saja datang bernama Carla, anak dari rekan bisnis Vino yang terus - menerus mengejar Vino, wanita sexy dan cantik.
Harusnya sebagai pria normal Vino tertarik dengan Carla, tapi nyatanya dengan tegas Vino berkali - kali menolaknya dengan berbagai macam alasan, meski Carla masih terus berjuang dan tak kenal lelah untuk meluluhkan hati Vino.
Ines yang sedari tadi hanya menjadi pendengar diantara dua manusia berbeda jenis kelamin itu akhirnya tahu, ada kisah diantara mereka berdua. Sama seperti ibu janda yang waktu itu Ines temui di kantor saat meeting dan juga mbak artis yang kecantikannya bikin Ines insecure, sekarang di tambah wanita bernama Carla yang sangat terlihat betapa cantik dan sexy, meski masih di bawah mbak artis, jelas Ines makin insecure.
Ines makin dibuat penasaran dengan para wanita yang ada di sekeliling Vino, entah berapa banyak lagi wanita cantik yang sudah dipatahkan oleh atasannya itu.
"Mata kamu nggak bermasalah 'kan honey? Atau jangan - jangan kamu sudah di guna - guna sama dia!" Kata Carla, matanya menatap Ines yang kini kesal.
Sialan ini wanita, buat apa aku guna - guna pak Vino kaya nggak ada kerjaan saja, nggak usah di guna - guna juga pria macam pak Vino akan dengan mudahnya jatuh cinta dan meninggalkan mereka dengan cepat jika sudah bosan, dasar wanita payah, megejar cinta pria playboy, gerutu Ines dalam hati.
Vino yang tahu jika Ines tengah kesal karena tuduhan dari Carla pun menjadi was - was dan tak ingin pembicaraan tak penting ini makin panjang, dia saja belum bisa mendapatkan Ines meski berbagai kode dan cara sering di lakukan untuk memancing Ines agar tahu isi hatinya, tapi nyatanya hingga detik ini Ines masih saja acuh, seakan menganggap perkataan Vino hanya angin lalu dan tak penting, membuat Vino selalu kesal karen tingkat kepekaan Ines benar - benar tak ada.
"Bisa keluar dari sini? Atau perlu saya panggilkan keamanan rumah sakit? Saya mau istirahat, keluarlah!" Kata Vino pada Carla, memalingkan wajahnya menatap Ines yang masih membungkuk tepat di depannya.
"Honey, aku sudah izin sama papi dan ayah kamu, aku akan temani kamu." Kata Carla membuat Vino mau tak mau menatapnya kembali.
"Ayahku?" Cicit Vino sambil terkekeh karena ini bukan yang pertama kali Carla membawa nama ayah Vino, "Perlu lu tahu Carla, ayah sudah meminta Ines untuk menjaga dan merawat gue, alasan lu sudah basi dengan membawa ayah gue."
"Honey aku ... "
"Keluar!" Sentak Vino, tangannya refleks memegang luka jahitan di perutnya yang terasa nyeri membuat tangan Ines ikut - ikutan refleks menyentuh perut Vino dengan paniknya.
"Sakit pak?" Bisik Ines, Vino tersenyum dan mengangguk, dia bahagia mendapat perhatian kecil dari Ines.
Ines menatap Carla, melepas pelukan tangan Vino pada pinggangnya, "Maaf nona, apa anda bisa keluar sekarang? Saya nggak mau mas Vino kenapa - napa." Kata Ines yang langsung membuat Vino terkejut, karena untuk pertama kalinya Ines memanggil Vino dengan kata 'mas'.
Kedua sudut bibir Vino terangkat, bukan hanya ribuan tapi jutaan kupu - kupu seakan berterbangan dalam perutnya, bahagia Vino sesederhana itu, hanya mendengar Ines memanggilnya mas sudah membuatnya melayang.
"Nggak usah sok deh lu!" Bentak Carla garang, Vino yang tengah bahagia jadi kesal kembali saat mendengar perkataan Carla yang membentak Ines.
"Keluar Carla! Gue mau istirahat, gue hitung sampai tiga kalau lu nggak keluar juga jangan harap hari - hari berikutnya lu bisa lihat gue dan gue pastikan kerjasama dengan bokap lu bakal gue akhiri." Kata Vino tak terbantahkan, Carla makin kesal karena semua perkataan Vino jelas membuatnya makin tersudut dan tak bisa berbuat apa - apa, Carla menatap Ines dengan tajam, detik berikutnya menghentakkan kakinya dan keluar ruang rawat inap Vino dengan kesal, bahkan dia menutup pintu dengan sangat keras.
Vino menatap Ines yang masih menatap ke arah pintu, senyum kembali terkembang di bibirnya. Ines yang di tatap akhirnya menyadari, dia menatap balik Vino dengan wajah juteknya.
"Apa senyam senyum? Bapak masih waras 'kan?" Tanya Ines membuat Vino mendengus kesal. Apa - apaan dia ini, kenapa sekarang panggil bapak lagi? Tadi panggil mas, belum juga satu jam sudah berubah lagi, batin Vino.
"Ko bapak?" Tanya Vino.
"Kenapa? Biasanya juga bapak."
"Tadi mas, sayaa belum pikun ya."
"Bapak salah dengar."
"Benarkah?"
Ines mengangguk mantap, "Ya." Jawabnya.
Vino kembali menarik tangan Ines, membuatnya si pemilik tengan dekat kembali dengannya, wajah mereka sangat dekat, hembusan hangat dari nafas mereka sama - sama bisa mereka rasakan, bukan hanya Ines yang jantungnya saat ini kebat kebit tak karuan, Vino juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari apa yang Ines rasakan karena seluruh tubuhnya memberi reaksi yang berlebihan.
Tangan Vino yang satunya, meski terpasang selang infus bergerak mengusap pipi Ines, "Saya belum pikun, telinga saya juga nggak salah dengar, tadi bibir kamu ini memanggil saya mas dan saya mau panggilan itu tidak lagi di ganti dengan bapak, saya mau kamu panggil saya mas, paham?" Kata Vino dengan suara yang mendayu membuat Ines merinding disko, karena jempol Vino dengan nakalnya berulang kali mengusap bibirnya.
Ines menatap mata Vino lalu menggeleng, "Kenapa?" Tanya Vino.
"Bapak atasan saya, saya harus sopan." Jawab Ines.
"Saya nggak mau tahu, saya mau kamu panggil saya mas, jika kamu melanggarnya maka saya akan memberi kamu sebuah hukuman." Vino menyeringai, melihat wajah Ines yang terkejut dengan kata hukuman, karena pastinta hukuman yang Vino katakan akan merugikan Ines dan menguntungkan Vino.
"Jangan memaksa." Ines berusaha melepaskan diri dari Vino, tapi tenaganya kalah kuat. Vino justru menyentak Ines hingga terjatuh di atasnya, tanpa Ines sangka Vino menarik tengkuknya menyatukan bibirnya dengan bibir Ines, awalnya hanya mengecup, melihat reaksi Ines yang langsung diam mematung membuat Vino tersenyum, Vino kembali mengecup, bukan hanya kecupan tapi berubah menjadi lumatan, Ines masih saja terdiam membuat Vino gemas dan menggigit bibir bawahnya.
Ines yang terkejut karena di gigit refleks memukul bahu Vino, "Aww kenapa di pukul?" Seru Vino.
"Bapak kenapa gigit saya?" Bukannya menjawab, Ines seperti biasanya malah balik tanta membuat Vino mendengus kesal.
"Mas, Ines mas! Jangan bapak!" Protes Vino, "Saya gigit karena kamu diam saja, bukannya balas ciuman saya malah KDB." Kata Vino.
"KDB? Apa itu?" Tanya Ines bingung.
Vino tersenyum dengan manisnya, "k*******n dalam berpacaran." Jawab Vino membuat Ines melongo terkejut, tak menyangka jika atasannya akan mengatakan hal itu.
"Pacaran? Sejak kapan? Kita nggak ada hubungan apapun ya." Jawab Ines jutek.
"Mulai hari ini kita pacaran." Jawab Vino santai membuat Ines makin melongo mendengar perkataan Vino.
"Nggak!" Tolak Ines tegas, membuat senyum yang sudah terkembang pada Vino lenyap begitu saja, berganti dengan wajah kesalnya.
"Kenapa?"
"Saya nggak suka sama bapak!"
"Saya nggak mau tahu, kamu harus terima cinta saya, harus mau jadi pacar saya, titik! Tak ada bantahan."
"Ko bapak paksa saya?"
"Mas, Ines, mas! Ingat ya sekali lagi saya dengar kamu panggil bapak, saya pastikan bibir kamu bengkak." Kata Vino, Ines refleks menutup bibirnya dengan tangannya, menatap Vino dengan sangat kesal.
"Bapak, mmm ... maksud saya mas, tahu nggak kalau sudah curi first kiss milik saya, mana di depan banyak orang, saya 'kan malu."
Vino mengerutkan keningnya saat mendengar omelan Ines, dia mengedarkan pandangannya di sekeliling ruang rawat inap, sepi tak ada siapapun kecuali mereka berdua. Banyak orang? Perasaan hanya ada kami berdua, apa Ines punya Sixth Sense hingga dia melihat di sekeliling ramai? Batin Vino sambil bergidik, karena tiba - tiba saja bulu kuduknya meremang.
"Kenapa?" Tanya Ines saat melihat Vino yang beberapa kali bergidik.
Vino menggeleng, "Asal kamu tahu, my first kiss juga sama, sudah kamu curi dan perlu saya ingatkan, bukan di depan banyak orang, hanya kita berdua saja."
Ines menyipitkan matanya, mendekati Vino yang saat ini malah menjauhkan tubuhnya dari Ines, "Ciuman pertama kita bukan di sini tuan Alvino Putra Abhimanyu, tapi di IGD dan live bukan hanya di saksikan seluruh keluarga anda tapi mungkin seluruh Indonesia, karena adik anda live streaming di Instagram."
Mata Vino langsung membulat, meski nyatanya tak bisa membulat sempurna seperti Ines, tapi setidaknya dia berusaha membulatkan mata sipitnya.
"Serius?" Tanya Vino.
Ines mengangguk, "Sangat serius, jika tak percaya silahkan periksa notif di ponsel ba ... mmm maksud saya mas." Kata Ines sambil menggigit bibirnya karena masih susah memanggil Vino dengan sebutan mas.
Ines tak menyadari jika gerakannya yang menggigit bibir justru memancing Vino, pikiran Vino kini tak fokus pada masalah live streaming, tapi traveling kemana - mana kembali mengingat betapa manis dan hangatnya bibir gadis menyebalkan di depannya itu. Gadis menyebalkan yang justru membuat jantung Vino jumpalitan tak karuan, gadis yang berhasil membuat Vino bisa bertingkah luar biasa.
Ines yang menyadari jika Vino tengah menatap bibirnya, seakan mendapatkan ide untuk menjahilinya, kapan lagi dia bisa mengerjai atasannya yang sudah memaksanya memanggil mas dan mendeklarasikan jika mereka berdua pacaran.
Ines semakin mendekat, membuat Vino perlahan kembali memundurkan tubuhnya, Ines rasanya ingin sekali tertawa melihat wajah Vino yang langsung memerah, bahkan terlihat seperti menahan nafas.
"Kenapa? Mas mau lagi?" Kata Ines sambil mengedipkan matanya dan suara yang di bikin segenit mungkin, membuat Vino makin sulit bernafas.
"Mau?" Goda Ines lagi.
***
Terima kasih
Yang sudah memberi Votement
.
.
Bagaimana part kali ini?
.
.
Jika suka karyaku jangan lupa tambhkan ke library + follow my Acc