Sebelum memutuskan untuk menikah, Airin meyakini bahwa Athar adalah pria terpilih yang nantinya akan menyempurnakan hidupnya.
Dari tabiat, perilaku santun, serta sifat Athar yang begitu penyayang dan juga perhatian, membuat Airin begitu terlena. Ia pun akhirnya meyakini kalau Athar adalah sosok pria yang memang pantas mendampingi dan juga pantas menjadi imam di kehidupannya kelak.
Semua orang padahal setuju Airin menjalin hubungan dengan Athar. Hanya Ashraf, adik semata wayang Airin yang sedari awal tampak sangsi dan bahkan meragukan ketulusan Athar yang serius ingin meminang Airin sesegera mungkin.
"Ada beberapa temanku yang kenal Athar, Kak. Mereka bilang, dari zaman dulu, Athar ini terkenal playboy dan suka sekali bergonta ganti pasangan. Aku khawatir, nanti setelah menikah, dia mempermainkan atau sengaja selingkuh di belakang Kak Airin."
Airin melempar senyum. Pada akhirnya ia paham, kekhawatiran inilah yang membuat Ashraf tampak tidak rela membiarkan dirinya menikah dengan Athar, pria yang baru beberapa bulan dirinya kenal.
"Semua orang bisa berubah, Ash. Mana boleh kamu menghamikimi seperti itu. Boleh jadi, dulu tabiatnya jelek. Siapa tau sekarang sudah benar-benar berubah."
"Tetap aja nggak meyakinkan, Kak. Feelingku bilang apa yang Athar selama ini tampilkan ke kakak dan keluarga besar kita nggak lebih dari kamuflase aja. Demi Tuhan, aku nggak yakin dia bisa jadi suami yang baik buat kak Airin. Apalagi selingkuh dan bergonta ganti pasangan itu penyakit kambuhan yang sulit untuk disembuhkan. Entah kenapa, aku yakin aja penyakitnya ini bakal kambuh lagi, nantinya."
Airin tersenyum santai. Wanita cantik itu sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang adiknya khawatirkan. Mungkin terlalu terbuai atau karena sedang dimabuk asmara, membuatnya kala itu menutup mata.
Lagi pula, selama menjalin hubungan Athar nampak benar-benar serius. Perilaku yang pria itu tunjukkan sering kali membuat dirinya takjub. Belum lagi kejutan serta perlakuan manis yang Athar tunjukkan selalu berhasil membuat Airin tersanjung.
"Hussh nggak usah berburuk sangka, ah. Kakak udah yakin banget kalau Athar calon yang pas buat mendampingi kakak."
Ashraf mendesah pasrah. Mau diprovokasi seperti apa pun, Airin nampaknya sudah menutup erat mata dan telinganya.
"Yang penting aku udah memperingatkan. Kalau di kemudian hari aku sampai dengar Athar berulah atau berbuat macam-macam di belakang kakak, aku bakal jadi orang pertama yang bakal kulitin dia."
Sekarang, apa yang Ashraf khawatirkan benar terjadi. Pria yang Airin yakini setia ternyata berkhianat bahkan menjalin hubungan dengan orang yang masih ada hubungan dekat dengan dirinya.
Alih-alih langsung melabrak kala melihat langsung Athar dan Nonie berselingkuh di kantor, Airin memilih segera pergi. Bukan untuk segera menuju rumah sakit. Melainkan untuk singgah terlebih dahulu ke salah satu firma hukum untuk berkonsultasi.
"Kak Airin?"
Baru saja memasuki gedung, wanita cantik keturunan Arab tersebut langsung di sapa. Menoleh, ia mendapati sosok pria tinggi semampai yang melempar senyum lebar ke arahnya.
"Rayhan, kamu sibuk?"
Memang Firma Hukum milik Rayhan Zayn Elhaq yang Airin kunjungi. Entah kenapa, ia meyakini adik sepupunya itu mampu memberinya pertolongan atas permasalahan yang sedang ia hadapi saat ini.
Padahal, kalau Airin mau, bisa saja ia meminta pertolongan Ashraf. Tapi, karena ingat sang adik pernah bersumpah akan langsung menghabisi Athar kalau sampai berbuat macam-macam, maka Airin urungkan niatan untuk memberi tahu adiknya tersebut.
"Nggak. Hari ini kebetulan aku nggak sibuk-sibuk banget. Kita ngobrol di ruangan aku aja, gimana?"
Airin mengangguk, kemudian mengekor, mengikuti Rayhan yang menuntunnya menuju ruangan yang ada di lantai dua. Terus terang saja, Airin merasa tidak sabaran. Ingin sekali sesegera mungkin menceritakan apa yang saat ini tengah ia alami.
"Athar selingkuh, Ray."
Baru saja duduk, tanpa ba bi bu, basa basi, atau kata pembuka, Airin langsung to the point. Dari ekpresi wajah serta kalimat yang baru saja diucapkannya, tentu langsung mengundang reaksi dari Rayhan.
Selama ini, hampir seluruh keluarga tahu kalau rumah tangga Airin dan Athar yang paling adem ayem. Mana pernah sekalipun keduanya terlibat pertengkaran atau malah dirundung gosip yang tidak sedap.
Seluruh keluarga bahkan Rayhan sekali pun mengakui kalau keduanya adalah pasangan yang serasi. Dan sekarang, Airin tiba-tiba saja mengungkapkan kalau sang suami selingkuh dan hal ini membuat Rayhan cukup terkejut.
"A-apa? Kak Athar selingkuh?"
Airin mengangguk berulang kali. Anehnya ia tampak santai meyampaikan hal buruk ini. Seakan-akan rasa kecewa yang teramat besar sudah membuatnya mati rasa.
"Athar selingkuh sama Nonie, Ray. Aku rasa, mereka sudah lama menjalin hubungan terlarang ini di belakang aku."
"Nonie?"
"Iya. Aisya Nonie Farasya. Anak Tante Senia."
Rayhan ternganga. Belum lagi hilang rasa keterkejutan yang menerpa, ia di hadapkan lagi dengan berita kalau yang menjadi selingkuhan Athar adalah sosok wanita yang masih ada hubungan sepupu dengan mereka.
"Gimana ceritanya Nonie bisa selingkuh sama kak Athar?"
Airin mengedikkan kedua bahunya. Mana ia tahu juga asal muasal sampai suami dan sepupunya itu menjalin hubungan.
"Kakak nggak tau awal mulanya gimana. Yang pasti, udah dua kali kakak pergokin sendiri mereka berduaan. Pertama di mall dan yang kedua barusan, tadi pagi ini saat kakak sengaja berkunjung ke kantornya Athar, kakak lihat mereka berdua bermesraan."
"Ya Allah ... bisa gitu? Padahal, setau aku, Nonie ini kerja di kantor kak Athar karena kak Airin yang kasih pekerjaan, kan?"
Airin mengangguk.
"Iya, Ray. Dulu kakak sengaja bantu karena dia tulang punggung keluarga dan butuh pekerjaan untuk menghidupi Mama dan adik-adiknya. Mana kakak nyangka dia malah begini akhirnya."
"Ya Tuhan." Rayhan menggeleng tidak habis pikir. Menatap wajah Airin, ia meyakini kakak sepupunya itu terlihat amat terluka atas pengkhianatan yang terjadi. "Sabar ya, Kak. Namanya rumah tangga memang terkadang rumit. Kalau mau sederhana mah Rumah makan padang namanya."
Airin berdecak. Lupa kalau sepupunya itu memang sering kali melempar jokes sembarangan.
"Terus, ini kakak mau gimana? Maksud aku, kakak butuh pertolongan apa dari aku?"
Airin mengangkat wajahnya. Menarik napas dalam-dalam seraya berpikir sekaligus meyakinkan diri atas keputusan yang akan ia ambil setelah ini.
"Selama ini, kakak tau kalau kamu sering menangani kasus perceraian. Jadi, kakak sengaja ke sini karena mau berkonsultasi. Apa menurutmu kakak lebih baik berpisah saja dari Athar?"
Rayhan tersenyum. Dirinya paham atas kegundahan yang saat ini tengah menghantui Airin. Siapa pun pasti akan dilema kalau dihadapkan situasi rumit seperti ini.
Bukan kali pertama juga Rayhan menemui kasus rumah tangga seperti ini. Jauh sebelumnya, ada beraneka ragam kasus serta penyebab yang membuat pasangan suami istri pada akhirnya harus berpisah.
"Sebelum kita bahas lebih jauh, aku mau tanya dulu. Apa kakak sayang dan cinta banget sama kak Athar?"
Airin tanpa ragu mengangguk. Sedari awal, dirinya tidak menampik begitu sayang dan mencintai sosok sang suami. Segala bentuk kekurangan yang Athar miliki bahkan berusaha Airin tutupi selama ini.
"Kakak sayang, Ray. Sayang banget malahan. Kurang dan lebihnya Athar selama ini kakak terima dengan ikhlas. Bahkan, saat tau dia udah berkhianat, rasa cinta itu belum sepenuhnya hilang. Kakak bahkan merasa sayang sekali kalau harus berpisah gitu aja."
Rayhan mengangguk. Berusaha sekali memahami posisi Airin saat ini. Alih-alih memprovokasi atau bahkan menghakimi, Rayhan malah berusaha menenangkan hati Airin yang sedang bimbang.
"Aku paham dengan apa yang Kak Airin rasakan. Sebenarnya, perselingkuhan dalam rumah tangga nggak melulu harus berakhir dengan perceraian. Ada yang masih bisa diselamatkan, ada juga yang mau nggak mau harus segera diselesaikan demi menjaga kesehatan mental si korban. Dan keputusan besar ini sebenarnya tergantung dari kakak sendiri."
Di sela perbincangan, Rayhan bangkit sebentar dari duduknya. Mengambilkan cangkir berisi teh di atas mejanya, lalu mempersilaka Airin untuk meminumnya.
"Di minum dulu, kak. Biar nggak kering tenggorokannya," kata Rayhan menawarkan.
"Makasih, ya. Ray"
"Sama-sama."
Airin nampak meraih gelas berisi teh hangat yang Rayhan sodorkan. Meneguknya setengah, kemudian bersiap untuk lanjut berdiskusi.
"Sejauh ini, sebelum Kak Athar ketahuan berselingkuh, apa ada perbuatannya yang mencurigakan?" tanya Rayhan melanjut obrolan yang sebelumnya sempat tertunda.
Airin menggeleng. Seingatnya, tidak ada satu pun gerak-gerik atau perbuatan Athar yang mengundang kecurigaannya. Itu sebabnya, Airin sempat tidak percaya kala Vennia menuduh sang suami berselingkuh dengan perempuan lain di sebuah hotel.
"Dari sebelum nikah sampai detik ini, sikap Athar itu masih sama, Ray. Dia penyayang, perhatian, lemah lembut dan sering kasih kejutan. Setiap hari, di sela-sela bekerja, dia selalu sempatkan buat telpon atau sekedar kirim pesan singkat untuk tanya kegiatan apa yang sedang kakak lakukan. Athar juga nggak pernah sekali pun pulang terlambat. Kalau ada acara-acara penting, dia selalu bawa kakak untuk ikut."
"Itu artinya, selama ini dia selalu melakukan tanggung jawabnya sebagai suami?"
Airin mengangguk sebagai jawaban.
"Maaf, kalau pertanyaan aku setelah ini agak sensitif, Kak," ucap Rayhan hati-hati. "Gimana dengan kebutuhan biologis? Apa selama ini berjalan dengan baik?"
Airin mengangguk kembali.
"Katakanlah kebutuhan lahir batin kakak tercukupi dengan baik, Ray. Walau sama-sama sibuk, kami masih rutin berhubungan suami istri. Dan hal ini yang buat kakak nggak habis pikir. Apa yang sebenarnya Athar cari sampai-sampai dia berselingkuh dengan perempuan lain."
"Maaf, Kak. Tolong jangan tersinggung, bisa jadi ada sesuatu yang Kak Athar cari dan itu nggak ada di dalam diri kak Airin. Itu sebabnya dia memilih untuk mencarinya pada wanita lain."
Airin menarik napasnya dalam-dalam. Berusaha agar emosinya tetap stabil walau rasanya sulit sekali.
"Jadi, menurutmu kakak harus bagaimana? Menegur mereka berdua? Memberi efek jera atau gimana? Jujur aja, kakak nggak rela rumah tangga yang sudah susah payah kakak bangun dirusak gitu aja sama perempuan lain. Keenakan banget kalau kakak lepaskan Athar begitu aja buat pelakor."
Rayhan tanpa sadar tertawa. Melihat ekspresi Airin yang tadinya sedih sekarang berubah gemas, membuatnya jadi lucu sendiri.
"Kalau masih mau mencoba untuk mempertahankan rumah tangga, kak Airin bisa kasih kesempatan sekaligus teguran terlebih dahulu."
"Kasih kesempatan?" ulang Airin malah ragu sendiri. "Di satu sisi, kakak memang mau memberi Athar kesempatan, Ray. Tapi, di sisi lain, kakak kepikiran dengan omongan orang-orang soal selingkuh yang katanya penyakit kambuhan."
Rayhan mengangguk seraya tersenyum.
"Iya, Kak. Sebagian orang memang menganggap selingkuh itu penyakit yang bisa kambuh lagi. Tapi, di beberapa kasus, ada yang awalnya selingkuh, terus benar-benar tobat dan nggak mengulangi lagi perbuatan buruk itu. Semua, tergantung individunya sendiri. Dan kita nggak bisa tebak kak Athar ini masuk golongan yang mana. Itu sebabnya, semua balik ke kak Airin. Mau ambil risiko tetap lanjut, atau berhenti sampai di sini aja."
"Asal kamu tau, mereka berdua bahkan berencana melakukan kencan akhir pekan besok sebagai momen perayaan ulang tahun Nonie."
"Oh, ya?"
Airin mengangguk-anggukan kepalanya.
"Athar bahkan kasih kado perhiasaan impian aku."
Rayhan terkekeh pelan. Bukan maksud menertawakan nasib Airin. Tapi, sekali lagi merasa lucu saja melihat ekspresi sebal yang Airin tunjukkan kepadanya.
Tidak langsung menanggapi dengan ucapan, Rayhan kembali bangkit. Kali ini pria itu melangkah menuju meja kerjanya. Membuka laci, kemudian mengambil sesuatu dari dalam sana. Setelahnya kembali menghampiri Airin untuk memberikan apa yang ia ambil.
"Nih, aku rasa kakak perlu benda ini," kata Rayhan penuh percaya diri.
Kedua belah alis mata Airin nampak saling bertaut. Bingung sekaligus bertanya-tanya untuk apa Rayhan memberinya benda mini mirip dadu tersebut.
"Ini apa, Ray?"
"Itu kamera pengawas, kak."
"Kamera pengawas?"
Rayhan kembali mengangguk.
"Iya, kamera mini ini bisa di sambung ke ponsel kak Airin. Kata kakak, Kak Athar dan Nonie berencana kencan akhir pekan besok, kan?"
"Iya, kakak dengar sendiri mereka ngomong begitu. Si Nonie ajak Athar buat nginap di hotel. Terus menurut kamu kakak harus gimana?"
"Kakak bisa pergunakan benda kecil ini buat pergokin perselingkuhan mereka."
"Hah? Caranya?"
Rayhan mengulum senyum. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan saat ini.
"Aku yakin kakak tau cara apa yang tepat buat jebak mereka berdua."