Terima Kasih, Pak Melvin

1049 Words
Hingga waktu pun terus berlalu tanpa terasa sudah pukul tiga sore saja, Gendis sudah pasrah sudah pasti ia tidak diterima kerja di perusahaan itu. Setelah menimang-nimang akhirnya Gendis pun memutuskan menghubungi orang tuanya di kampung dan memberi kabar bahwa ia tidak diterima kerja, dan sepertinya Gendis akan kembali pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta. Saat gadis manis itu akan mendial nomor pak Broto tiba-tiba saja ponselnya itu sudah berdering lebih dulu. Satu panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Tanpa pikir panjang Gendis pun langsung mengangkat panggilan tersebut. "Selamat sore, dengan Gendis Cahyaningtyas?" ucap seseorang dengan ramah di balik sambungan telepon. "Iya selamat sore. Benar saya Gendis, maaf ini dengan siapa ya?" tanya Gendis sopan. gadis itu pun masih bingung dengan siapa ia bicara saat ini. "Kami dari PT Nur Ihsan Sejahtera memberi kabar bahwa saudara Gendis lolos ke tahap medical check up yang akan diselenggarakan besok pukul sembilan pagi, diharapkan besok Mbak Gendis datang tepat waktu ya, mungkin ada yang mau ditanyakan?" tanya orang itu ramah. Gendis yang terkejut pun tidak bisa berkata apa-apa, ia masih terus melamun dan mencerna ucapan seseorang di seberang sana, semoga saja pendengarannya tidak salah. "Ba--iik Mbak, terima kasih banyak Mbak," ucap Gendis tergugup lalu di menit selanjutnya gadis itu pun mematikan sambungan teleponnya. Gendis sujud syukur di lantai, ia lalu menengadahkan tangannya ke atas. Mengucap syukur atas nikmat yang Allah berikan padanya berupa satu kemudahan lagi dalam mencari pekerjaan. Gendis pun tak lupa menghubungi kedua orangtuanya memberi kabar bahwa ia lolos ke tahap selanjutnya dan meminta doa restu dari orang tuanya itu agar diberi kemudahan dalam segala hal. Gendis yang senang pun kini memilih membersihkan dirinya lebih dulu sebelum membeli makan di warteg. Ya, sepertinya Gendis harus banyak makan kali ini, ia harus terlihat sehat sebab besok lah saatnya ia melakukan medical check up. *** PT Nur Ihsan Sejahtera Terlihat beberapa para calon karyawan yang sudah berkumpul di lobby perusahaan, mereka semua sedang menunggu giliran dipanggil oleh para perawat yang memang dipekerjakan khusus di klinik perusahaan untuk melakukan medical check up para calon karyawan yang baru. "Gendis Cahyaningtyas," panggil seorang karyawan staf HRD pada gadis manis yang tengah terduduk di sudut ruangan. Gendis yang tengah sibuk berbincang dengan temannya pun menoleh. "Iya, saya Bu," ucap Gendis sopan, gadis itu lalu mengangkat tangan kanannya ke atas. "Mbak Gendis di panggil Pak Melvin. Di suruh ke ruangannya sekarang," ucap staff HRD itu lalu tersenyum, tak lama wanita itu pun kembali masuk ke dalam ruangannya. Gendis yang diperintah seperti itu pun langsung beringsut dari duduknya, gadis manis itu lalu berjalan mendekat ke ruangan bertuliskan Manager HRD. Daun pintu berwarna coklat pun terbuka Gendis pun langsung masuk ke dalam. "Selamat pagi Pak, maaf apa Bapak memanggil saya tadi?" tanya Gendis lalu menundukkan kepalanya sopan. "Silahkan duduk!" ucap Melvin mempersilahkan Gendis untuk duduk. Gendis pun mengangguk, ia lalu mendudukkan dirinya di atas kursi. "Ada apa ya, Pak? Saya dipanggil kesini?" tanya Gendis tidak sabaran, gadis itu memberanikan diri menatap wajah sang Manager. "Apa anda sungguh-sungguh ingin bekerja di perusahaan ini?" tanya Melvin memastikan, pria itu lalu membenarkan letak kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya itu. Gendis pun menganggukan kepalanya dengan penuh keyakinan. "Saya yakin Pak, saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh." ucap Gendis lantang dan tegas. Melvin pun mengangguk paham, ia lalu mengambil berkas di depan meja dan membacanya. "Sejujurnya, Anda itu dinyatakan gagal karena nilai IPK, Anda yang jauh dari standar ketetapan perusahaan kami, namun melihat semangat Anda yang begitu kuat, sepertinya tidak ada salahnya saya memberikan satu kesempatan itu untuk Anda," ucap Melvin menjelaskan dengan tegas, pria itu lalu menutup kembali berkas para calon karyawan di atas meja. Mendengar penjelasan sang Manajer di depannya membuat Gendis pun tersenyum senang, bukankah itu pertanda bahwa ia bisa lolos sampai tahap ini karena campur tangan Manager HRD di depannya ini, sungguh Gendis benar-benar hutang budi pada bule tampan ini. "Makasih banyak, Pak. Sudah membantu saya sampai sejauh ini," ucap Gendis lalu mengulas senyuman tipis di bibirnya, gadis itu lalu mengatupkan kedua tangannya di d**a. Melvin pun mengangguk seraya berkata. "Sama-sama, oh iya saya minta kamu dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan jangan lupa selalu bersikap jujur pada apapun itu," ucap Melvin panjang lebar, pria itu lalu menautkan kedua tangannya di atas meja. "Setelah medical check up, nanti kamu bisa datang kesini lagi untuk menandatangani surat kontrak kerja." Gendis pun mengangguk paham. "Baik, Pak. Saya berjanji akan menjaga nama baik perusahaan serta saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh," tekad Gendis kuat. Gadis itu ingin mempersembahkan yang terbaik untuk perusahaan tempatnya bekerja, ia tak mau membuat kecewa sang manajer yang telah merekomendasikan dirinya agar bisa bekerja di perusahaan ini meski IPK Gendis jauh dibawah rata-rata standar ketetapan perusahaan. "Semoga Anda bisa memenuhinya janji Anda pada perusahaan. Jika sudah tidak ada yang ingin ditanyakan anda bisa pergi dari sini," ujar Melvin mengusir secara halus. Ia masih banyak pekerjaan, hingga tak bisa buang-buang waktu seperti ini. Gendis yang paham pun langsung beringsut dari duduknya. "Sekali lagi terimakasih banyak, Pak Melvin. Saya benar-benar hutang budi sama, Bapak. Saya janji akan selalu membuatkan Pak Melvin sarapan pagi sebagai rasa terima kasih saya ke Bapak," ucap Gendis panjang lebar, gadis itu pun menampilkan senyuman manis di bibirnya, hingga membuat kedua kedua lesung pipinya terlihat dengan jelas. "Ya, terima kasih," ucap Melvin datar, pria lalu membuka laptopnya lalu memeriksa beberapa pekerjaannya di sana. "Pak Melvin?" panggil Gendis lirih. "Ada apa?" tanya Melvin lalu mengangkat kepalanya guna menatap gadis manis di depannya ini. "Terimakasih sudah menolong saya Pak, mulai besok saya akan membuatkan sarapan pagi untuk Bapak," kata Gendis lalu tersenyum. Ya, Gendis sudah berniat dalam hati jika ia diterima bekerja di perusahaan ini berkat bantuan HRD nya itu, ia pun berniat membuatkan sarapan pagi untuk managernya itu. Masalah Gendis yang belum punya peralatan masak pun tidak masalah ia bisa membelinya nanti sepulang medical check up. "Ya, sekarang anda bisa keluar dari ruangan ini," titah pria itu tegas, kali ini sorot matanya menatap tajam Gendis, seolah berkata segeralah keluar dari ruangan ini! Gendis yang paham pun langsung melangkahkan kakinya keluar. "Sekali lagi terima kasih banyak, Pak." Dan tak lama Gendis pun menutup pintu ruang manager itu dengan perlahan. "Nggak apa-apa lah cuek yang penting dia masih peduli sama aku. Buktinya dia mau bantuin aku masuk ke perusahaan ini," gumam Gendis tersenyum dalam hati. Jujur perasaan nya merasa berbunga-bunga saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD