4. MASUK JEBAKAN

1031 Words
Airin terlihat fokus mengemasi sekaligus menyusun beberapa pakaiannya ke dalam koper. Sementara itu, Athar yang baru saja pulang kerja dan langsung masuk kamar, nampak menatap bengong. Pria itu sengaja mendekat, menghampiri Airin demi mencari tahu apa yang sebenarnya sang istri sedang lakukan di depan lemari pakaian mereka. "Sayang, kamu ngapain?" Airin menoleh. Melihat Athar sudah berdiri di sampingnya, wanita itu lantas melempar senyum seperti biasa. "Aku lagi packing." Kening Athar sontak mengernyit. Dari wajahnya yang tampan jelas menampilkan raut penuh tanya. "Packing? Emang mau ke mana?" "Sabtu besok aku ada tugas dadakan buat isi seminar di Bandung. Jadi jumat malam aku bakal berangkat. Kemungkinan balik ke Jakarta lagi hari minggu sore atau minggu malam. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sebentar." Athar diam sebentar. Pikirnya, tumben sekali sang istri berpergian secara mendadak. Tapi, karena malas banyak bertanya, beberapa detik berselang, ia lantas mengangguk. "Dua hari? Ya nggak apa-apa, sih. Tapi, ini aku nggak bisa temenin kamu ke Bandung, Sayang." "Ya nggak apa-apa," sahut Airin. "Aku nggak minta temenin kok. Aku tau kamu pasti sibuk juga." "Tapi, kalau cuma antarin ke Bandung, aku bisa kok. Cuma, kalau nginap aja yang nggak bisa," tawar Athar kemudian. Airin mengancing koper miliknya. Mendongak, wanita itu melempar senyum kepada sang suami. "Nggak usah, Sayang. Aku pergi dan pulangnya bareng-bareng teman yang lain. Nggak enak juga kalau pergi sendiri." "Yakin nggak mau diantar?" Airin mengangguk berkali-kali. Meyakinkan Athar atas keputusan yang sudah ia buat. "Nggak usah. Nggak apa-apa, kok. Terus, besok sabtu Mba Wati sama Mba Amy juga bakal nginap di rumah Umi. Di sana ada acara arisan dan makan-makan. Jadi Amma butuh bantuan buat masak-masak. Kamu nggak masalah kan kalau nanti cari makan sendiri?" Kali ini Athar yang tersenyum. Berusaha meyakinkan Airin bahwa bukan masalah besar kalau dirinya harus ditinggal sendiri. "Ya udah nggak apa-apa. Kalau soal makan, aku bisa makan di luar kok." Tepat di hari jumat, Airin benar-benar bersiap untuk berangkat. Bahkan, supir dari rumah sakit sudah terlihat menjemputnya malam itu. "Aku izin pergi dulu, Mas. Begitu selesai, minggu sore aku bakal langsung pulang." Athar mengangguk. Pria itu turut mengantarkan Airin sampai depan rumah. "Kamu yang hati-hati, Sayang. Sampai Bandung jangan lupa kabarin aku." Airin lantas berpamitan. Seperti biasa memeluk, kemudian mencium Athar sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi. Sementara Athar, seperginya Airin langsung memutuskan untuk masuk rumah. Pria itu baru bisa tidur setelah mendapat kabar kalau Airin sudah sampai dengan selamat di tempat tujuan. Ke esokan harinya, Athar sendiri tampak berkegiatan seperti biasa. Karena weekend memang tidak bekerja, maka pria itu menghabiskan waktu dengan bersantai. Selesai menyantap sarapan, Athar memilih untuk membaca berita di ruang televisi. Hingga tak lama berselang, sekitar pukul sepuluh pagi, pria keturunan Arab tersebut kedatangan tamu. Tamu spesial yang sedari tadi amat ia tunggu kehadirannya. "Sayang ... aku datang." Begitu membuka pintu rumah, Athar mendapati sosok Nonie yang langsung masuk tanpa perlu lagi dipersilakan. Lebih dari itu, wanita yang berpenampilan seksi tersebut menghambur pelukan. Menarik Athar menuju ruang tengah. Mendorong pria itu agar segera duduk di sofa. Dan tanpa malu apalagi canggung langsung memberikan ciuman yang terkesan menggebu dan tidak sabaran. Setelah tahu kalau Airin mendadak dinas keluar kota, Athar buru-buru menghubungi Nonie malam itu juga. Alih-alih mengajak kencan di hotel, pria itu malah dengan berani sengaja mengundang Nonie untuk datang ke rumahnya. Lagi pula, kedua asisten rumah tangganya juga libur karena harus membantu sang mertua yang sedang ada acara. "Aku kangen banget," ucap Nonie dengan manja. Gadis itu tampak duduk tepat di atas pangkuan Athar. "Bukannya kemarin di kantor aku udah peluk dan cium kamu?" Nonie mengangguk. Hampir di tiap kesempatan saat berada di kantor, mereka berdua selalu menyempatkan diri untuk saling bercumbuu mesra. Melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh keduanya lakukan. "Ya tetap aja rasanya kurang greget, Mas." "Kurang greget gimana?" Nonie berdecak. Mengalungkan kedua tangannya pada leher Athar, lalu menatap pria itu dengan tatapan penuh goda. Pokoknya, ia tidak ingin melewatkan sedikit pun kesempatan hari ini untuk bersenang-senang dengan pria yang jelas-jelas berstatus sebagai suami dari kakak sepupunya sendiri. "Kurang puas aja. Macam anak abege pacarannya cuma peluk dan cium. Masa Mas Athar nggak pengen lakuin hal selain itu, sih? Mas nggak kangen gitu pengen sentuh aku?" Athar tertawa kecil. Dicoleknya ujung hidung Nonie yang mancung sembari berkata-kata tak kalah mesra. "Pengen, dong. Pengen banget malahan sentuh kamu." "Ya udah, ayo! Mumpung sekarang kita lagi berduaan aja loh." Athar kembali mengulum senyum. Ia tahu apa yang Nonie maksud. Memastikan keadaan aman terkendali, Athar lantas mengajak Nonie pergi ke lantai dua lalu memasuki kamar yang ia tempati bersama Airin. Setelah menutup kamar, dengan tidak sabaran Nonie langsung menarik Athar, lalu mendaratkan ciuman tepat di bibir pria tampan tersebut. Sambil terus memagut, saling balas mengecup, Nonie dengan sigap membuka satu per satu pakaian yang Athar kenakan. Memastikan pria keturunan Arab tersebut sudah tidak mengenakan apa-apa, dengan sengaja Nonie mendorong tubuh Athar hingga pria itu terbaring di atas tempat tidur. "Nonie ... pelan-pelan. Waktu kita banyak hari ini. Jadi, nggak perlu buru-buru," kata Athar sambil tersenyum. Aslinya, tingkah polah Nonie yang agresif ini lah yang membuatnya tergila-gila. Nonie lantas melepas habis gaun model Sabrina yang ia kenakan. Dalam keadaan polos, wanita cantik itu pelan-pelan merangkak naik ke atas tempat tidur. Mendekat, lalu mengambil posisi tepat di atas tubuh Athar. "Hari ini kamu milikku seutuhnya, Mas," tegas wanita itu. Membawa jari jemarinya, kemudian mengusap dengan lemah lembut permukaan wajah Athar. "Mata ini, hidung ini, pipi ini, dan juga bibir ini." Kemudian Nonie mendekatkan wajah. Mengecup bibir Athar sekilas, kemudian berbicara dengan nada menggoda. "Pokoknya, semua yang ada di diri kamu bakal jadi milikku hari ini. Aku pastikan bakal buat kamu puas." Athar menyeringai. Dalam sekali gerak, pria itu mengubah posisi. Kini, Nonie yang berada tepat di bawah kuasanya. "Tenang aja. Semuanya milik kamu, Sayang. Hari ini kita bakal sama-sama saling memuaskan." Nonie tertawa penuh arti. Ditariknya tubuh Athar agar segera menempel pada dirinya. Kembali ia layangkan ciuman. Memagut serta saling balas mengecup seolah mengisyaratkan keduanya saat ini tengah terbakar api gelora. Namun, baru hendak melakukan hal lebih, tanpa keduanya duga, tiba-tiba pintu kamar terbuka lebar. Detik berselang masuk sosok Airin yang melipat kedua tangan sambil melempar senyum penuh arti. "Gimana rasanya bawa perempuan lain tidur di atas tempat tidur kita, Mas?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD